Senin, 10 Januari 2011

AWAL SUATU KEHIDUPAN ABADI (KEBANGKITAN)


Jerry H. M. Sumanti




Yesus Kristus dibangkitkan secara tubuh dari antara orang mati.Pada waktu kedatangan-Nya kembali, Ia akan membangkitkan semua orang yang telah diselamatkan untuk menerima kemuliaan yang kekal. Kebangkitan bagi anggota Tubuh Kristus terjadi sebelum Masa Sengsara (Pretribulasi), Kebangkitan bagi orang percaya yang akan masuk Kerajaan Seribu tahun akan terjadi sesudah Masa Sengsara Besar (Posttribulasi), dan sebelum Kerajaan Seribu Tahun (Premillenial), Kebangkitan bagi orang-orang yang akan binasa terjadi sesudah Kerajaan Seribu Tahun (Post Millenial). ( Lukas 24:39; 1 Korintus 15:22-24; Wahyu 20:4-6; Wahyu 20:11-15).



 PENDAHULUAN

Kebangkitan! Masih merupakan misteri dalam kehidupan manusia sampai sekarang ini bahkan tetap menjadi misteri selama masih menikmati kehidupan ini. Ada yang percaya, dan ada yang tidak, bahkan ada yang tidak tahu.
D.James Kennedy menulis, bahwa sejak dulu kala, laki-laki dan perempuan menanggapi kematian mereka yang dicintainya dengan jeritan seperti yang dikumandangkan Ayub: “Kalau manusia mati, dapatlah ia hidup lagi?” (Ayub 14:14). Falsafah manusia dan agama kafir hanya bisa menjawabnya dengan tidak lebih daripada tanda tanya, angan-angan, dan harapan yang samar.[1]
Jadi semua agama dan falsafat manusia yang ada di dunia ini  mengajarkan tentang kehidupan dan kematian,  tetapi tentang kebangkitan masih merupakan misteri besar yang belum terpecahkan.
Hanya Alkitab dalam Kekristenan yang memberikan jawaban yang pasti dan akurat tentang kebangkitan tubuh dan keberadaan hidup manusia dalam kekekalan.

AJARAN TIDAK ALKITABIAH TENTANG KEBANGKITAN:

Ada banyak pengajaran yang tidak alkitabiah tentang kebangkitan. Beberapa pengajaran disebutkan berikut ini.

A.    Tidak ada Kebangkitan/Kebangkitan sudah berlalu:
Orang Saduki, suatu golongan pemimpin agama Yahudi, ahli Torat, yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka  tidak percaya adanya kebangkitan orang mati dan adanya malaekat (Matius 22:23-33, Markus 12:18-27, Lukas 20:27-40).
Pada zaman Rasul Paulus dan sebelumnya berkembang ajaran yang menyatakan bahwa kebangkitan sudah berlalu, dengan demikian kebangkitan tidak akan ada lagi. Orang yang mati termasuk mereka yang percaya bahwa kebangkitan telah berlalu juga orang-orang yang akan mati sampai pada masa yang akan datang tidak akan mengalami kebangkitan (1 Korintus 15:13; 2 Timotius 2:18).

B.     Charles Taze Russel dan saksi-saksi Yehovah:
Charles Taze Russel dengan gerakan saksi Yehovahnya  mengajarkan bahwa penciptaan baru pada waktu kematian adalah periode ketidak beradaan atau orang mati tetap mati/dimusnahkan (dibinasakan) sama sekali.
Menurut mereka bahwa orang tidak percaya/orang jahat ketika mati, dimusnahkan dan yang dibangkitkan hanyalah mereka yang percaya kepada Allah Yehovah yang nantinya akan mewarisi dunia baru.

C.     Mr. Oscar Baker dengan Teori benihnya:
Mr. Oscar Baker mengajarkan bahwa pada waktu mati masih tetapi tinggal suatu elemen tubuh yang hidup yang memungkinkannya bangkit lagi.
Berdasarkan ayat seperti 1 Petrus 1:23, hanya mereka yang diselamatkan yang akan dibangkitkan dari kematian sebab secara pribadi mereka memiliki hidup yang kekal. Mereka sama sekali gagal membedakan antara hidup jasmani dan rohani, hidup yang kekal yang ada dalam Kristus (Yohanes 3:16, 36).

D.    Mr. Otis Q Sellers:
Mr. Otis Q Sellers berpandangan bahwa kebangkitan menyebabkan bukan hanya semata-mata satu bagian tubuh manusia yang dibangkitkan tetapi seluruhnya. Ketika manusia mati, maka manusia mati seluruhnya yakni tubuh jiwa dan roh, karenanya ketika dibangkitkan maka seluruhnya dibangkitkan. 
Pandangan ini juga dianut oleh Gerakan Adventisme, yakni orang-orang yang tidur (mati: tubuh, jiwa dan roh) dalam lebu tanah dibangunkan.

E.     Teori Reinkarnasi:
Pandangan teori ini bahwa roh akan mendiami tubuh yang lain, bereinkarnasi (dilahirkan kembali dalam tubuh yang lain, atau menjadi mahluk lain) dan ini terjadi berulangkali sampai mencapai kesempurnaan,  sedangkan tubuh yang lama sesungguhnya tidak dibangkitkan.
Pandangan ini banyak dianut dalam agama-agama purba, Hindu, dan Budha. Pandangan ini sangat bertentangan dengan doktrin Alkitabiah tentang kebangkitan orang mati.

F.      Teori Identitas:
Teori ini beranggapan bahwa manusia akan dibangkitkan dalam bentuk (tubuh) ketika mereka mati, sekalipun demikian mereka akan dimuliakan. Jadi kalau mati ketika masih bayi akan dibangkitkan seperti itu juga, dan demikian pula yang cacat pada  waktu mati akan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu juga, dsb.


AJARAN ALKITABIAH TENTANG KEBANGKITAN:

Di atas telah disampaikan mengenai beberapa pandangan yang tidak Alkitabiah tentang kebangkitan.  Jenius besar dari falsafah Yunani, Plato, ditanya: “Apakah kita akan hidup kembali?” Tanggapannya: “Aku harap demikian, tetapi tiada orang yang bisa tahu.”[2]  Ya diukur dari keterbatasan manusia, maka tidak ada seorangpun yang bisa tahu, oleh karena itu maka Allah melalui Alkitab Firman-Nya memberitahu manusia tentang kematian dan kebangkitan dengan sangat jelas. 
Jadi Alkitab mengajarkan secara jelas dan dalam banyak tempat kebenaran tentang adanya kebangkitan tubuh. Kebangkitan tubuh pada pokoknya merupakan penyataan Alkitabiah, karena falsafah Yunani, yang memandang tubuh sebagai suatu rintangan, hanya mengajarkan ketidak binasaan jiwa.[3] Kebangkitan adalah suatu fakta.[4]
 
Berikut ini pandangan Alkitabiah tentang kebangkitan,

A.    AJARAN DALAM PERJANJIAN LAMA:

Perjanjian Lama mengajarkan dan menubuatkan tentang adanya kebangkitan. Kata “menurut Kitab suci: dalam 1 Korintus 15:3-4 menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Lama telah mengajarkan dan menubuatkan tentang adanya kebangkitan. Perjanjian Lama mencatat paling sedikit tiga orang yang dibangkitkan: putra seorang janda (1 Raja-raja 17:21, 22); putra perempuan Sunem (2 Raja-raja 4:32-36); dan orang yang dibangkitkan mayatnya kena kepada tulantulang Elisa (2 Raja-raja 13:21).[5]
Ajaran tentang kebangkitan telah diyakini oleh tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama seperti:
           
1.      Ayub (Ayub 19:25-27):
Selama penderitaannya, Ayub merindukan kematian sebagai suatu cara pembebasan dan ingin supaya ia dapat mengetahui ada suatu pengharapan melalui kematian itu yang akan membuat penderitaannya yang sekarang dapat ditahankan (Ayub 14:13-14). Ia mengungkapkan pengharapan itu dalam pasal 19:25-27). 
Suatu pengharapan pada Allah yang hidup yang akan membebaskan persoalannya bahkan setelah kematiannya. Ia yakin bahwa  sekalipun tubuhnya telah hancur, ia akan melihat Allah dari dagingnya (ayat 26)[6]

2.      Abraham:
Abraham mempunyai keyakinan yang kokoh tentang kebangkitan. Ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya sebagai korban bakaran, ia tidak keberatan karena ia mempunyai keyakinan bahwa Ishak  walaupun akan dijadikan korban persembahan, tetapi nanti anaknya akan dibangkitkan kelak. Abraham tidak ragu-ragu melaksanakan perintah Allah ini.

3.  Yakub:
Kitab Kejadian pasal 49 adalah cerita khusus tentang Yakub yang memberi nasehat, bimbingan dan pemberian berkat kepada anak-anaknya satu persatu menjelang akhir hidupnya. Yakub percaya bahwa ada keselamatan dan kehidupan di balik kematian. Yakub berkata di hadapan anak-anaknya, “Aku menanti-nantikan keselamatan yang dari pada-Mu, ya Tuhan.” (Kejadian 49:18).

4.      Daud:
Dalam Mazmur 16:8-11, Daud menulis bahwa ia tidak akan goyah, bahkan ia bersukacita dan bersorak-sorak, karena Allah tidak menyerahkan orang percaya ke dunia orang mati dan melihat kebinasaan, melainkan Allah memberikan jalan kehidupan dan akan diam dengan tentram di hadapan Allah. Juga dalam Mazmur 17:15 Daud berkata, “… pada waktu bangun (kebangkitan) aku akan menjadi puas dengan rupaku.”  Sedangkan bagi orang yang tidak tidak percaya diumpamakan pemazmur seperti domba yang meluncur ke dunia orang mati, digembalakan oleh maut dan diam di sama (Mazmur 49:15).

5.   Tuhan Yesus  mengajarkan tentang kebangkitan dari Perjanjian Lama.
Tuhan Yesus pada waktu mau membuktikan ajaran kebangkitan orang mati kepada orang-orang Saduki, Ia mengutip Firman Allah yang terdapat dalam Keluaran 3:6 sebagai bukti fakta kebangkitan (Matius 22:31-32).
Ryrie menjelaskan bahwa, argumen ini didasarkan pada kenyataan bahwa ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa pada semak duri yang menyala-nyala, Ia menghubungkan diri-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub dalam suatu hubungan yang tidak berhenti pada saat kepala keluarga tersebut mati.[7]

6.      Masih banyak tulisan-tulisan tentang kebangkitan yang bisa kita lihat dalam Perjanjian Lama antara lain dalam Yesaya 26:19; Yehezkiel 37; Daniel 12:2).
Dengan melihat contoh-contoh di atas maka nampaknya jelas dan memadai untuk menyatakan bahwa doktrin ini telah diajarkan dan dipercayai sepanjang periode Perjanjian Lama.[8]

B.     AJARAN DALAM PERJANJIAN BARU:

Kebangkitan Kristus adalah jaminan yang pasti bahwa kebangkitan itu mutlak ada dan tidak dapat disangkal sebab itu adalah fakta yang paling menentukan dalam iman Kristiani. (1 Korintus 15:17-22).
Kata Kebangkitan dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani “anastasis”  diterjemahkan kebangkitan 42 kali, 48 kali diterjemahkan  dihidupkan,  9 kali diterjemahkan menghidupkan,  18 kali  diterjemahkan membangkitkan, 26 kali diterjemahkan bangkit dan hanya sekali diterjemahkan naik.[9]
Banyak mujizat yang telah terjadi sebelum Yesus disalibkan, khususnya mujizat tentang kebangkitan orang mati, seperti berikut,
1.      Yairus, anak perempuan dari seorang kepala rumah ibadah di Galilea, telah dibangkitkan oleh Yesus walaupun sebelumnya orang-orang di sekitar itu menertawakan Dia, karena Dia berkata, “anak itu tidak mati, tetapi tidur … “ (Matius 9:24:25).
2.      Di Kota Nain, Yesus membangkitkan seorang anak muda yang sedang diusung keluar kota untuk dikuburkan. Hal ini membuat kegemparan di kota itu bahkan sampai keseluruhan daerah Yudea dan sekitarnya (Lukas 7:14-15).
3.      Lazarus yang telah beberapa hari dikuburkan, pada saat Yesus berseru dengan suara keras, “Lazarus, marilah keluar!” Lazaruspun keluar dengan kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanyapun masih tertutup dengan kain peluh (Yohanes 11:43-44).
4.      Dorkas  yang dibangkitkan oleh Rasul Petrus dalam Kisah Rasul 9:40-41.
5.      Rasul Paulus juga pernah membangkitkan Eutikus yang telah mati karena terjatuh dari tingkat tiga dari suatu bangunan di mana Paulus mengajar sampai larut malam (Kisah 20:9-12). Juga dalam 1 Korintus pasal 15 Rasul Paulus dengan sangat jelas dan penuh keyakinan mengajarkan tentang adanya kebangkitan tubuh ini.
6.      Ajaran tentang kebangkitan ini diajarkan oleh Yesus sendiri dengan sangat jelas (Yohanes 5:28, 29, 39, 44, 54; Lukas 14:13-14; 20:35-36).  Yesus sendiri mengatakan bahwa Dialah Kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yohanes 11:25).
7.      Para Rasul juga mengajarkan dengan penuh keyakinan tentang adanya kebangkitan tubuh (Kisah 24:15; 1 Korintus 15:1; 1 Tesalonika 4:13-18; Filipi 3:11-21; Wahyu 20:4-6, 12, 13).
8.      Kebangkitan Kristus adalah jaminan yang pasti akan kebangkitan secara tubuh (Roma 8:11, 1 Korintus 6:14, 1 Korintus 15:20-22, 2 Korintus 4:14). Kristus “telah mematahkan kuasa maut dan  mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” ( 2 Timotius 1:10). Oleh karena itu jelas bahwa Perjanjian Baru secara cukup luas dan memadai mengajarkan adanya kebangkitan tubuh.[10]


SIFAT KEBANGKITAN FISIK:

Alkitab dengan jelas mengajarkan/menyatakan tentang adanya kebangkitan tubuh (Ayub 19:25-26; Mazmur 16:9; Yohanes 5:28-29; 1 Korintus 15:44. Alkitab berbicara tentang tiga jenis kebangkitan: Kebangkitan berdasarkan hukum yaitu ketika orang percaya dibangkitkan bersama Kristus (Roma 6:4-5, Efesus 2:5-6, Kolose 2:12-13); Suatu kebangkitan rohani, yang sepadan dengan kelahiran kembali atau pembaharuan (Yohanes 5:25-26); Serta kegangkitan fisik (Yohanes 5:28-29).[11]  Baik orang percaya maupun orang tidak percaya akan mengalami kebangkitan. Jadi semua orang yang sudah mati akan dibangkitkan dan hidup dalam kekekalan.
 
A.    Fakta Kebangkitan
Baker menulis bahwa kebangkitan merupakan pokok pengajaran besar dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kita membaca apa yang ditulis Paulus tentang Juruselamat Yesus Kristus, “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.” (1 Timotius 1:10). Pusat kebenaran dalam Perjanjian Baru adalah tentang kebangkitan Kristus. [12]
Thiesen menulis bahwa Alkitab memakai paling tidak empat cara untuk menunjukkan bahwa tubuh akan dibangkitkan,
1.      Dengan pernyataan-pernyataan yang gamblang tentang hal itu (Mazmur 16:9-10, Daniel 12:2, Yohanes 5:28-29)
2.      Dalam pernyataan bahwa tubuh kita termasuk dalam penebusan kita (Roma 8:23, 1 Korintus 6:13-15, 19-20).
3.      Dalam jenis tubuh yang dimiliki Kristus ketika Ia dibangkitkan. Kristus dibangkitkan dalam tubuh fisik (Lukas 24:39, Yohanes 20:27). Mengingkari kebangkitan fisik berarti mengingkari kebangkitan fisik Kristus (1 Korintus 15:130.
4.      Dalam kedatangan Kristus kembali serta penghakiman-penghakiman menurut arti kata yang sesungguhnya. Manusia Kristus Yesus akan kembali untuk menghakimi bukan roh-roh yang tanpa tubuh, melainkan orang-orang yang memiliki tubuh ( 1 Tesalonika 4:16-17, Wahyu 20:11-13).[13]

B.     Sifat Kebangkitan Tubuh Fisik.
Alkitab mengajarkan bahwa tubuh  yang dibangkitkan  bukanlah tubuh yang sama sekali baru, atau tubuh yang lain. Tubuh yang dibangkitkan adalah tubuh ini yang diubahkan dan disempurnakan.

1.      Sifat kebangkitan Tubuh Orang Percaya:
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa ketika dibangkitkan ada pengubahan tubuh, dibangkitkan dengan mengenakan tubuh yang sudah diubahkan dan disempurnakan,
a.       Tubuh merupakan bagian dalam karya penebusan yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus. Kebangkitan tubuh merupakan penebusan final bagi kehidupan percaya (Roma 8:23).
b.      Kebangkitan tubuh merupakan pengubahan dan penyempurnaan tubuh ini menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia (Filipi 3:21; 1 Korintus 15:13, 43, 49; Yohanes 20:27; Lukas 24:39; 1 Yohanes 3:2),
c.       Kebangkitan tubuh menghasilkan tubuh yang tidak dapat binasa (1 Korintus 15:42, 53, 54),
d.      Kebangkitan tubuh menghasilkan tubuh yang kuat (1 Korintus 15:43),
e.       Kebangkitan tubuh merupakan pengubahan dan penyempurnaan tubuh ini menjadi tubuh rohani atau tubuh sorgawi (1 Korintus 15:44, 47-49; 2 Korintus 5:1-2).

2.      Sifat Kebangkitan Tubuh Orang Tidak Percaya:
Sifat kebangkitan tubuh orang yang tidak percaya, tidak banyak dibicarakan, namun yang pasti mereka akan dibangkitkan untuk penghukuman (Wahyu 20:11-12; Yohanes 5:28-29; Daniel 12:2). Karena Alkitab tidak menjelaskan lebih terperinci tentang bagaimana rupa tubuh kebangkitan dari orang tidak percaya, maka harus puas dengan hal-hal yang telah dinyatakan-Nya dan mebiarkan pertanyaan sejauh mana Alkitab tidak menyatakannya.

PENTINGNYA KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

Kebangkitan Yesus Kristus adalah sangat penting dalam kehidupan percaya, karena:  
A.    Menjadi dasar  kebangkitan manusia nanti (1 Korintus 15:13-18),
B.     Menjadi dasar dari apa yang kita beritakan (1 Korintus 15:14),
C.     Menjadi dasar kesaksian  para Rasul (1  Korintus 15:1-11,15).
D.    Kebangkitan  Yesus merupakan dasar iman percaya (1 Korintus 15:17),
E.     Dan merupakan dasar atas pengharapan kita (1 Korintus 15:19).


BUKTI KEBANGKITAN YESUS KRISTUS SEBAGAI JAMINAN KEBANGKITAN KITA.

Alkitab  membuktikan bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dari antara orang mati.
A.    Perjanjian Lama telah berulang kali menu­buatkannya  dan Kristus sendiri mengungkapkannya Matius 16:21).
B.     Kubur yang kosong adalah bukti nyata yang disaksikan oleh para murid dan para ahli torat serta prajurit Romawi.
C.     Berulangkali Dia  menampakkan diri-Nya sesudah Dia bangkit dari antara orang  mati (1 Korintus 15:4-9).
  1. Dia menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena (Yohanes 20:14-16),
  2. Dia menampakkan diri kepada kaum  wanita ketika itu (Matius 28:8-10),
  3. Dia menampakkan diri kepada Petrus (Lukas 24:34),
  4. Dia menampakkan diri kepada dua orang yang sedang berjalan menuju Emaus (Lukas 24:13-31),
  5. Dia menampakkan diri kepada kesepuluh murid (Markus 16:14),
  6. Dia menampakkan diri kepada  kesebelas murid (Yohanes 20:26),
  7. Dia menampakkan diri kepada tujuh murid di Galilea (Matius 28:16-17),
  8. Dia menampakkan diri kepada keduabelas murid (1 Korintus 15:5),
  9. Dia menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang (1 Korintus 15:6).
  10. Dia menampakkan diri-Nya  kepada  Yakobus (1 Korintus 15:7),
  11. Dia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya ketika akan terangkat ke surga (Lukas 24:44-54),
  12. Dia menampakkan diri kepada Stefanus setelah beberapa waktu terangkat ke surga (1 Korintus 15:7).
  13. Berikut pengalaman Paulus ketika menyaksikan penampakan Yesus Kristus kepadanya (Kisah Rasul 9:1-22, 22:6-21, 26:4-23).
D.    Alkitab membuktikan bahwa Dia bangkit. kebang­kitan-Nya menjadi batu penjuru bagi yang percaya (Kisah 4:10-12).
E.     Kebangkitan-Nya mengalahkan kuasa maut, memberikan kemenangan dan hidup bagi  yang percaya (1 Korintus 15:54-57).

WAKTU KEBANGKITAN:

A.    Pada Akhir Dispensasi Anugerah (Gereja)
Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Tesalonika  dan Korintus bahwa, pada saat sangkakala berbunyi di surga maka Tuhan Yesus akan datang untuk menjemput orang percaya yang tergabung di dalam Tubuh Kristus (Gereja), maka orang-orang percaya yang telah mati akan dibangkitkan kemudian diangkat bersama dengan mereka yang masih hidup dan yang telah diubahkan (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:51). Kebangkitan ini akan terjadi pada akhir dispensasi Anugerah atau sebelum masa sengsara (Pretribulasi).

B.     Pada akhir Masa Sengsara Besar:
Pada akhir Masa Sengsara Besar (Posttribulasi), yaitu menjelang Kerajaan Seribu Tahun dimulai (Premillenial), akan ada kebangkitan orang-orang kudus yang hidup dalam program nubuatan. Mereka akan dibangkitkan dan akan memerintah bersama-sama dengan Kristus dalam Kerajaan Damai dan kematian tidak akan berkuasa terhadap mereka (Wahyu 20:6).

C.     Pada Akhir Kerajaan Seribu Tahun:
Mereka yang tidak dibangkitkan baik pada saat Kedatangan Kristus menjemput Gereja (Pretribulasi/premillenial) maupun kebangkitan pada akhir Kesusahan Besar (Posttribulasi/Premillenial) akan dibangkitkan pada akhir Kerajaan Seribu Tahun (Postmillenial) untuk menghadap tahta Putih untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka. Mereka yang dibangkitkan di sini semuanya akan dicampakkan ke dalam Lautan Api (Wahyu 20:5, 11-15).
Kebangkitan yang terjadi menjelang Kerajaan Seribu Tahun disebut kebangkitan Pertama. Mengapa hal itu disebut Kebangkitan Pertama sedangkan pada akhir Dispensasi Anugerah telah terjadi kebangkitan? Hal itu disebut demikian karena sesuai dengan Program Nubuatan hal itu disebut Kebangkitan Pertama, sedangkan yang terjadi pada Dispensasi Anugerah, walaupun secara urutan adalah pertama tetapi tidak disebut kebangkitan pertama karena peristiwa itu terjadi dalam program rahasia. Sedangkan kebangkitan kedua adalah kebangkitan pada akhir Kerajaan Seribu Tahun sebagai kebangkitan untuk penghukuman.


PENUTUP:

Berita tentang Kebangkitan Kristus telah menjawab bahwa  kematian bukanlah akhir dari kehidupan ini, tetapi kematian merupakan peralihan kepada suatu kehidupan yang baru dan kekal. Kebangkitan adalah jawabannya.  Karena Kristus dibangkitkan, maka iman Kristiani semakin kokoh, sebab kitalah (orang yang percaya), orang yang paling malang di dunia ini seandainya Kristus tidak dibangkitkan. Yang benar adalah Yesus telah dibangkitkan. Kebangkitan Yesus adalah tanda kemenangan  mengalahkan kuasa dosa yaitu maut. Alkitab memberikan pernyataan yang sangat jelas bahwa kita tidak perlu kuatir tentang mereka  yang telah mati, karena mereka akan dibangkitkan dan diangkat bersama untuk selama-lamanya tinggal di surga.




  Catatan Akhir:
[1] D James Kennedy, Why I Believe (Mengapa Saya Percaya) (Batam Centre: Interaksara, 2000), 151.
[2] D James Kenneddy, 151.
[3] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Buku 2 (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992), 360.
[4]  Charles Stanley, The Glorious Journey (Perjalanan Mulia) Buku Satu (Batam Centre: Interaksara, 2000), 322.
[5] Henry C Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992), 593. 
[6] Charles C. Ryrie, 360.
[7] Charles C. Ryrie,  360-361.
[8] Henry C. Thiessen, 593.
[9] Charles F. Baker, A Dispensational Theology (Grand Rapids Michigan: Grace Publications, 1972),  635-636.
[10] Henry C. Thiessen, 593.
[11] Idem, 593-594.
[12] Charles F. Baker,  634.
[13] Henry C Thiessen, 594

AKHIR SUATU KEHIDUPAN (KEMATIAN)

Jerry H M Sumanti


PENDAHULUAN 

Berbicara mengenai akhir suatu kehidupan atau kematian merupakan hal yang sangat menakutkan bagi banyak orang. Kematian merupakan satu kehilangan yang sangat besar yang menyebabkan kesedihan dan dukacita. Berbagai cara ditempuh untuk menghindarkan diri dari kematian ini, tetapi pada akhirnya ia datang juga tanpa dapat dielakkan. Mengapa?

Kematian sudah menjadi bagian dari kehidupan ini. Kematian tidaklah bertentangan dengan kehidupan, itu bukanlah lawan dari kehidupan tetapi kematian merupakan peralihan dari hidup ini kepada suatu kehidupan yang lain sebagaimana dipercaya dalam berbagai-bagai agama dan kepercayaan.

Bagi kita, pedoman untuk membicarakan tentang kematian adalah Alkitab yang membicarakan mengenai kehidupan dan kematian.


PANDANGAN ALKITAB TENTANG KEMATIAN

Kematian merupakan bagian dari kehidupan ini. Kenyataan ini tak dapat disangkali. Mengapa ada kematian? Kematian ada karena pemberontakan manusia terhadap Allah. Alkitab menceritakannya.

Ada tiga macam kematian dijelaskan di dalam Alkitab yaitu: pertama, kematian rohani di mana hubungan manusia dengan Allah putus; kedua, kematian jasmani di mana kehidupan manusia mengalami kutukan dan tubuh akan kembali kepada tanah; dan yang ketiga, kematian kekal atau kematian kedua di mana tubuh, jiwa dan roh akan mengalami hukuman yang kekal dan terpisah dengan Allah selama-lamanya, dialami oleh mereka yang tidak berbalik kepada-Nya (percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).

Kata kematian diterjemahkan dari kata dalam bahasa Yunani “tanatos” (bahasa Inggeris, death). Dalam Roma 6:23a Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru (TB) kata tersebut diterjemahkan “maut.” Kata kematian ini berarti “perpisahan.” “Upah dosa adalah maut …,” demikian Firman Tuhan melalui Rasul Paulus. Kata “maut” dalam ayat ini mempunyai beberapa pengertian yang berhubungan dengan macam-macam kematian tersebut di atas.

Pertama, hubungan manusia dengan Allah terputus. Hubungan manusia dengan Allah terputus bemula, ketika Adam dan Hawa melawan perintah Allah yakni ketika mereka memakan buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan, yang menyebabkan mereka mengalami kematian. Perhatikan ceritanya dalam kitab Kejadian pasal ketiga. Akibatnya Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Sejak itulah mereka dan keturunannya, termasuk kita semua yang adalah bagian dari darah dan daging mereka menjadi seteru Allah (Roma 3:23; 5:10). Adam dan Hawa menjadi takut bertemu dengan Tuhan, karena gambar dan rupa Allah dalam diri mereka telah rusak oleh kerena pelanggaran ini. Dosa menjadi pemisah antara Allah dengan manusia (Yesaya 59:2). Dengan demikian manusia terpisah dengan Allah dan menjadi musuh Allah (Roma 8:7-8; 1 Timotius 5:6), mati secara rohani dan jauh dari persekutuan dengan Allah (Efesus 2:1; Efesus 2:3, 3; Roma 5:12; Efesus 4:18; I Korintus 2:11).

Keterpisahan ini hanya dapat dipulihkan melalui Tuhan Yesus Kristus yang adalah pengantara antara Allah dengan manusia. Manakalah manusia mau menerima uluran tangan kasih Allah ini, maka hubungannya dengan Allah dipulihkan (I Timotius 2:5; Efesus 2:16).

Ketelanjangan Adam dan Hawa sebagaimana telah dikatakan di atas tidak mungkin terselubungi seandainya mereka tidak mau menyambut dan mengenakan pakaian kulit binatang buatan Allah. Pakaian mana merupakan simbol atau bayangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang mengangkut dosa manusia (Yohanes 1:29).

Dosa manusia tidak mungkin diangkut dan dihapus bersih jikalau manusia tidak mau percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan penebus dosanya. Manusia akan tetap dikuasai dosa yang membawa maut, tak mungkin keterpisahan dengan Allah dipulihkan.

Kedua, kehidupan manusia di dunia ini terkutuk. Perhatikan kembali kitab Kejadian pasal ketiga. Apa yang terjadi terhadap manusia pertama Adam dan Hawa? Kejatuhan manusia yang petama ke dalam dosa mengakibatkan seluruh umat manusia mengalami berbagai macam gangguan dan kelemahan jasmani maupun rohani. Manusia mengalami ketakutan (Kejadian 3:10); Antasa sesama saling menuduh dan mempersalahkan (Kejadian 3:14-15); Wanita mengalami penderitaan sakit bersalin (Kejadian 3:16); Kaum lelaki bersusah payah mencari rezeki di antara semak duri (Kejadian 3:17-19).

Ketiga, manusia mengalami kematian jasmani. Kematian jasmani juga merupakan bagian dari hukuman Tuhan bagi manusia sejak Adam dan Hawa menyimpang dari jalan Tuhan. Buktinya dalam kehidupan sehari-hari kita temukan, lihat dan dengar bahwa ada orang-orang yang mati. Bahkan Alkitab sendiri berbicara tentang kehidupan dan kematian. Ada yang lahir, hidup dan ada yang mati (Kejadian pasal lima; Pengkhotbah 3:2). Allah berfirman, “… sampai engkau kembali menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil …” (Kejadian 3:19). Dari tanah kembali ke tanah, itulah kematian jasmani. Penulis Ibrani mengatakan bahwa manusia telah ditentukan satu kali akan mengalami kematian dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27). Tak dapat disangkali baik mereka yang sudah percaya dan yang belum percaya, kematian jasmani merupakan bagian dari hidup ini (namun Alkitab juga menjelaskan bahwa ada orang yang tidak akan mengalaminya karena Tuhan Yesus Kristus datang di angkasa mengangkat orang percaya, yang telah mati dibangkitkan, diubahkan bersama dengan orang percaya yang masih hidup diangkat ke surga (I Korintus 15:51, 1 Tesalonika 4:13-18).

Kehidupan manusia dibatasi oleh umur. Umur manusia yang paling panjang yang diceritakan Alkitab adalah Metusalah. Ia mencapai umur 969 tahun, tetapi pada akhirnya mati juga. Demikian juga Adam sebagai manusia pertama, ia hanya mencapai umur 963 tahun kemudian itu ia mati. Pada zaman Nuh, Allah membatasi umur manusia hanya sampai 120 tahun. Dan dalam Kitab Mazmur, Pemazmur mengatakan bahwa umur manusia hanya sampai 70 tahun atau 80 tahun saja (Mazmur 90:10). Kematian jasmani merupakan bagian dari hidup ini tetapi kematian jasmani ini bukanlah akhir daripada kehidupan.

Kematian merupakan peralihan kepada kehidupan yang lain. Di balik kematian ini masih ada kehidupan yang lain, kehidupan yang kekal abadi. Bagi yang percaya kematian merupakan peralihan kepada pengharapan yang pasti hidup kekal di dalam Kerajaan Allah, sedangkan bagi yang tidak percaya tersedia kehidupan yang kekal di dalam lautan api, kematian yang kedua.

Kematian adalah bagian dari hukuman dan upah dosa (Kejadian 2:17; Yehezkiel 18:4); kematian adalah perpisahan tubuh dengan jiwa dan roh (Yakobus 2:26); kematian adalah pembongkaran dan penanggalan kemah (tubuh) (II Korintus 5:1; II Petrus 1:13-14); pemazmur melukiskan kematian sebagai turun ke tempat yang sunyi (Mazmur 115:17).

Keempat, Kematian kekal, kematian kedua. Kematian kekal atau kematian kedua adalah penghukuman yang kekal yakni kehidupan yang terpisah untuk selama-lamanya dengan Tuhan. Upah dosa adalah maut. Pasti upahnya akan diperoleh apabila tidak berbalik ke jalan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Maut dan Kerajaan maut akan dicampakkan ke dalam lautan api, itulah kematian kedua, lautan api” (Wahyu 20:14). Kematian kedua adalah kehidupan dan penghukuman yang kekal di dalam neraka, lautan api. Setiap orang yang nama-namanya tidak terdaftar di dalam kitab kehidupan akan mengalami hukuman kekal ini (Yohanes 3:36; Wahyu 20:15)


PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABIAH TENTANG KEMATIAN DAN JAWABAN TERHADAP PANDANGAN TERSEBUT.

Di atas telah dijelaskan bahwa kematian adalah bagian daripada kehidupan ini sebagaimana diajarkan Alkitab Ada kematian rohani, kematian jasmani, dan kematian kekal. Berikut ini pandangan-pandangan tidak Alkitabiah tentang kematian dan jawaban terhadap pandangan-pandangan tersebut.

A. PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABIAH TEBTANG KEMATIAN.[1]

Pertama, Pandangan bahwa kematian merupakan tidurnya jiwa. Pandangan ini merupakan pengajaran Advent Hari Ketujuh. Mereka berpegang pada ajaran ini dengan mendasarkan pada beberapa ayat Alkitab yang seakan-akan mengesankan bahwa kematian itu adalah tidur (Yohanes 11:11-13; Daniel 12:2; I Tesalonika 4:13, 14).

Kedua, Pandangan bahwa kematian merupakan hilangnya jiwa. Pandangan ini dianut oleh Dr. E.W Bullinger. Ia mengajarkan bahwa pada waktu Allah menciptakan manusia, Allah memberikan nafas kehidupan sehingga manusia menjadi jiwa yang hidup. Manusia bukan mempunyai jiwa, tetapi manusia itu sendiri adalah jiwa. Keberadaan jiwa tergantung dari manusia itu bernafas. Ketika manusia itu mati maka jiwanya juga mati, hilang tanpa keberadaan. Pandangan yang sama juga diajarkan oleh Charles Taze Russell dan merupakan pokok pengajaran Russellisme dan gerakan Saksi-saksi Yehowa yang mengajarkan bahwa manusia adalah jiwa, bukan mempunyai jiwa; kematian berarti pemusnahan, total tanpa keberadaan.

Karena menurut Saksi-saksi Yehowa kematian itu adalah pemusnahan sehingga mereka menolak tentang adanya tempat penghukuman sementara Sheol atau Hades dan Gehenna sebagai lautan api tempat penghukuman kekal. Menurut gerakan Saksi-saksi Yehowa bahwa Sheol atau Hades dan Gehenna bukanlah tempat penghukuman. Sheol atau Hades adalah kuburan di mana orang-orang mati ditempatkan, sedangkan Gehenna adalah lambang pemusnahan total bagi orang-orang jahat.[2]

Gerakan Saksi-saksi Yehowa ini mengajarkan pula bahwa ajaran tentang neraka tidak dapat dibenarkan karena sama sekali tidak sesuai dengan Alkitab; tidak masuk akal; bertentangan dengan kasih Allah dan bertentangan dengan keadilan.[3] Sheol atau Hades berarti tempat kuburan umum manusia, yakni keadaan di mana manusia yang baik maupun yang jahat, pergi dan beristirahat,[4] bukanlah tempat penderitaan yang panas.[5]

Ketiga, Pandangan Mery Baker Eddy (Christian Science). Mrs. Mery Baker Eddy mendefinisikan kematian sebagai suatu khayalan, soal tipuan hidup, tidak nyata dan tidak benar; lawan daripada hidup. Pandangan ini tidak mempunyai landasan Alkitab apapun, bahkan merupakan penyangkalan terhadap kenyataan dosa dan upahnya yaitu maut (mati) yang diajarkan Alkitab.

Keempat, Pandangan yang dianut oleh Swedenborg. Emanuel Swedenborg adalah seorang mistik Swedia dan seorang ahli filsafat dan pendiri Gereja Yerusalem Baru pada tahun 1783, menganut pandangan khusus tentang keadaan jasmani manusia. Ia percaya bahwa manusia mempunyai dua tubuh, tubuh luar dan tubuh dalam, tubuh jasmaniah dan tubuh batiniah. Pada kematian, ia berpendapat bahwa tubuh jasmaniah, tubuh luar kembali ke tanah dan tak pernah akan dibangkitkan. Sedangkan tubuh batiniah, tubuh dalam akan disatukan dengan jiwa dan berpindah ke dunia lain.

B. JAWABAN TERHADAP PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABAH TENTANG KEMATIAN TERSEBUT DI ATAS.[6]

Kita dapat memahami dengan jelas bahwa kematian bukanlah tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan berdasarkan apa yang dijelaskan di dalam Alkitab. Pertama, Alkitab dengan sangat jelas mengajarkan bahwa kematian rohani adalah berbicara tentang kematian dalam kesalahan dan dosa-dosa dan bukanlah tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan. Kedua, kematian tubuh tidaklah mengakibatkan kematian jiwa. Hal ini nyata dalam perkataan Kristus yang membedakan tentang kematian tubuh dan jiwa. Kristus berkata, “Jangan takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang dapat membunuh jiwa” (Matius 10:28). Ketiga, Cerita tentang orang kaya dan Lazarus dalam Lukas 16:19-31 membuktikan bahwa mereka yang telah mati bukan berada dalam keadaan tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan. Keempat. Andaikata kematian itu berarti tidak memiliki keberadaan, maka pada waktu itu Tuhan Yesus Kristus tidak memiliki keberadaan ketika tubuh-Nya terbaring di dalam kubur selama tiga hari tiga malam. Kelima, Pernyataan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8, beralih dari tubuh ini (mati) berarti untuk menetap pada Tuhan dan bukan berhenti dari keberadaan. Keenam, Penampakan Musa dan Elia di atas gunung (Matius 17:3) adalah bukti lebih lanjut bahwa kematian bukanlah tanpa keberadaan atau tanpa kesadaran. Ketujuh, Petrus mengatakan bahwa mereka yang tidak taat pada zaman Nuh sekarang berada sebagai roh-roh dalam penjara dalam keberadaan dan kesadaran (1 Petrus 3:18-20)


TEMPAT LANJUTAN ORANG SESUDAH MATI.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kematian itu bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi kematian adalah perpisahan tubuh dengan jiwa dan roh. Kematian adalah peralihan kepada kehidupan yang lain yaitu kehidupan yang kekal. Ke mana dan di mana? Ada tempat-tempat yang tersedia sebagai tempat lanjutan orang-orang untuk hidup sesudah mati, baik orang yang percaya maupun yang tidak percaya. Tempat-tempat tersebut diuraikan berikut ini berdasarkan kebenaran Firman Tuhan.

A. LANGIT (HEAVEN)[7]

Alkitab mengajarkan baha langit ini terdiri dari tiga langit (2 Korintus 12:2). Kata langit dalam bahasa Inggris Heaven, diterjemahkan dari bahasa Yunani “ouranos,” tepatnya diterjemahkan “langit.” Dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan “surga”. Ketiga langit tersebut adalah sebagai berikut,

Pertama, Langit Atmosfir di mana burung-burung beterbangan (Yeremia 4:25; Matius 6:26; Matius 8:20). Kedua, Langit tempat bintang-bintang (Kejadian 22:17; Matius 24:29). Ketiga, Langit yang ketiga adalah surga tempat kediaman Allah (1 Raja-raja 8:27.30). Inilah langit ketiga (third Heaven) yang disaksikan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:2 atau Firdaus (Paradise) dalam 2 Korintus 12:4. Apakah manusia pada waktu mati langsung pergi ke surga, tidak ada pernyataan langsung tentang hal itu. Tetapi ada beberapa fakta yang disebut dalam Alkitab yang menyatakan, bahwa manusia (yang percaya) langsung pergi ke surga pada waktu mati yaitu melalui apa yang disampaikan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8 tentang beralih dari tubuh ini supaya berada bersama-sama dengan Tuhan; dan penglihatan Yohanes akan jiwa-jiwa mereka yang dibunuh karena Firman Allah berada di takhta Allah dan jumlah yang sangat besar manusia keluar dari masa sengsara besar, berada di tahta Allah (Wahyu 6:9-10; Wahyu 7:9-11, 14); Stefanus sebelum ia mati dirajam dengan batu, melihat langit terbuka dan Tuhan Yesus Kristus berdiri di sebelah kanan Allah (Kisah 7:55-60).

B. FIRDAUS (PARADISE).

Kata Firdaus dalam bahasa Inggris Paradise, diterjemahkan dari kata dalam bahasa Yunani “paradeisos.” Kata ini mula-mula digunakan oleh ahli sejarah Xenophon, yang melukiskan tentang taman Raja-raja dan bangsawan Persia. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Persia (Old Pers., Pairidaeza, sama dengan bahasa Yunani, Peri – Around – keliling, Teichos – a wall – tembok). Kata ini digunakan dalam Alkitab terjemahan Septuaginta sebagai, Taman Raja-raja (Nehemia 2:8; Penghotbah 2:5; Kidung Agung 4:13); Taman Eden (Kejadian 2:8); Taman ditepi sungai (Bilangan 24:6); Taman Dewa-dewa (Yeremia 29:5); Taman Eden, taman Allah (Yehezkiel 31:8-9).[8]

Dalam Perjanjian Baru kata Firdaus ini hanya disebut tiga kali. Yang pertama terdapat dalam Lukas 23:43 di mana Tuhan Yesus Kristus memberitahukan kepada seorang penjahat, bahwa hari ini juga ia bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus di dalam Firdaus. Kedua melalui pernyataan Paulus dalam 2 Korintus 12:4 tentang seseorang yang terangkat ke Firdaus. Yang ketiga dalam Wahyu 2:7, di taman Firdaus Allah.[9]

Paulus dalam 2 Korintus 12:2-4 melukiskan Firdaus itu sebagai “langit yang ketiga.” Langit ketiga adalah tempat kediaman Allah (lihat tentang “langit”). Firdaus bukanlah bagian dari alam maut, karena alam maut dalam kitab Wahyu dikatakan akan dicampakkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:14). Kalau Firdaus adalah bagian dari alam maut berarti Firdaus itu akan dicampakkan ke dalam lautan api.

Pernyataan dalam Efesus 4:8-9 tentang Tuhan Yesus Kristus turun ke bagian bumi yang paling bawah, yang dipercayai sebagai turun ke dalam alam maut (tempat penghukuman sementara bagi orang-orang yang tidak percaya – lihat Sheol/Hades), di mana orang kaya berada sebagaimana diceritakan dalam Lukas 16:22-24, dan disebut penjara dalam 1 Petrus 3:19-20. Tujuan Ia turun ke sana adalah untuk memproklamasikan kuasa Injil yang menyelamatkan (Roma 1:16-17), dan membawa tawanan-tawanan keluar dari sana. Tawanan-tawanan yang dimaksudkan bukan orang-orang yang sudah mati dan berada di sana, tetapi Tuhan Yesus Kristus sendiri menjadi tawanan ganti kita (Yesaya 53) dan membebaskan kita sebagai orang-orang tertawan (yaitu kita yang percaya). Orang yang percaya tidak akan merasakan tempat ini lagi karena Tuhan Yesus Kristus sudah menanggungnya bagi kita (Yohanes 4:24). Ia naik (ke luar dari sana) ke tempat tinggi menyatakan suatu kemenangan (Kisah 2:24-28) dan menjadi bukti bahwa maut sudah dikalahkan (1 Korintus 15:54-58).

C. SHEOL /HADES.

Sheol adalah kata dalam bahasa Ibrani (PL)(Ulangan 32:22; Mazmur 139:8; Yesaya 14:9; Mazmur 16:10) yang sinomim dengan kata Hades dalam bahasa Yunani (PB)(Lukas 16:23; Matius 16:18; Kisah 2:27), yang mempunyai pengertian sebagai “suatu tempat jiwa orang mati,”[10] “dunia yang suram dan tempat penahanan.”[11] Sheol diterjemahkan “neraka,” “kuburan,” dan “lubang,” sedangkan Hades diterjemahkan “neraka.” dan “kuburan.”[12]

Perkataan Sheol dipergunakan dalam Alkitab (PL) sebanyal 65 kali dan selalu menunjukkan tempat jiwa orang mati. Kata ini tidaklah tepat diterjemahkan sebagai “kuburan.” Dalam bahasa Ibrani kata untuk kuburan adalah “Qeber” dan bahasa Yunaninya “mnemeion.” Sheol tidak pernah dipakai dalam bentuk jamak, sama halnya dengan Hades. Tetapi kata Qeber terdapat 27 kali dalam bentuk jamak “Qeberim,” juga bentuk jamaknya mnemeion adalah “mnemeia.” Dengan demikian Sheol atau Hades itu hanya menunjukkan satu tempat saja yaitu “tempat jiwa orang-orang mati,” sedangkan Qeber maupun mnemeion menunjukkan banyak tempat. Kuburan itu adalah milik orang-orang yang berbeda/tertentu (Bilangan 19:16; 2 Samuel 3:32; 1 Raja-raja 13:30; 2 Tawarikh 34:28; Yeremia 8:1). Sheol dan Hades tidak pernah dikatakan sebagai milik dari seseorang tertentu. Kuburan adalah untuk tubuh, sedangkan sheol atau Hades adalah untuk jiwa (roh). Qeber atau mnemeion dipergunakan untuk menunjukkan tempat di mana mayat ditempatkan (1 Raja-raja 13:22; 2 Raja-raja 13:21; Mazmur 88:6; Yeremia 26:23). Sheol atau Hades tidak pernah dipergunakan dalam hubungannya dengan tubuh, tetapi hanya dikaitkan dengan jiwa dan roh manusia.[13]

D. BOTTOMLES PIT, ABYSS (JURANG MAUT).

Kata Ibraninya “Abaddon” biasanya diterjemahkan dengan “kebinasaan,”[14] lobang (pit)[15] (Bilangan 16:33; Mazmur 30:9). Kata ini dalam Perjanjian Lama tampaknya sama artinya dengan kuburan dan Sheol,[16] dan sama artinya dengan :Abussos” dalam Perjanjian Baru (Yunani) yang diterjemahkan lubang atau jurang maut ) Lukas 8:312; Wahyu 9:1-2; 11:7; 17:8; 20:1).[17] Kitab Wahyu menyebutkan sebanyak sembilan kali tentang jurang maut (Bottomless Pit atau Abyss) ini.[18] Kata lain yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “Tartaro,” yang melukiskan tentang sebuah penjara di mana malaekat-malaekat yang tidak taat, roh-roh setan dan roh-roh najis ditawan sampai pada hari penghukuman terakhir (2 Petrus 2:4; Yudas 6).

Pada masa sengsara besar beberapa dari mereka akan dilepaskan, menentang Kristus dan kerajaan Allah dan menganiaya orang-orang percaya pada masa itu (Wahyu 9:1-21; 11:7; 17:8), namun akhirnya mereka dikalahkan dan dicampakkan ke dalam lautan api (Wahyu 19:20). Sedangkan Iblis atau Setan akan dibelenggu dalam jurang maut ini selama seribu tahun, sesudah itu dilepaskan sedikit waktu lamanya, lalu dihalau ke dalam lautan api untuk selama-lamanya (Wahyu 20:1-3).

E. GEHENNA, LAKE OF FIRE (LAUTAN API).

Gehenna, kata yang tepat diterjemahkan “neraka”[19] atau lautan api. Ini merupakan tempat yang nyata dan tempat penghukuman kekal yang dikatakan dalam Alkitab. Itu dipersiapkan untuk Iblis dan malaekat-malaekatnya (Matius 25:41). Gehena bukan sebagai tempat penghukuman sementara tetapi merupakan tempat penghukuman kekal.[20]

Gehenna adalah kata dalam bahasa Yunani yang menggambarkan kata Ibrani Ge Hinnom atau Lembah Tofet[21] (Yeremia 7:31-32). Ge Hinnom ini sama artinya dengan api neraka (Gehenna berapi)[22] (Matius 5:22; matius 5:29-30; 10:28; 23:14, 25, 33). Ge Hinnom (dalam Alkitab Terjemahan Baru bahasa Indonesia “Lembah Ben Hinom”) adalah sebuah lembah yang dalam dan sempit di sebelah selatan Yerusalem, di mana sesudah permulaan penyembahan terhadap dewa api oleh Ahaz, orang-orang Yahudi menyembah berhala dan mengorbankan anak-anak mereka bagi dewa Molokh (Yeremia 7:31-32; Yosua 15:8; 18:16; 1 Raja-raja 11:7; 2 Raja-raja 16:3-4; 2 Tawarikh 28:3; 33:6). Pada zaman Yosia, tempat ini dimusnahkan dan diubah menjadi tempat pembuangan kotoran dan penghukuman, di mana mayat-mayat para penjahat dan bangkai-bangkai binatang dibinasakan.

Jadi Lembah Ben Hinom atau Tofet dengan apinya yang tidak pernah padam itu dipakai sebagai simbol yang menunjukkan “api neraka,” kematian kedua.

TAMBAHAN TEMPAT SEMENTARA ORANG-ORANG SESUDAH MATI MENURUT AJARAN ROMA KATOLIK.[23]

Di atas telah diuraikan tentang lima tempat sementara serta tempat lanjutan kehidupan sesudah mati yang disebutkan dalam Alkitab. Berikut ini ada tiga tempat yang ganjil sebagai tempat sementara orang mati menurut pengajaran Roma Katolik.

A. LIMBUS PATRUM.

Kata limbo atau limbus, artinya tebing atau tepi (edge). Ini melukiskan sebuah tempat pada tepi atau batas neraka. Roma Katolik mengajarkan bahwa bapa-bapa leluhur pergi ke Limbus Patrum ini menunggu kedatangan Messias untuk menyelamatkan mereka. Menurut ajaran ini Kristus menyelamatkan mereka dari tempat itu dan membawa mereka ke sorga.

B. LIMBUS INFANTUM.

Limbus Infantum ini menurut ajaran Roma Katolik adalah sebuah tempat untuk semua bayi yang mati sebelum dibaptis. Karena Roma Katolik mengajarkan pentingnya baptisan untuk keselamatan, bayi-bayi yang tidak dibaptis tidak dapat diselamatkan. Dosa asal (bawaan) menutupi bayi-bayi untuk selama-lamanya dari surga dan dari penglihatan Allah, tetapi karena mereka belum mempunyai dosa secara pribadi yang menyebabkan mereka menderita maka mereka dibebaskan dari api neraka.

C. PURGATORY.

Purgatory adalah sebutan bagi tempat “pembersihan” atau “penyucian”. Itu merupakan dugaan sebuah tempat di mana jiwa-jiwa menyesal, melalui pelayanan penderitaan, penyucian dari dosa-dosa yang dapat diampuni dan tempat penghukuman sementara bagi pengampunan dosa-dosa yang berat sebelum mereka dapat diakui pada hadirat Tuhan. Pengajaran tentang Purgatory adalah keharusan bagi penganut ajaran Roma Katolik. Mereka percaya bahwa pengampunan Allah melalui pekerjaan Kristus hanya menutupi hukuman kematian kekal. Orang-orang Kristen harus bertanggungjawab terhadap semua dosa yang diperbuat sesudah dibaptiskan. Pertanggungjawaban dapat dilakukan melalui penebusan dosa dan perbuatan baik dalam hidup ini, dan jika tidak lengkap dalam hidup ini, hal itu harus diselesaikan melalui penderitaan dalam api purgatory sesudah mati. Penderitaan dalam purgatory boleh dikurangi atau diperpendek melalui doa-doa orang-orang kudus, dan terutama oleh pengorbanan misa. Misa adalah pengorbanan pendamaian untuk jaminan pengampunan dosa dan diterapkan menurut maksud Paus. Oleh karena itu Misa dapat dikata adalah untuk kebaikan jiwa dalam purgatory.

Apakah dasar pengajaran purgatory? Pengajaran purgatory sesungguhnya bukanlah berasal dari Alkitab. Ajaran purgatory didasarkan pada tradisi yang disejajarkan dengan Alkitab. Pengajaran purgatory oleh Roma Katolik ini didasarkan pada tradisi bangsa Yahudi yang mempersembahkan korban dan doa-doa bagi orang-orang mati supaya bangkit dari kematian (band. 2 Makabe 12:43).

Roma Katolik berpandangan bahwa Alkitab mendukung ajaran tentang purgatory dengan mengutip Matius 5:25-26 dan 1 Korintus 3:12-15, di mana dalam ayat-ayat tersebut dikatakan keluar dari “penjara” dan dari “api.” Namun perlu diperhatikan bahwa ayat-ayat ini tidak berhubungan dengan api penyucian untuk keselamatan. 1 Korintus 3:12-15 merupakan pengujian dan pemberian upah bagi setiap orang percaya kepada Kristus sesuai dengan perbuatan masing-masing, dan bukan sebagai pembebasan dari penghukuman sementara. Ini terjadi bukan di purgatory tetapi di angkasa pada Kursi Pengadilan Kristus (Bema).

Pengajaran purgatory bukan hanya tidak diajarkan Alkitab, tetapi itu sama sekali bertentangan dengan pengajaran Alkitab. Satu-satunya penyucian manusia dari dosa adalah melalui kematian Yesus di kayu salib (Ibrani 1:3; 10:10-14). Paulus menjelaskan dalam surat-suratnya bahwa keselamatan tak dapat diperoleh dengan usaha apapun (Roma 3:24; 4:1-8; 5:1, 19; 8:1, 33, 34; 11:6; 1 Korintus 5:8; Galatia 3:21; Efesus 2:8-9). Kalau benar pengajaran purgatory bahwa pengampunan dosa dapat dibayar/ditebus dengan dan melalui persembahan/uang maka orang kayalah yang mempunyai banyak kesempatan untuk pergi ke surga daripada orang-orang miskin. Penulis Lukas menceritakan tentang kisah orang kaya dan Lazarus dan perbedaan tempat lanjutan orang sesudah mati. Lazarus di Firdaus sedangkan orang kaya di alam maut. Orang kaya dalam kisah tersebut tidak diberikan kesempatan apapun untuk keluar dari sana, sebaliknya ia berdoa bagi orang-orang/saudara-saudaranya yang masih hidup agar tidak akan pergi ke tempat tersebut.

Petrus mengatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun baik itu uang, perak dan emas maupun usaha yang dapat membebaskan manusia dari penghukuman selain dari penebusan oleh darah Kristus (1 Petrus 1:18; 19). Kita yang sudah menerima penebusan oleh darah Kristus, sudah dibebaskan dari penghukuman maut (Roma 8:1) dan sudah berpindah dari maut kepada hidup (Yohanes 5:24). Hal itu terjadi sekali untuk selama-lamanya sebagaimana diajarkan Alkitab (Ibrani 10:10-14).


PENUTUP, KRISTUS DAN KEMATIAN.

Kristus Yesus datang ke dalam dunia ini dilahirkan sebagai seorang manusia (Filipi 2:1-11). Sebagai manusia Ia mengalami kematian, karena kematian sudah menjadi bagian dari hidup manusia sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Manusia diciptakan Allah untuk hidup tetapi dosa merusak hidup ini. Kematian adalah merupakan akibat daripada dosa (Roma 6:23a).

Kristus sebagai manusia mengalami kematian ini, tetapi harus diingat bahwa Kristus mengalami kematian bukanlah karena Ia berdosa. Tidak, Kristus mati bukan karena Ia berdosa, tetapi kematian-Nya adalah untuk menebus dan mengangkut dosa umat manusia (Yohanes 1:29, 36; 1 Korintus 15:3; 1 Timotius 2:6; 1 Petrus 1:18). Ia mati untuk menggantikan dan menyelamatkan kita orang berdosa (Ibrani 2:9-10; Titus 2:13-14). Ia mati untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan antara manusia dengan manusia itu sendiri dan antara manusia dengan alam ciptaan-Nya (Kolose 1:22; Roma 3:25; Efesus 2:13-17). Kematian Kristus adalah untuk menanggung maut umat manusia dan membenarkan manusia di hadapan Allah (Roma 6:23b; Yohanes 3:36; 5:24; 1 Petrus 3:18; 2 Korintus 5:21). Kematian Kristus adalah untuk melucuti kekuasaan Setan dan mengalahkan maut (Yohanes 12:31; Kolose 1:13; 2:15; 1 Korintus 15:25-28; 15:55-57).

Kematian sudah dikalahkan. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan bagian dari hidup ini. Kematian merupakan perpisahan antara tubuh dengan jiwa dan roh. Kematian merupakan peralihan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan yang kekal. Ibrani 10:27 membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, tetapi di balik kematian masih ada kehidupan yang lain. Juga kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang diceritakan oleh penulis Lukas (Lukas 16:19-31) menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir daripada kehidupan ini. Kristus telah mengalahkan maut untuk kita.


Catatan Akhir:
 
[1] Charles F Baker, 1972, Eschatology, 79, A Dispensational Theology, Grace Bible Collage Publications, Grand Rapids

[2] Kebahagiaan cara memperolehnya, hal. 117-118, Watch Tower Bible And Tract Society of Pensyilvania; Karena Allah itu benar adanya, hal 99-100, Ed. 2, 1960, International Bible Student Association Brookyn, Ny. USA.

[3] Karena Allah itu Benar adanya, hal 102.

[4] Idem, hal 103.

[5] Kebahagiaan cara memperolehnya, hal 117.

[6] Charles F Baker, 1972, Eschatology, 79, pages 572-574, A Dispensational Theology, Grace Bible College Publications.

[7] Charles F Baker, 1972, Schatology, 79, pages 576, A Dispensational Theology, Grace Bible College Publications.

[8] E W Vine, 1981, Vol. 3; Lo – Ser, pg. 158, Vine’s Expository Dictionary Of Old and New Testament Words, Fleming H. Reveel Company Old Tapan, New Jersey.

[9] Charles F Baker, 1972, page 578.

[10] Dr R Soedarmo, 1984, Kamus Istilah Theologia, hal 6, BPK Gunung Mulia, Jakarta.

[11] Rencana Keselamatan dalam Zaman-zaman, Hal. 77, Penerbit Gandum Mas, Malang.

[12] Charles F Baker, 1972, pages 578-579.

[13] Dr Spiros Zodhiates, Kemanakah Roh orang mati pergi? Hal. 1-2, Berita Mimbar, Majalah bulanan, Ed. Khusus Juni-Juli Tahun ke 7 No 79/80.

[14] Rencana Keselamatan dalam Zaman-zaman, hal 78, Gandum Mas.

[15] Charles F Baker, 1972, page 580.

[16] Idem.

[17] Rencana Keselamatan dalam Zaman-zaman, hal 78.

[18] Charles F Baker, page 580.

[19] DR. R Soedarmo, 1984, hal. 6.

[20] Charles F Baker, 1972, pages 580-581.

[21] W E Vine, 1981, page 212, Vol. 2: E – Li.

[22] Rencana Keselamatan dalam Zaman-zaman, hal 79.

[23] Charles F Baker, 1972, pages 581-582.

PENGHAKIMAN


Jerry H. M. Sumanti 


 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. 2 Korintus 5:10

Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi. Ibrani 9:27

Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Wahyu 20:11-13

 

PENDAHULUAN

 Banyak orang gagal menyadari pentingnya doktrin ini sehingga mereka acuh tak acuh terhadap doktrin ini. Kita seringkali hanya berpikir tentang Allah, sebagai Allah yang memiliki kasih yang tak terhingga, yang memberikan Anak-Nya mati bagi manusia, tetapi kita lupa bahwa penghakiman adalah merupakan penyataan keadilan-Nya kepada semua orang baik bagi orang percaya maupun orang yang tidak percaya. Semua yang dilakukan dalam kehidupan ini akan dipertanggungjawabkan kemudian.
Tulisan ini secara khusus membahas tentang doktrin yang Alkitabiah tentang Penghakiman yang meliputi penghakiman bagi orang percaya dan yang tidak percaya dalam dispensasi-dispensasi.

A.    ARTI.
Baik bahasa Ibrani maupun bahasa Yunani me-nyatakan:
  1. Penampakan bukti.
  2. Pelaksanaan putusan pengadilan.
  3. Kadang-kadang menunjukkan pemberian atau penahanan pahala, tetapi selalu me-mikirkan tentang pengadilan dan keputusan menurut pandangan hukum.

B.     ALLAH HAKIM YANG AGUNG.
  1. Allah adalah Hakim segenap bumi (Ke-jadian 18:25).
  2. Tuhan hakim itu (Hakim-hakim 11:27).
  3. Ia telah menyiapkan tahta-Nya untuk peng-hakiman (Mazmur 9:7).
  4. Tuhan hakim yang benar – Allah yang menghakimi semua (2 Timotius 4:8; Ibrani 12:23).
  5. Ngeri benar kalau jatuh ke tangan Allah yang hidup (Ibrani 10:32).

C.    HAK PENGHAKIMAN.
Hak penghakiman diserahkan penuh kepada Anak (Tuhan Yesus Kristus)
  1. Semua penghukuman telah diserahkan kepada Anak (Yohanes 5:22).
  2. Semua otoritas diberikan kepada-Nya (Yohanes 5:27)
  3. Kristus yang ditentukan Allah menjadi Hakim bagi orang yang hidup dan yang mati (Kisah Rasul 10:42)
  4. Telah menentukan satu hari di mana Ia akan menghakimi dunia dalam kebenaran oleh seseorang yang telah ditentukan-Nya (Kisah Rasul 17:31)
  5. Tuhan Yesus Kristus yang akan menghakimi orang-orang yang hidup dan yang mati (2 Ti-motius 4:1).
  6. Kursi pengadilan Kristus (Roma 14:10; 2 Ko-rintus 5:10).

D.    KETENTUAN DATANGNYA PENGHAKIMAN.
  1. Ditentukan bahwa manusia satu kali akan mati kemudian sesudah itu penghakiman (Ibrani 9:27).
  2. Setiap kata-kata sia-sia yang diucapkan orang akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Matius 12:36)
  3. Menyimpan orang jahat untuk hari pengha-kiman (2 Petrus 2:9; 3:7).
  4. Allah akan menghakimi dunia (Roma 3:6).
  5. Mereka yang jahat akan bangkit untuk dihukum (Yohanes 5:29)
  6. Menghakimi orang yang hidup dan yang mati (Kisah 10:42; 2 Timotius 4:1; 1 Petrus 4:5).
  7. Berpikirkah engkau, apakah engkau akan sanggup luput dari hukuman Allah? (Roma 2:3).
E.     HUKUMAN BAGI DOSA YANG DULU DARI ORANG-ORANG PERCAYA.
Dosa-dosa kita sebagai orang-orang percaya, sekali kita telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka dosa-dosa tersebut sudah dipikul/dikerjakan di kayu salib.

  1. Ia telah dihukum sebab dosa-dosa kita 2 Korintus 5:21.
  2. Oleh karena penghukuman Kristus, Ia telah mempersembahkan diri-Nya untuk menanggung dosa-dosa kita semua Ibrani 9:27-28.
  3. Ia memikul (menanggung) dosa-dosa kita di kayu salib 1 Petrus 2:24.
  4. Kita yang percaya pada-Nya tidak akan di-hukum Yohanes 3:18; 5:24; Roma 8:1.
  5. Kita berdiri di hadapan Allah “dibenarkan dari segala hal” Kisah Rasul 13:39; Roma 5:9.
  6. Kita diterima di dalam Dia yang dikasihi-Nya Efesus 1:6.
  7. Kita terlengkap di dalam Dia Kolose 2:10.

F.     TUJUH PENGHAKIMAN MASA YANG AKAN DATANG

Alkitab mencatat ada tujuh penghakiman yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pengha-kiman orang-orang percaya dalam dispensasi Anugerah akan menjadi bagian yang pertama dari tujuh penghakiman besar tersebut,

  1. Kursi Pengadilan Kristus (2 Korintus 5:10).
Orang-orang percaya dalam dispensasi Anugerah yang akan menghadap Kursi Pengadilan Kristus ini di sorga setelah pengangkatan untuk menerima atau kehilangan upah.

  1. Orang-orang percaya Perjanjian Lama (Daniel 12:1-3).
Semua orang yang percaya dalam Perjanjian Lama akan dibangkitkan dan diberi upah setelah Kedatangan ke dua kali.

  1. Orang-orang Percaya pada masa sengsara (Wahyu 20:4-6)
Orang-orang yang percaya pada Kristus selama masa sengsara dan mati karena iman mereka akan dibangkitkan dan diberi upah pada akhir masa sengsara.

  1. Orang-orang Yahudi Yang hidup pada Keda-tangan Ke dua kali (Yehezkiel 20:34-38).
Semua orang Yahudi yang bertahan dalam masa Sengsara akan dihakimi di padang gurun tepat sesudah Kedatangan ke dua kali. Yang selamat masuk ke dalam Kerajaan, dan yang tidak akan dihukum.

  1. Domba-domba dan kambing-kambing (Matius 25:31-46).
Semua orang bukan Yahudi yang bertahan hidup dalam masa Sengsara akan dihakimi segera sesudah kedatangan ke dua kali, saat Kristus duduk di tahta-Nya yang mulia (Premillenium). Yang selamat (yang percaya – domba) akan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun dan yang terhilang (yang tidak percaya/tidak selamat – kambing) akan dilemparkan ke dalam neraka.

  1. Iblis dan Malaekat-malaekat yang jatuh (Wayu 20:10).
Penghakiman terakhir  atas Iblis dan malaekat-malaekat yang jatuh (setan-setan) akan terjadi menjelang akhir kerajaan  Setibu Tahun (Post-millenium).

  1. Tahta Putih Besar (Wahyu 20:11-15)
Kursi Pengadilan Tahta Putih ini di-peruntukkan atas orang-orang yang tidak selamat. Penghakiman ini akan terjadi pada akhir Kerajaan Seribu Tahun (Post-millenium). Mereka akan dihakimi menurut perbuatan mereka dan ke-mudian dilemparkan ke dalam lautan api.

G.    KURSI PENGADILAN KRISTUS.
Kursi Pengadilan Kristus diterjemahkan dari kata bahasa Yunani “Bema” yang artinya kursi pengadilan yang mengacu pada tangga atau landasan yang ditinggikan, dibuat untuk tiga kegunaan utama.
  1. Kursi Pengadilan atau Bema adalah sidang pengadilan di mana orang-orang datang untuk mendapatkan keadilan atas pengaduannya.
  2. Kursi Pengadilan adalah tempat dalam kamp militer di mana komandan melatih disiplin dan memberi perintah kepada pasukan.
  3. Kursi Pengadilan adalah tempat para hakim dalam pertandingan atletik menetapkan peraturan-peraturan dan membagikan hadiah. 

Gambaran ke tiga ini tampaknya merupakan latar belakang utama bagi Takhta (Kursi) Penga-dilan Kristus dalam Kitab Suci. Takhta (Kursi) Pengadilan Kristus adalah tempat di sorga setelah Pengangkatan di mana Kristus akan memberi upah kepada mereka yang telah menyelesaikan per-tandingan dan telah mematuhi peraturan-peraturan dan akan menahan upah dari mereka yang telah berlaku tidak setia.
Takhta (Kursi) Pengadilan Kristus hanyalah bagi orang-orang percaya. Roma 14:10; 2 Korintus 5:10. Sedangkan  untuk orang-orang yang bukan percaya akan diadili oleh Tuhan di Penghakiman Takhta Putih Besar. Wahyu 20:11-15).

Tujuan Pengadilan Kristus:
  1. Tujuan Pengadilan Kristus bukanlah untuk menentukan apakah orang-orang percaya akan masuk ke sorga atau neraka atau untuk menim-bang hukuman atas dosa.
  2. Tujuan Pengadilan Kristus adalah untuk menin-jau dan untuk memberi upah.
a.       Tuhan akan meninjau kehidupan kita. Tinjauan-Nya akan sepenuhnya adil, tidak berat sebelah, menyeluruh, dan penuh kasih karunia. Roma 14:10-12. 2 Korintus 5:10.
b.      Ia akan meninjau pelayanan kita bagi-Nya setelah kita menjadi seorang yang percaya. 1 Korintus 3:13.
c.       Ia akan meninjau kata-kata kita. Matius 12:36.
d.      Ia akan meninjau pikiran-pikiran dan motif-motif kita. Matius 6:1-2. 1 Korintus 4:5, Ibrani 4:13.

  1. Tujuan Pengadilan Kristus adalah untuk memberi upah.
Perjanjian Baru mengfokus pada lima upah atau mahkota spesifik yang akan diterima orang-orang setia di takhta pengadilan.
a.       Mahkota yang Abadi (1 Korintus 9:24-27). Upah bagi mereka yang secara konsisten mempraktikkan disiplin diri dan pengua-saan diri.
b.      Mahkota Kebenaran (2 Timotius 4:8).
Upah bagi mereka yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan dan hidup benar karena fakta ini.

c.       Mahkota Kehidupan (Yakobus 1:12, Wahyu 2:10).
Upah bagi mereka yang setia dan tekun menanggung pencobaan-pencobaan dan ujian-ujian kehidupan.
d.      Mahkota Kemegahan (1 Tesalonika 2:19). Upah bagi mereka yang me-menangkan orang-orang bagi Kristus.
e.       Mahkota Kemuliaan (1 Petrus 5:1-4).
Upah bagi para gembala, penatua. Dan gereja yang dengan penuh kasih dan rakmat menggembalakan dan menjadi umat Tuhan.

H.    WAKTU PENGHAKIMAN.
Mengenai waktu penghakiman tidak seorang-pun yang tahu, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa penghakiman itu akan terjadi pada,
  1. Akhir  Dispensasi Anugerah atau awal Masa Sengsara.
Penghakiman ini adalah bagi Gereja Tubuh Kristus, yang pelaksanaannya sesudah kebang-kitan dan pengangkatan gereja-Nya:
a.       Orang percaya yang mati dalam dispensasi ini dibangkitkan terlebih dahulu.
b.      Kemudian bersama-sama dengan orang-orang yang masih hidup diubahkan dalam sekejap dan diangkat menyong-song Tuhan Yesus di angkasa.
c.       Selanjutnya bersama-sama menghadap Kursi Pengadilan Kristus di Bema untuk di hakimi (2 Korintus 5:10).
Penghakiman ini akan terjadi nanti pada akhir Dispensasi Anugerah atau awal Masa Sengsara (Pretribulasi).

  1. Penghakiman pada Masa Sengsara.
Dalam Wahyu 6-16 dideskripsikan da-lam tiga gelombang pelaksanaan pengha-kiman Tuhan. Ketiga hal itu dinyatakan sebagai pembukaan tujuh meterai, peniupan tujuh sangkakala, dan penumpahan tujuh cawan murka Allah.
Peristiwa apa yang akan terjadi di balik ketujuh meterai, sangkakala dan cawan tersebut di atas adalah sangat sesuai dengan pernyataan Kristus dalam Matius pasal 24 sebagai penggenapan nubuatan yang akan terjadi sebelum Tuhan Yesus Kristus datang  kedua kalinya di bumi ini.
Bagi kita orang percaya dalam Dispen-sasi Anugerah ini tidak perlu takut dan kuatir akan peristiwa ini karena kita tidak akan mengalaminya, sebab ketika peristiwa ini terjadi kita sudah diangkat menyong-song Tuhan di angkasa. Kita tidak akan mengalami masa sengsara tersebut.

  1. Penghakiman pada Awal Kerajaan Seribu Tahun.
                Penghakiman ini diperuntukkan bagi orang-orang percaya dalam sepanjang
           Dispensasi dari Adam ampai awal Dispensasi Anugerah dan mereka yang
           percaya dalam Masa Sengsara. Mereka akan masuk dalam Kerajaan Seribu Tahun
           dan memerintah bersama Kristus di sana.

  1. Penghakiman Pada Akhir Kerajaan Seribu Tahun.
a.      Penghakiman Bagi Iblis dan setan-setan.
Penghakiman terakhir bagi iblis dan setan-setan akan terjadi menjelang akhir Kerajaan Seribu Tahun (Wahyu 20:10). Pada menje-lang akhir seribu tahun akan terjadi perang yang disebut Gog dan Magog. Iblis dan setan-setan berusaha memerangi orang-orang kudus dalam Kerajaan Seribu Tahun, tetapi kemudian turun api dari Sorga menghalau mereka ke dalam Lautan Api. Iblis dan setan-setan di hukum untuk selama-lamanya.

b.      Penghakiman Tahta Putih.
Penghakiman atas orang-orang yang tidak selamat, tidak percaya dalam sepanjang masa. Penghakiman ini akan terjadi pada akhir Kerajaan Seribu Tahun. Mereka akan dihakimi di Tahta Putih untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka dan kemudian dilem-parkan ke dalam Lautan Api (Wahyu 20:11-15).

c.       Penghakiman Bagi Dunia ini.
Penghakiman ini merupakan pemus-nahan dunia lama ini. Langit, bumi dan segala anasirnya akan dibumi hangus-kan (2 Petrus 3:7, 10-11).


I.       TEMPAT PENGHAKIMAN.

Mengenai tempat pelaksanaan penghakim-an,
  1. Bagi Gereja Tubuh Kristus, Dispensasi Anugerah bertempat di angkasa (di Bema) ketika kita diangkat bertemu Tuhan Yesus Kristus di sana. 1 Tesalonika 4:17: kata “bertemu” dalam ayat ini tidak menun-jukkan pertemuan yang kebetulan saja tetapi pertemuan yang direncanakan.
  1. Pada Masa Sengsara berlangsung di bumi ini
a.       Pada masa itu Allah akan mencurahkan hukuman bagi dunia ini melalui ketujuh merterai, sangkala dan cawan murka Allah.
b.      Melalui peperangan yang disebut Arma-gedon.

  1. Pada Awal dan Akhir Kerajaan Seribu Tahun,
a.       Orang-orang Kudus zaman Perjanjian Lama dan yang bermenang pada masa Sengsara akan terjadi pada awal Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini untuk menerima mahkota, masuk dan memerintah bersama Kristus.
b.      Akhir Kerajaan Seribu Tahun bagi Iblis dan para pengikutnya di bumi ini melalui Gog dan Magog dan kemudian dihalau ke dalam Lautan Api.
c.       Akhir Kerajaan Seribu Tahun bagi orang-orang yang tidak selamat, di Tahta Putih di angkasa. Penghakiman untuk penghukuman.
d.      Pembumi hangusan dunia ini pada akhir Kerajaan Seribu Tahun.

J.      PRINSIP PENGADILAN.
Alkitab memberikan lima prinsip dasar dengan apa Kristus akan mengadili kehidupan kita.
  1. Pengadilan akan berlangsung secara adil (Matius 20:1-16)
  2. Pengadilan akan terlaksana secara menye-luruh (1 Korintus 4:5; Ibrani 4:13)
  3. Pengadilan akan berlangsung seimbang (tidak berat sebelah) (Roma 2:11); Kolose 3:25;  Yakobus 3:1; Ibrani 13:17)
  4. Pengadilan akan berlangsung secara indi-vidual (Roma 14:10, 12).
  5. Pengadilan akan berlangsung dengan penuh kasih karunia (Matius 20:13-15).

K.    PERSIAPAN MENGHADAPI PENGADILAN.
Alkitab memberitahu kita bahwa dari ujian besar bagi kehidupan kita sebagai anak Tuhan akan datang.
Berikut ini daftar beberapa hal utama dalam kehidupan percaya kita yang akan menghadapi ujian ketika kita berdiri di hadapan Tuhan nanti:
  1. Bagaimana kita memperlakukan orang-orang percaya lainnya (Ibrani 6:10; Matius 10:41-42)
  2. Bagaimana kita menggunakan bakat dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita (Matius 25:14:29; Lukas 19:11-26; 1 Korintus 12:4;  2 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10).
  3. Bagaimana kita menggunakan uang kita (Matius 6:1-4; 1 Timotius 6:17-19).
  4. Seberapa baik kita menerima perlakuan salah dan ketidak adilan (Matius 5: 11-12); Markus 10:29-30; Lukas 6:27-28, 35; Roma 8:18; 2 Korintus 4:17; 1 Petrus 4:12-13).
  5. Bagaimana kita menanggung penderitaan dan pencobaan (Yakobus 1:12; Wahyu 2:10).
  6. Bagaimana kita menggunakan waktu kita (Mazmur 90:9-12; Efesus 5:16; Kolose 4:5; 1 Petrus 1:17)
  7. Bagaimana kita berlari dalam perlombaan yang Tuhan adakan bagi kita (1 Korintus 9:24; Filipi 2:16; 3:13-14; Ibrani 12:1).
  8. Seberapa efektifnya kita mengendalikan nafsu kedagingan kita (1 Korintus 9:25-27).
  9. Berapa banyak orang yang kita beri kesaksian dan kita menangkan bagi Kristus (Amsal 11:30; Daniel 12:3; 1 Tesalonika 2:19-20).
  10. Seberapa besarnya makna doktrin pengangkatan bagi kita (2 Timotius 4:8).
  11. Seberapa setianya kita pada Firman Tuhan dan umat Tuhan (Kisah 20:26-28; 2 Timo-tius 4:1-2; Ibrani 13:17; Yakobus 3:1; 1 Petrus 5:1-2; 2 Yohanes 1:7-8).
  12. Seberapa seringnya kita memberi tum-pangan kepada orang asing (Matius 25:35-36; Lukas 14:12-14).
  13. Seberapa setianya kita dalam melakukan pekerjaan kita (Kolose 3:22-24).
  14. Bagaimana kita menggunakan lidah kita (Matius 12:36; Yakobus 3:1-12).
  15. Sejauh maka kita memelihara dengan setia Rahasia Allah (1 Korintus 3:10-14, 4:1-5).
  16. Seberapa besar kesetiaan kita memelihara harta/ milik duniawi yang Tuhan berikan kepada kita. (2 Korintus 8-9).
  17. Seberapa besar kesetiaan menghadapi penderitaan dan pencobaan (2 Timotius 2:12; Roma 8:17; Matius 5:11, 12; Lukas 6:22, 23)
  18. Seberapa besar kasih dan kesetiaan kita terhadap semua manusia (Galatia 6:9-10).


SUMBER-SUMBER:

Baker, Charles F.,  A Dispensational Theology (Grand Rapids Michigan: Grace Bible College Publications, 1980)

Hitchcock, Mark, Bible Prophety (Nubuat Alkitab) (Batam Centre: Gospel Press, 2002)

LaHaye, Tim, Understanding The Last Days (Memahami Hari-hari Akhir) (Batam Centre: Interaksara, 2000)

Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Buku 2 (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992)

Stanley, Charles, The Glorious Journal (Perjalanan Mulia) Buku dua (Batam Centre: Interaksara, 2000)

Swindoll. Charles R., Cs., The Road To Armagedon (Jalan Menuju Armagedon) (Batam Centre: Interaksara, 2000)

Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992)