Minggu, 02 Desember 2012

DISPENSASI PERJANJIAN

ISMAIL DAN ISHAK
Oleh: Jerry H M Sumanti, STh


Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kepada Abraham diberikan janji-janji. Salah satu janji adalah bahwa Abraham akan menjadi bangsa besar. Sekian lama menunggu dan umur semakin tua, namun janji ini belum juga terpenuhi. Karenanya Sarah meragukan dan tak sabar menungguh janji Tuhan, sehingga ia menyuruh Abraham untuk menikah dengan Hagar gundiknya. Kemudian Hagar melahirkan seorang anak lelaki dan diberi nama Ismail. Tetapi kemudian hal ini menjadi persoalan besar dalam kehidupan Sarah. Sarah mengusir Hagar (Kejadian 16). Tuhan memberkati anak ini dan menjadi bangsa besar dan menjadi penentang saudara-saudaranya.
Walaupun melalui cara yang salah, tetapi kelahiran Ismael menjadi bagian dari janji bahwa keturunan Abraham akan menjadi bangsa besar, sebagaimana telah ditegaskan dalam Kejadian pasal 16. Namun janji untuk menjadi bangsa besar dan menjadi saluran berkat bagi bangsa-bangsa bukanlah melalui Ismail, melainkan melalui Ishak (Perhatikan penegasan Tuhan mengenai janji tersebut dalam Kejadian pasal 17 dan 18).
Kejadian pasal 21 menjelaskan tentang kelahiran Ishak. Ishak lahir ketika Abraham sudah berumur 100 tahun, dan kepada Abraham kembali Tuhan menegaskan janjinya bahwa melalui Ishaklah akan disebut keturunan Abraham, yakni menjadi bangsa besar, bangsa yang diberkati dan menjadi saluran berkat. Karenanya Tuhan mengabulkan permintaan Sarah kepada Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismail dalam lingkungan keluarga.
Hagar dan Ismail pergi mengembara dan akhirnya menetap di padan gurun Paran. Ismail menjadi pemanah, ia menikah dengan seorang perempuan Mesir. Ismail diberkati Tuhan dan kemudian menjadi bangsa besar. Tetapi Ishaklah penerus janji.


KORBAN PENGGANTI.
Kejadian pasal 21 menjelaskan mengenai kelahiran Ishak. Ishak lahir ketika Abraham telah beeumur 100 tahun. Ketika Ishak anaknya ini sudah menanjak dewasa, Tuhan menguji iman Abraham. Abraham diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi mempersembahkan anaknya tersebut sebagai korban persembahan bakaran di bukit Moria.
Secara manusia kita akan berkata bagaimana mungkin akan menjadi bangsa besar dan diberkati, karena anak satu-satunya yang lahir ketika umur sudah usur harus dipersembahkan di atas mezbah sebagai korban bakaran? Bagaimana janji Tuhan dapat tergenapi? Tetapi kenyataannya Abraham tidak berpikir demikian. Ia mendengarkan perintah Tuhan dan membawa anaknya ke bukit Moria. Anaknyapun tak tahu bahwa dirinyalah yang akan menjadi korban, karena dengan lugunya ia berkata kepada ayahnya bahwa apanya sudah ada tetapi mana anak dombanya untuk dipersembahkan?
Dengan iman Abraham berkata bahwa Tuhanlah yang akan menyediakannya. Selanjutnya Abraham mendirikan mezbah, dan mengikat anaknya serta membaringkannya di atas mezbah kemudian menghunus pisau untuk menyembelih anaknya. Benarlah perkataan Abraham bahwa Tuhan akan menyediakan dombanya. Ketika Abraham siap menyembelih anaknya, Tuhan datang mencegahnya dan memberikan seekor anak domba sebagai korban pengganti. Tempat Abraham mempersembahkan korban tersebut kemudian dinamai Yehovah Jireh (Tuhan menyediakan). Tuhan menyediakan korban pengganti bagi Ishak.
Tuhan menguji iman Abraham, dan ternyata Abraham setia terhadap janji Tuhan. Ibrani 11:8 –19 menjelaskan tentang keimanan Abraham, yakni:
1)      Abraham taat ketika dipanggil berangkat ke negeri yang akan menjadi milik pusakanya, yang belum ia tahu pasti di mana tempatnya,
2)      Dengan iman ia tinggal di kemah di tanah asing,
3)      Karena iman mereka memperoleh anak cucu walaupun dalam usia lanjut,
4)      Karena iman mereka mati sebagai orang yang tidak menikmati apa yang dijanjikan,
5)      Karena iman Abraham rela mempersembahan anaknya sebagai korban bakaran, karena ia yakin Tuhan sanggup membangkitkan orang mati. Ya karena iman Abraham telah melakukan segala-galanya bagi Tuhan.
Tuhan memberkati Abraham dan menggenapkan janjinya kepada anak cucunya, menjadi bangsa besar dan menjadi berkat. Berkat bagi semua bangsa telah digenapi di dalam Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah telah berkorban sekali untuk selamanya bagi semua orang. Ia bagaikan Anak Domba Allah (Yohanes 1:29) yang dikorbankan menjadi korban penggati bagi kita. Ia mati untuk menebus manusia dari dosa dan akibatnya sekali untuk selamanya dan barang siapa yang percaya ia menerima pengampunan/penebusan dosa dan diselamatkan.(Bersambung).

Rabu, 22 Agustus 2012

DISPENSASI PERJANJIAN

PEMANGGILAN ABRAHAM

Oleh: Jerry H. M. Sumanti, STh.


PENDAHULUAN:
      Dalam Dispensasi Pemerintahan Manusiawi, Peristiwa Menara Babel telah mengakibatkan kekacauan bahasa. Kekacauan bahasa ini adalah hukuman Tuhan bagi kehidupan manusia yang tidak mau taat pada perintah dan peraturan-Nya. Kekacauan bahasa ini membuat tujuan manusia untuk tidak berserak ke seluruh bumi tidak tercapai, manusia harus pergi dan pergi untuk memenuhi bumi.


PANGGILAN ABRAHAM:
     Sekarang manusia telah terserak ke seluruh bumi, berkembang biak dengan membentuk bangsa dan bahasa masing-masing (Kejadian pasal 10 – 12). Dalam perkembang biakkan dan di antara kekacauan bangsa-bangsa Tuhan memanggil seseorang yang patuh pada-Nya untuk melanjutkan program-Nya untuk menggenapkan janji dalam Kejadian 3:15. Abram (yang kemudian namanya diganti oleh Allah dengan nama Abraham) adalah orangnya.
      Siapakah Abraham itu? Kejadian 10:27-32 menjelaskan tentang silsilah Abraham. Abraham adalah anak Terah, yang adalah penduduk Ur Kasdim. Keluarga Terah mengadakan perjalanan dari Ur Kasdim dengan tujuan tanah Kanaan dan kemudian tiba di Haran dan menetap di sana. Di Haran Abraham dipanggil, berpisah dengan keluarga, untuk menuju ke tanah perjanjian di Kanaan yang akan Tuhan tentukan kemudian. Abraham bersama istrinya Sarah, dan ikut serta Lot memenuhi panggilan Tuhan meninggalkan keluarga dan sanak saudara, dan tanah kelahirannya berjalan mengikuti pimpinan Tuhan menuju ke tanah perjanjian (Kejadian 12:1-7).
      Melalui pemanggilan Abraham, Tuhan menambahkan dan memulai program/ dispensasi baru bagi dunia ini, yakni Dispensasi Perjanjian dalam penggenapan janji-Nya.  Jadi sementara Dispensasi Pemerintahan Manusia berjalan, ditambahkan Dispensasi baru yakni Dispensasi Perjanjian.
Tuhan tetap setia pada janji-Nya, oleh sebab itu marilah kita belajar setia kepada-Nya seperti Abraham. Walaupun mayoritas manusia pada zamannya tidak setia bahkan tidak menyembah Tuhan, namun Abraham dan keluarganya tetap setia kepada-Nya, karenanya Abraham dipanggil Tuhan untuk meneruskan janji-Nya.


JANJI-JANJI DAN PERATURAN TUHAN DALAM DISPENSASI PERJANJIAN:
Jadi sementara Dispensasi Pemerintahan Manusia masih berjalan, Tuhan menambahkan Dispensasi Baru berjalan bersama-sama, yakni Dispensasi Perjanjian. Mengapa disebut Dispensasi Perjanjian? Dispensasi ini disebut Dispensasi Perjanjian karena melalui pemanggilan Abraham, Tuhan mengadakan perjanjian-perjanjian dengan Abraham (Kejadian 12:1-3, Kejadian 15, 17), yang dilanjutkan kepada Ishak  dan kepada Yakub dan selanjutnya kepada bangsa Israel. Abraham dan keturunannya akan berjalan pada Dispensasi Perjanjian sedangkan di luar keturunan Abraham akan berada di bawah Dispensasi Pemerintahan Manusia.
Perjanjian Tuhan dengan Abraham diuraikan dalam Kejadian 12:1-3, Kejadian 15 dan 17. Paling tidak ada tujuh janji besar yang diberikan Tuhan kepada Abraham yakni,
1.      Tuhan akan menjadikannya bangsa besar
2.      Tuhan akan memberkatinya
3.      Tuhan akan menjadikan namanya termashyur
4.      Tuhan membuat Abraham menjadi berkat
5.      Orang-orang yang memberkatinya akan diberkati
6.      Orang-orang yang mengutuk akan dikutuk
7.      Melalui Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati
Janji-janji tersebut diikutkan dengan peraturan-peraturan sebagai dasar atau tanda peneguhan janji, yakni:
1)      Memisahkan diri dari penyembahan berhala.
2)      Tinggal menetap di negeri yang diberikan Tuhan
3)      Sunat sebagai tanda peneguhan janji, yang harus dilaksanakan dalam keturunan Abraham.


KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ABRAHAM SERTA KETEGUHAN DAN PENGGENAPAN JANJI TUHAN:
Abraham dan Sarah walaupun sebagai orang-orang beriman, mereka tetap adalah manusia biasa yang mempunyai kelemahan dan kekurangan-kekurangan. Mereka tak luput dari kekuatiran dan ketakutan. Karena bencana kelaparan di Kanaan mereka pergi ke Mesir. Abraham demi untuk menyelamatkan diri di hadapan Firaun, tidak mau berterus terang bahwa Sarah adalah istrinya dan merelakannya diambil Firaun. Tindakan Abraham ini membuat Tuhan murka (Kejadian 12:10-20).
Selanjutnya Kejadian 13 menceritakan tentang perpisahan Abraham dengan Lot karena persoalan lahan penggembalaan. Abraham dan Sarah kemudian meragukan janji Tuhan bahwa mereka akan menjadi bangsa besar (Kejadian 15). Ragu karena sudah lanjut usia namun belum memperoleh seorang anakpun. Karena ingin menimang anak sehingga Sarah merelakan Abraham menikahi Hagar pembantunya, dan lahirlah Ismail yang kemudian menjadi malapetaka dalam kehidupan keluarga Abraham (Kejadian 16). Sodom dan Gomora ditunggang balikkan karena keserakan, sehingga Lot harus keluar dari sana dengan tidak membawa seuatu apapun.
Namun demikian Tuhan tidak membatalkan janji-Nya, karena kelemahan Abraham, tetapi Tuhan menghukum Abraham melalui keturunannya, bahwa keturunan Abraham akan diperbudak di Mesir selama 400 tahun (Kejadian 15:13). Tuhan selalu mengingatkan janji-Nya kepada Abraham, bahkan Tuhan selalu memberkati Abraham, dan sunat sebagai tanda bahwa Tuhan meneguhkan janji-Nya.
Kejadian 18 Tuhan mengulangi janji-Nya bahwa Abraham akan memperoleh seorang anak laki-laki sebagai ahli waris penerus janji. Janji ini digenapi dalam Kejadian pasal 21 ketika Ishak dilahirkan. Ishak sebagai penerus janji, dan kemudian kepada Yakub, selanjutnya kepada bangsa Israel, dan penggenapan janji menjadi berkat sekaligus penggenapan nubuatan yang diberikan kepada Hawa (Kejadian 3:15) di dalam Tuhan Yesus Kristus. Melalui Tuhan Yesus Kristus semua bangsa memperoleh berkat keselamatan. Tuhan Yesus Kristus berkorban dan mati bagi dosa semua orang. Namun yang memperoleh berkat keselamatan itu yakni hanya mereka yang percaya saja, dan yang menolaknya maka kutuk yang diterima.
Tuhan menghukum pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, tetapi Tuhan tidak pernah membatalkan janji-Nya.


SUNAT SEBAGAI TANDA PENEGUH JANJI TUHAN:
Setelah Tuhan menyampaikan janji-Nya kepada Abraham, maka janji itu dikuatkan dengan SUNAT. Sunat ini menjadi keharusan untuk dilakukan kepada setiap anak laki-laki turun-temurun (Kejadian 17) pada waktu itu. Sunat menjadi symbol ketahiran, pembersihan jasmani dan rohani.
Selanjutnya Sunat ini kemudian diteguhkan sebagai bagian yang penting dalam peribadatan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan penerus perjanjian. Tidak disunat dianggap najis/kafir. Apabila tidak disunat maka malapetaka hukuman harus dijalani. Peraturan ini harus dipatuhi Abraham dan keturunannya, sampai kepada bangsa Israel. Pada masa Rasul Paulus, Rasul Paulus menjelaskan mengenai sunat secara lahiriah ini tidak ada makna rohani apa-apa lagi dalam kehidupan kita sekarang (dalam dispensasi Anugerah) sebab hal itu telah digenapi dan dilakukan sekali untuk selamanya oleh dan di dalam Tuhan Yesus Kristus, Sunat secara rohaniah, yakni penanggalan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11).
Penggenapan ini menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya sekali untuk selamanya, ia dibersihkan/disucikan dari kenajisan dosa dan diselamatkan sekali untuk selamanya. Penulis Ibrani menjelaskan bahwa, karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus (Ibrani 10:10). (Bersambung).

Minggu, 29 April 2012

DISPENSASI PEMERINTAHAN MANUSIAWI


Oleh, Jerry H. M. Sumanti.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Nuh dipilih dan dipanggil Tuhan untuk menjadi pemberita kebenaran. Ia dipilih karena ia adalah orang yang berjalan pada kebenaran. Ia orang benar dan hidup bergaul dengan Tuhan, karena itu ia mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Kepada Nuh diperintahkan untuk membuat bahtera sebagai jalan orang dapat selamat dari murka yang akan Tuhan nyatakan ke dunia ini. Tuhan akan menghukum dunia ini karena kejahatan manusia semakin menjadi-jadi, manusia semakin tidak mengindahkan Tuhan. Nuh memberitakan kebenaran dan membuat bahtera kurang lebih 100 tahun lamanya. Ia sabar walaupun mendapat ejekan terhadap apa yang ia buat dan beritakan, sampai pada akhir masa yang ditentukan Tuhan tidak ada seorangpun yang mau menjadi percaya. Sehingga sampai pada saat Tuhan menjatuhkan hukumannya yakni mendatangkan air bah, hanya delapan orang saja yang selamat yakni Nuh dan keluarganya (Kejdian 7 – 8; 1Petrus 3:20, 2 Petrus 3:1-9). Setelah air bah surut - tidak ada lagi manusia serta mahkluk hidup lain, selain Nuh dan keluarganya serta mahkluk-mahkluk hidup yang menyertai Nuh dalam bahetra - Nuh dan keluarganya memulai kehidupan yang baru, di dunia ini yang telah dibersihkan oleh Tuhan dari segala kenajisan dosa. Kehidupan Nuh dan keluarganya ini memulai era baru dalam rumah tangga Tuhan. Kehidupan baru ini kita sebut sebagai Dispensasi Pemerintahan Manusiawi.

A.    KEHIDUPAN KELUARGA NUH SESUDAH AIR BAH
Hujan mengguyur bumi ini selama empat puh hari empat puluh malam lamanya, dan  air bah menggenangi seluruh permukaan bumi ini selama seratus lima puluh hari lamanya sehingga mati binasalah semua mahkluk hidup di atas bumi ini dan yang berada di luar bahtera (Kejadian 7 – 8). Setelah air bah surut, Nuh dan keluarganya serta semua mahkluk hidup yang menyertainya keluar dari dalam bahtera dan memulai kehidupan yang baru di atas muka bumi ini. Kehidupan baru dalam dispensasi baru.
Sebagai ucapan syukur atas keselamatan yang telah Tuhan berikan kepada mereka setelah berada kembali di daratan, Nuh dan keluarganya mengadakan ibadah ucapan syukur kapada Tuhan, Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan dan di atas mezbah itu Nuh mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan. Tuhan mengindahkan korban persembahan Nuh, dan Tuhan menyampaikan janjinya kepada Nuh bahwa Tuhan tidak lagi akan menghukum dunia ini dengan air bah. Tuhan meneguhkan janii-Nya ini dengan memberikan tanda di langit yakni sebuah busur melengkung di langit – yakni pelangi.  Pelangi menjadi tanda peneguh janji Tuhan bahwa Tuhan tidak akan menghukum dunia ini dengan air bah lagi (Kejadian 9). Ini adalah jaminan keselamatan bagi Nuh dan keluarganya dalam mengarungi kehidupan baru di dunia ini, kehidupan yang bersifat sementara, tetapi ada jaminan keselamatan bagi kehidupan kekal mereka dan kehidupan semua orang yang percaya dalam kekekalan, yakni beriman kepada Tuhan yang benar pada zamannya – Dispensasi Pemerintahan Manusiawi, dan iman kepada Yesus Kristus – bahtera kehidupan itu, pada zaman atau Dispensasi Anugerah sekarang ini pasti memiliki kehidupan yang kekal bersama dengan Tuhan untuk selamanya.

B.     KEHIDUPAN BARU DENGAN PERATURAN-PERATURAN BARU
Dalam dispensasi sebelumnya, Dispensasi Keinsyafan tidak ada peraturan-peraturan baru ditambahkan. Dalam dispensasi Keinsyafan, manusia berjalan menurut hati nurani, keinsyafan atau kesadaran sendiri. Sampai pada masa kehidupan Nuh, tinggTuhan Nuh dan keluarganya yang berjalan dengan hati nurani yang murni bergaul dengan Tuhan, yang lainnya dengan hati nurani kepada kejahatan. Oleh sebab itu Tuhan Tuhan mendatangkan penghukuman bagi dunia ini sehingga hanya Nuh dan keluarganya yang diselamatkan.
Kalau dalam Dispensasai sebelumnya Tuhan tidak memberikan peraturan dan perintah tambahan dari peraturan dan perintah sebelumnya, maka pada Dispensasi ini Tuhan menambahkan beberapa peraturan dan perintah untuk dijalankan oleh Nuh dan keluarganya serta keturunan mereka dikemudian hari. Peraturan-peraturan dan perintah-perintah yang dimaksudkan sebagaimana dicatat dalam Kejadian 9:1-17, yakni:
1.      Beranak cucu dan bertambah banyak
2.      Penuhi Bumi
3.      Segala yang bergerak (binatang dan tumbuhan) boleh dimakan
4.      Tidak boleh makan darah
5.      Tidak boleh membunuh (menumpahkan darah antara sesama)
6.      Hukuman mati bagi yang membunuh 
Itulah perintah dan peraturan yang ditambahkan Tuhan Tuhan dalam Dispensasi Pemerintahan Manusia ini. Dan kepada Nuh Tuhan Tuhan memberikan hak kekuasaan terhadap bumi dan segala isinya. Nuh menjadi kepada kepemerintah dalam Dispensasi Pemerintahan Manusiawi ini

C.     Kegagalan Kepemerintahan Nuh
Ketika air bah surut Nuh dan keluarganya keluar dari dalam bahtera untuk mengolah dan mengusahan tanah agar memberih kehidupan. Denganberpatokan pada perintah dan peraturan yang Tuhan berikan Nuh dan anak-anaknya mengusahakan tanah pada masa mereka agar memberikan hasil bagi kelangsungan kehidupan mereka dalam dunia yang telah dibaharui oleh Tuhan, dengan menyapu bersih segala kenajisan dunia ini melalui air bah.
Kepada mereka, sebagaimana telah diuraikan lalu, bahwa Tuhan menambahkan peraturan dan perintah baru untuk dilaksanakan. Nuh sebagai orangtua sekaligus menjadi tokoh/pemimpin dalam menjalankan perintah dan peraturan Tuhan. Nuh dan ketiga anaknya Sem, Ham dan Yafet berkembang biak dan memenuhi bumi. Dalam Kejadian 9:19 diceritakan bahwa Nuh menjadi Petani, dan dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Suatu ketika Nuh dan keluarganya menikmati hasil panennya dari kebun anggur, mungkin karena nikmatnya anggur Nuh pada akhirnya mabuk. Karena mabuk, maka tanpa sadar Nuh telah menjadi telanjang. Ham sebagai anak seharusnya menolong ayahnya dari kemabukkannya, tetapi Ham bahkan menggembar-gemborkan apa yang sedang dialami ayahnya. Dengan rasa hormat terhadap orang tua Sem dan Yafet bertindak untuk menyelamatkan ayah mereka dari kemabukkan. Mereka membentangkan selembar kain dan kemudian berjalan mundur untuk menutupi ketelanjangan ayah mereka, karena pantang bagi mereka melihat ayah mereka sedang telanjang. Setelah Nuh sadar apa yang sudah terjadi, maka Nuh menghukum Ham bahkan mengutuk salah seorang keturunan dari Ham, yakni Kanaan, dan Nuh memberkati Sem dan Yafet atas tindakan yang telah mereka lakukan. Selanjutnya Nuh dan keluarganya, Sem Yafet dan Ham mulai berkembang biak, bertambah banyak untuk memenuhi dan mengusahakan bumi ini.

D.    Menara Babel: Menara kekacauan
Sem, Yafet dan Ham kemudian bertambah banyak, dari merekalah terbentuk dan tersebar bangsa-bangsa ke seluruh muka bumi ini. Walaupun dunia ini telah dibersihkan dari segala kejahatan dan Nuh berserta keluarganya diselamatkan. Namun demikian kehidupan Nuh dan keluarganya masih tetap dibayangi dengan kehidupan lama/tabiat lama. Tabiat lama, tabiat dosa masih bercokol dalam kehidupan Nuh dan keluarganya. Nuh mabuk oleh anggur adalah salah satu bukti tabiat lama masih mempengaruhi kehidupan mereka. Tabiat lama akan tetap berpengaruh dan dapat menguasai kehidupan ini apabila tidak bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan buahnya pastilah sangat tidak menguntungkan/menyenangkan. Buktinya seperti telah terjadi terhadap Nuh, ia mabuk dan kemabukannya membuahkan Ham dihukum dan salah satu keturunan Ham yakni Kanaan dikutuk. Kanaan menjadi hamba yang paling hina bagi Sem dan Yafet (Kejadian 9:18-28).
Selanjutnya keturunan Nuh yang karena tabiat dosa inilah mereka berusaha untuk mencari popularitas dan berontak terhadap Tuhan di bawa pimpinan Nimrod. Alkitab menceritakan bahwa Nimrod adalah orang yang mula-mula sekali berkuasa di bumi ini dan ia adalah seorang pemburu yang sangat perkasa. Nimrod lahir dari garis keturunan Ham, keturunan Kush (Kejadian 10:6-9). Nimrod yang mewarisi hukuman Ham dan yang gagah perkasa ini dengan keangkuhan hidupnya menyalah gunakan kekuasaan, memobilisasi masa untuk berontak kepada Tuhan dan melawan semua peraturan dan perintah yang telah Tuhan berikan kepada Nuh. Kepada Nuh Tuhan memberikan perintah supaya beranak cucu, bertambah bayak dan memenuhi bumi, tetapi Nimrod dengan warisan tabiat buruk, dan dengan kekuasaannya, ia memerintahkan untuk tidak berpencar tetapi berkumpul saja di satu tempat dan membangun pemukiman satu dengan rumah-rumahnya yang menjulang tinggi ke angkasa dengan satu menaranya.
Kejadian pasal 11 menceritakan kenekatan Nimrod dalam memobilisasi masa untuk mencapai tujuannya. Kronologinya adalah sebagai berikut,
1.      Pada mulanya seluruh bumi hanya ada satu bahasa dan logatnya
2.      Nimrod memimpin pengembaraan kesebelah timur dan menjumpai tanah datar Sinear dan menetap di sana.
3.      Membuat batu bata sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
4.      Dengan keputusan bersama merancangkan mendirikan sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit.
5.      Dengan tujuan mencari nama dan supaya tidak terserak ke seluruh bumi.
Poin ke lima inilah yang mencerminkan keangkuhan hidup mereka, melawan perintah yang telah diberikan Tuhan sebelumnya yakni memenuhi (berserak ke seluruh) bumi. Jelas hal ini tidak dikehendaki-Nya. Karena itu Tuhan menggagalkan tujuan mereka ini dan menghukum mereka. Tuhan membuat kacau bahasa dan logat mereka sehingga tidak lagi saling mengerti dan gagallah pembangunan kota dengan menaranya yang mereka rancangkan itu. Dengan demikian maka terseraklah mereka ke seluruh bumi. Kemudian tempat tersebut dinamakan Babel. Babel artinya kekacauan. Dari Babel Tuhan mengacaubalaukan bahasa seluruh bumi, dan dari Babel manusia berpencar ke seluruh muka bumi ini. Itulah yang dikehendaki Tuhan. Tuhan mau supaya setiap orang mengikuti jalan dan rencana-Nya, dan tidak mendahului rencana yang telah Ia canangkan. Rencana yang telah dicanangkan Tuhan adalah rencana bagi kemuliaan-Nya dan berkat bagi semua ciptaan-Nya. Rencana Tuhan pastilah yang terbaik. Tetapi sebaliknya mari kita belajar dari peristiwa kegagalan Babel.

E.     TERBENTUKNYA BANGSA-BANGSA
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu perintah Tuhan kepada Nuh adalah beranakcucu dan penuhi bumi. Tetapi keturunan Nuh, Nimrod di bawah garis keturunan Ham mempengaruhi semuanya untuk berkumpul di tanah Sinear, membangun pemukiman satu dengan menaranya menjulang tinggi ke angkasa. Karena tujuan Nimrod bertolak belakang dengan rencana Tuhan maka Tuhan datang mengacaukan bahasa mereka sehingga tujuan dan rencana mereka tidak tercapai. Babel artinya kekacauan. Dari Babel Tuhan mengacaukan bahsa mereka sehingga tidak saling mengerti lagi, komunikasi menjadi kacau balau. Sehingga mereka terpaksa harus berserak ke seluruh bumi, sesuai dengan tujuan dan rencana Tuhan Dari Babellah terbentuk bangsa-bangsa dengan bahasa dan logat masing-masing. Bangsa-bangsa yang dimaksud diuraikan secara rinci di dalam Kejadian pasal 10.
Banyak orang sering mempersoalkan mengenai Kejadian pasal 10 dan 11, “Kan bangsa-bangsa sudah ada duluan baru terjadi kekacauan!” “Pasal 10 menjelaskan sudah ada bangsa-bangsa sedangkan kekacauan nanti pasal 11, bagaimana?”  Ya kalau memperhatikan urutan pasal memanglah demikian. Tetapi sebenarnya pasal 11 dapat ditempatkan di antara pasal 9 dan 10, artinya pasal 11 tersebut menjelaskan bagaimana sehingga terjadinya bangsa-bangsa yang telah berpencar dan bertambah banyak dalam pasal 10 sesuai dengan perintah Tuhan dalam pasal 9. Jadi tidak ada yang perlu dipersoalkan dalam pasal-pasal ini karena memanglah demikian adanya.

F.      KETURUNA SEM – Garis keturunan penerus janji.
Dalam pasal 9 pada saat Nuh mengalami kegagalan dalam kepemimpinannya karena ia memberi teladan yang tidak baik yakni mabuk oleh anggur, yang menyebabkan Ham dihukum karena melihat aurat Nuh ayahnya dan Kanaan salah seorang keturunan Ham menerima kutukan dari Nuh menjadi budak Sem dan Yafet Sedangkan Sem dan Yafet menerima berkat dari Nuh. Sem menerima berkat kesulungan. Sem merupakan bagian dari jalur keselamatan, jalur untuk penggenapan janji yang telah diberikan kepada Adam dan Hawa yakni untuk menaklukkan kekuasaan Setan (Kejadian 3:15). Secara khusus keturunan Sem diuraikan dalam Kejadian 10:26. Sem masuk jalur Mesianik, dan dari keturunan Sem lahirlah Terah, kemudian dari Terah ke Abraham. Sementara itu dunia semakin sesat, manusia kembali semakin bejak moral. Manusia tidak lagi mengindahkan Tuhan, bahkan mereka menyembah berhala. Babel dengan Menaranya merupakan pusat di mana manusia memuji diri sendiri “marilah kita mencari nama”, Manusia tidak lagi menyembah Tuhan yang benar, Tuhan yang telah menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari air bah. Namun demikian Abraham dan keluarganya tetap setia kepada Tuhan, sehingga pada suatu ketika datanglah panggilan bagi Abraham untuk melanjutkan tujuan dan rencana Tuhan bagi manusia di dunia ini. Tuhan datang dan memanggil Abraham untuk penggenapan janji-Nya. Tuhan memanggil Abraham untuk keluar dari tanah kelahirannya untuk menuju ke tanah perjanjian yang akan Tuhan tentukan kemudian. Abraham bersama istrinya Sarah, dan ikut serta Lot memenuhi panggilan Tuhan meninggalkan keluarga dan tanah kelahirannya mengikuti pimpinan Tuhan menuju ke tanah perjanjian. Melalui pemanggilan Abraham, Tuhan memulai program baru bagi dunia ini, dalam penggenapan janji-Nya. Tuhan tetap setia pada janji-Nya, oleh sebab itu marilah kita belajar setia kepada-Nya seperti Abraham. Walaupun mayoritas manusia pada zamannya tidak setia bahkan tidak menyembah Tuhan, namun Abraham dan keluarganya tetap setia kepada-Nya, karenanya Abraham dipanggil Tuhan untuk meneruskan janji-Nya.

Rabu, 29 Februari 2012

DISPENSASI KEINSYAFAN (PERJALANAN KEHIDUPAN ANAK-ANAK ADAM)

Jerry H M Sumanti, STh




Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan tentang dua anak pertama Adam dan Hawa yang lahir setelah mereka diusir keluar dari Taman Eden karena tidak mengikuti perintah dan larangan Tuhan. Manusia jatuh dalam dosa, manusia di hokum karena dosa. Karena Adam dan Hawa telah bedosa, sehingga anak-anak merekapun terpolusi dengan dosa. Manusia berjalan dengan hati nurani yang telah tercemar oleh dosa. Manusia berjalan hati nurani dalam persimpangan jalan memilik yang baik atau yang jahat, mengikuti jalan Tuhan atau keinginan hati nurani sendiri. Contoh sudah dijelaskan di atas yakni Kain memiliki yang jahat, sedangkan Habel mengikuti jalan iman. Kain berjalan di luar iman dan menjadi pembunuh dan melahirkan keturunan-keturunan yang tidak mengindahkan perintah Tuhan. Habel sebagai seorang beriman menjadi korban kejahatan Kain. Setelah Habel mati tinggallah Kain seorang diri dihukum Tuhan dan menjadi pengembara yang dikejar-kejar dosa, tidak tentram hidupnya. Pertanyaan sering dilontarkan orang bahwa bagaimanakah Kain bisa berketurunan, karena selain Adam dan Hawa, ia hanya seorang diri saja? Siapakah yang menjadi pasangan hidupnya? Setelah Kain dan Habel lahir bukan berarti Adam dan Hawa telah berhenti berketurunan. Kain dan Habel disebut hanya sebagai contoh dua pribadi yang memiliki hati nurani yang berbeda, dan menempuh jalan yang berbeda yang membuktikan bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa, sampai pada hari ini tidak ada dua pribadi yang hati nuraninya persis sama. Setelah Kain dan Habel, Adam dan Hawa masih mempunyai banyak keturunan (baca penjelasannya di dalam Kejadian pasal 4 - 5).


A. Keturunan Kain.

Setelah Habel mati akibat kejahatan Kain, Kain dihukum Tuhan. Ia menjadi seorang pelarian dan pengembaran. Ia dikejar-kejar oleh dosa. Karena ketakutan hal yang sama yang ia lakukan terhadap adiknya terjadi di dalam kehidupannya, maka ia memohon belas kasihan Tuhan untuk melindunginya. Permohonannya dikabulkan oleh Tuhan. Ia diberi suatu tanda di dahinya agar tidak dibunuh oleh orang lain (Kejadian 4:13-16). Siapakah yang akan membunuh Kain? Bukankah ia tinggal seorang diri sehingga siapakah yang menjadi pasangan hidup Kain dan berkembang biak? Telah dikatakan di atas bahwa setelah Habel mati bukan berarti Kain tinggal seorang diri. Kain dan Habel adalah contoh dua pribadi yang hati nuraninya berbeda dan menempuh jalan yang berbeda. Adam dan Hawa selanjutnya masih mempunyai anak-anak lagi selain Kain dan Habel. Kain mengetahuinya sehingga Kain harus meminta perlindugan Tuhan, dan Tuhan mengabulkan permintaannya. Pasangan hidup Kain tentulah salah satu dari anak-anak Adam dan Hawa, sehingga ia dapat berkembang biak. Kejadian 4:17 – 24 menjelaskan tentang keturunan Kain dan kehidupan keturunannya. Lahir dari benih dosa, berkembang membuahkan dosa. Lamekh, salah satu keturunan Kain yang mula-mula melanggar prinsip lembaga pernikahan yang ditetapkan Allah, yakni satu berpasangan satu. Lamekh berpoligami, dan kemudian iapun menjadi seorang pembunuh lebih kawakan, mewarisi sifat Kain ayahnya. Selanjutnya dalam Kejadian pasal 6 dijelaskan bahwa kejahatan di bumi semakin besar sehingga Tuhan Allah menjadi sangat sedih, dan akan membinasakan manusia.


B. Keturunan Yang menyembah Tuhan

Namun apakah semua manusia sudah menjadi terlalu jahat sehingga Allah akan membinasakan manusia? Kejadian pasal 5:1-32 menjelaskan tentang keturunan Adam dan Hawa. Nama-nama keturunan yang disebutkan dalam pasal ini adalah nama-nama keturunan yang berjalan di jalan kebaikan, dalam kehendak Tuhan, dimulai dari Set, Enos sampai kepada Nuh dan keluarganya. Setelah Habel mati, Hawa melahirkan Set sebagai ganti Habel. Hawa berkata bahwa, “Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel …” (Kejadian 4:25). Kemudian Set setelah menikah melahirkan Enos. Pada zaman Enos ini dijelaskan bahwa orang mnulai memanggil nama Tuhan. Artinya jelas bahwa pada zamannyam manusia sudah dan sedang berkembang menjadi banyak, dan masing-masing mengikuti jalan hati nurani sendiri-sendiri, sebagian tidak mengindahkan Tuhan dan sebagian mengikuti jalan Tuhan. Set, Enos dan keturuanan mereka sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian pasal 5 adalah kelompok orang-orang yang memanggil, menyembah Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa orang-orang yang takut akan Tuhan akan berumur panjang (Keluaran 20:12, Ulangan 5:16, Amsal 3:1-5, Efesus 6:1-3). Umur paling panjang disebutkan adalah Metusalah yang mencapai umur 969 tahun. Selanjutnya umur manusia semakin singkat karena perubahan iklim, terutama sesudah peristiwa air bah dimana Allah menghukum dunia ini karena kehidupan manusia semakin jahat adanya. Dalam Mazmur 90:9-12, pemazmur menjelaskan tentang batasan umur-umur manusia sampai saat ini. Tetapi kehidupan manusia yang takut (percaya) akan Tuhan bukan hanya umur panjang secara jasmani di dunia ini, tetapi juga suatu kehidupan yang kekal bersama Tuhan di dalam Surga. Henokh adalah contoh orang percaya (hidup bergaul dengan Allah) yang memilik kehidupan yang kekal, ia diangkat Tuhan ke surga. Hal yang sama berlaku dari zaman ke zaman sampai pada kehidupan kita orang-orang percaya saat ini (Rasul Paulus menjelaskan bahwa suatu ketika pada akhir Dispesasi Anugerah ini – akan dibahas nanti dalam kelanjutan pelajaran ini – bahwa orang-orang percaya akan diangkat menyongsong Tuhan Yesus di angkasa kemudian di bawa ke Surga, 1 Tesalonika 4:13-18). Secara jasmani mungkin saja kita mencapai umur panjang sebagaimana dijelaskan dalam Mazmur 90 tersebut di atas atau mungkin juga tidak, tetapi yang jelas siapa saja yang percaya (menerima) kepada Tuhan Yesus yang adalah Jalan Kebenaran dan Hidup yang ditetapkan Allah, ia pasti memiliki kehidupan yang kekal di dalam Surga (Yohanes 3:16, Yohanes 14:6).


C.     Kehidupan manusia semakin bejat

Di atas telah dijelaskan mengenai keturunan Adam melalui garis keturunan Set dan Enos disebutkan sebagai keturunan yang menyembah Tuhan. Beberapa orang disebut yang ditandai dengan umur-umur yang panjang. Dua orang yang sangat menonjol disebutkan sebagai orang yang benar dan bergaul dengan Tuhan, yakni: 1) Henokh: Ia hidup bergaul dengan Allah, kemudian ia diangkat oleh Tuhan ke Surga (Kejadian 5:24); 2) Nuh: Ia orang benar dan tidak bercela, ia hidup bergaul dengan Allah dan karenanya ia mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan (Kej. 6:8-9).

Selanjutnya semua manusia baik yang hidup tidak benar maupun yang benar, semuanya berkembang biak, sehingga manusia semakin banyak. Berbarengan dengan perkembangan manusia, kehidupan manusia semakin bejat pula. Kejadian 6:1-8 menceritakan bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata (hati nurani cenderung kepada kejahatan daripada ke kebaikan). Kejahatan yang disebutkan dalam pasal ini adalah tentang kebebasan seksual, kebebasan perkawinan (kawin mawin). Perkawinan antara anak-anak Allah dan anak-anak perempuan yang cantik-cantik. Anak-anak Allah mengambil perempuan-perempuan cantik menjadi istri sesuka hati mereka Mengenai anak-anak Allah di sini, ada dua penafsiran yakni 1) anak-anak Allah yang dimaksud adalah para Malaekat yang menyalahgunakan keberadaan mereka. Malaekat adalah makhluk roh yang diciptakan tidak kawin mawin, tetapi dengan kemampuan yang diberikan kepada mereka mereka mengubah wujud menjadi manusia dan kawin dengan anak-anak manusia dan anak-anak manusia melahirkan keturunan raksasa-raksasa dan perkasa di bumi ini. 2) anak-anak Allah yang dimaksud adalah orang-orang percaya yang disebutkan dalam Kejadian pasal 5 (orang-orang yang menyembah Tuhan, keturunan Set dan Enos) dan kawin dengan anak-anak perempuan (orang yang tidak percaya). Terlepas dari dua penafsiran ini, yang jelas kejahatan di bumi ini semakin merajarela, kehidupan manusia semakin bejat, oleh sebab itu Tuhan alan membinasakannya. Dalam Kejadian 6:5, Tuhan berkata, bahwa menyesallah Dia karena telah menjadikan manusia di bumi ini. Karena kejahatan itu sehingga Tuhan akan membinasakan manusia maupun seluruh isi dunia ini. Kejadian 6:3, Tuhan membatasi umur manusia pada waktu itu tinggal 120 Tahun saja.


D.    Panggilan Nuh dan Jalan Keselamatan

Berhubungan dengan rencana Tuhan akan membinasakan dunia ini, maka Tuhan memanggil Nuh, orang yang hidup bergaul dengan Tuhan pada zamannya untuk menyampaikan berita penghukuman dan keselamatan kepada manusia pada waktu itu. Tuhan memilih Nuh untuk menjadi pemberita Injil, memberitakan bahwa Tuhan akan mencurahkan penghukuman kepada dunia ini. Sambil memberitahukan rencana Tuhan tersebut, Nuh diperintahkan membuat Bahtera sebagai wadah bagi keselamatannya dan keluarganya serta orang-orang yang mau bertobat, agar terluput dari bencana penghukuman yang akan Tuhan laksanakan. Sambil membuat bahtera dengan dibantu oleh istri dan anak-anaknya, Nuh melaksanakan pemberitaan Injil (2 Petrus 2:5). Nuh memberitakan Injil sambil membuat bahtera, ia, istri beserta anak-anaknya. Nuh membuat Bahtera dan memberitakan Injil kurang lebih seratus tahun (Kejadian 5:32, 6:8-9, 13-14 umur Nuh 500 tahun ketika mendapat kasih karunia/dipanggil untuk membuat bahtera dan ketika air bah datang Nuh berumur 600 tahun, Kejadian 7:6). Tak seorangpun menindahkan pemberitaan Nuh mengenai rencana Tuhan untuk membinasakan dunia ini. Pastilah pemberitaan Nuh didengar sebagai kayalan saja. Mana mungkin akan ada banjir besar, dari mana datangnya air? Apa lagi Nuh membuat Bahtera jauh dari sungai/laut dan di atas bukit pula! Tak seorangpun yang menjadi percaya. Nuh tidak kecewa dan putus asa, karena ia hanya menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan, ia adalah seorang yang hidup bergaul dengan Allah, patuh pada perintah Tuhan. Ia setia sampai pada akhirnya Tuhan mendatangkan penghukuman bagi dunia ini pada zamannya. Ketika Bahtera selesai dan banjir dicurahkan menyelimuti seluruh bumi ini serta menyapu bersih semua yang ada di atasnya, Tetapi Nuh dan keluarganya – istri dan anak-anak - yang hanya delapan orang saja yang selamat (Kejadian 7:7, 1 Petrus 3:20) dan sepasang-sepasang dari jenbis-jenis makhluk hidup untuk bekal kehidupan Nuh dan keturunannya kemudian sesudah air bah. Mereka selamat karena hanya merekalah yang berada dalam Bahtera.

Nuh dan keluarganya selamat karena mereka adalah orang-orang yang hidup bergaul dengan Allah. Mereka percaya kepada Allah, dan karenanya mereka mendapatkan kasih karunia. Dalam Ibrani 1:1-4, penulis Ibrani menulis bahwa Allah telah berulang-ulang kali dan dalam berbagai cara berbicara kepada manusia tentang rencananya bagi manusia, termasuk di dalamnya adalah tentang penyelamatan dan penghukuman. Pada zaman Nuh Allah menyelamatkan Nuh dan keluarganya melalui Bahtera, dan membinasakan yang tidak percaya dengan mendatangkan air bahwa menyelimuti seluruh bumi ini. Ketika air bah surut, Nuh dan keluarganya serta seluruh makhluk hidup keluar dari dalam bahtera memulai kehidupan yang baru, Tuhan Allah berjanji kepada Nuh bahwa tidak akan ada lagi air bah dan sebagai tandanya Allah memberikan pelangi (Kejadian 9:11-17).

E. Remcana Keselamatan pada masa kini

Selanjutnya bagaimana dengan kehidupan kita sekarang? Tuhan akan menyelamatkan yang percaya dan menghukum yang tidak percaya. Pada zaman ini berpijak pada perjanjian Allah tersebut bahwa Allah tidak akan menghukum dunia ini lagi dengan air bah, tetapi Rasul Petrus menceritakan dalam 2 Petrus 3:10-12 tentang penghukuman yang lebih mengerikan daripada air bah yakni bahwa Allah akan memusnahkan dunia ini kelak dengan api. Tetapi sebelum penghukuman itu datang, Allah masih memberikan kesempatan sampai saat ini orang-orang untuk berbalik kembali kepada-Nya (2 Petrus 3:9). Tuhan Allah menghendaki supaya semua orang dapat selamat. Kalau pada masa Nuh keselamatan disediakan melalui bahtera Nuh, tetapi pada masa sekarang ini keselamatan hanya disediakan di dalam Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah Jalan Keselamatan itu, Dia adalah Bahtera Kehidupan saat ini. Siapa yang percaya dan menerima-Nya pasti diselamatkan dan yang tidak percaya akan dihukum.

(Bersambung).

YESAYA 40:31

"... orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: 
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; 
mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." 
(Yesaya 40:31).