Kamis, 07 April 2011

DISPENSASI KESUCIAN (KISAH KEHIDUPAN ADAM DAN HAWA)


Jerry H. M. Sumanti




Kitab Kejadian pasal 1 dan 2 menceritakan bagaimana keadaan bumi dan segala isinya pada awal diciptakan sampai manusia jatuh dalam dosa. Segala sesuatu diciptakan dalam keadaan “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Termasuk di dalamnya adalah Manusia (Adam dan Hawa). Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, hidup dalam keadaan damai sejahtera, suci dan tanpa dosa. Itulah sebabnya Dispensasi pertama ini kita menyebutnya “Dispensasi Kesucian”.

A.    Tokoh
Adam adalah tokoh dalam Dispensasi Kesucian ini. Ia adalah manusia pertama yang diciptakan Allah sebagai makhluk hidup untuk menjadi partner Allah dalam mengelola serta mengatur dan memelihara dunia ini dengan segala isinya (Kejadian 1:27, 2:7, 15-23, 3:1 dst.)
1.      Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah.
a.       Diciptakan dari Debu tanah, menurut gambar dan rupa Allah.
b.      Diciptakan sebagai seorang yang hidup yang memperoleh nafas hidup langsung dari Allah.
c.       Diciptakan sebagai seorang pribadi yang mempunyai kehendak bebas.
2.      Sebagai manusia pertama ciptaan Allah,
a.       Ia menjadi seorang suami/kepala rumah tangga yang pertama dan merupakan nenek moyang bangsa manusia.
b.      Ia merupakan seorang pemimpin dunia yang pertama yang mengemban tugas, perintah dan peraturan dari Allah (Kejadian 1:28-29).
3.      Namun sebagai manusia pertama, ia pula yang menjadi salah satu oknum penyebab kejatuhan seluruh umat manusia ke dalam dosa.

B.     Peraturan-Peraturan
Peraturan-peraturan dalam Dispensasi ini ditulis dalam Kejadian 1:28-29, 2:15-17 adalah,
1.      Peraturan-peraturan untuk dilaksanakan,
a.       Beranak cucu dan bertambah banyak,
b.      Memenuhi dan menaklukkan bumi,
c.       Makan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon yang buahnya berbiji,
d.      Mengusahakan dan memelihara taman Eden,
2.      Peraturan yang merupakan larangan
Tidak boleh makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat

C.     Pelanggaran (Kegagalan Manusia)
Kejadian pasal 3 mencatat mengenai pelanggaran atau kegagalan adam dan Hawa mentaati peraturan Allah. Iblis menggoda Adam dan Hawa dengan cara-cara yang sangat licik yakni,
1.      Firman Allah dipersoalkan,
2.      Firman Allah dipertentangkan,
3.      Firman Allah dihujat.
Pada saat Allah menciptakan Adam dan Hawa, Allah menciptakan mereka dalam keadaan bebas untuk memilih. Adam dan Hawa mempunyai kebebasan memilih untuk percaya kepada Allah ataukah percaya kepada Iblis. Namun ternyata mereka menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Allah, mereka memilih mempercayai Iblis daripada mempercayai Allah. Adam dan Hawa gagal mentaati Firman Allah.
a.       Akar kegagalan Adam dan Hawa adalah mengabaikan perintah/larangan dari Allah (Kejadian 2:16-17). Tanpa bantahan ataupun penolakan Adam menerima buah yang dilarang Allah dari Hawa, istrinya kemudian mereka memakannya.
b.      Tindak lanjut kejatuhan Adam dan Hawa, ialah tidak mau mengakui secara jujur akan pelanggaran yang telah mereka lakukan. Adam dengan sadar mengetahui bahwa dirinya telah bersalah, namun tindakan yang dilakukannya bertentangan dengan kesadarannya,
1.      Adam dan Hawa berusaha menutupi dan menyembunyikan kesalahan mereka di balik sematan daun pohon ara,
2.      Mereka lari bersembunyi untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan Allah.
3.      Mereka saling mempersalahkan. Adam mempersalahkan membela dirinya di hadapan Allah dengan menuding Hawa sebagai biang keladinya, sedangkan Hawa mempersalahkan Ular.
Karenanya Allah menghukum manusia sesuai dengan Firman-Nya. Keadaan damai sejahtera tanpa dosa berubah, menjadi rasa bersalah dan hidup dalam ketakutan.

D.    Hukuman
Allah menghukum manusia sesuai dengan Firman-Nya karena tidak mentaati-Nya. Perhatikan Kejadian pasal 3, Allah menghukum Adam dan Hawa karena pelanggaran mereka. Adam seharusnya menjadi partner Allah dalam mengelola serta memelihara dan mengatur ciptaan Allah di bumi ini, tetapi sebaliknya yang mereka lakukan. Adan dan Hawa berontak terhadap Allah hanya karena ingin menjadi serupa dengan Allah mengikuti jejak dan tawaran Iblis.
Oleh sebab itu Allah menghukum Adam dan Hawa, karena tindakan Adam dan Hawa bukan tindakan iman. Hal itu tidak berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6, Roma 14:23b). Adam dan Hawa seharusnya menjadi pola anutan iman, tetapi sebaliknya mereka membawa malapetaka bagi diri mereka sendiri dan bagi semua manusia yang menjadi keturunan mereka. Oleh sebab itu pula sehingga Adam dan Hawa tidak disebutkan di antara saksi-saksi iman dalam Ibrani pasal 11.
  1. Hubungan manusia dengan Allah terputus. Hal itu dinyatakan melalui perasaan malu dan takut bertemu dengan Allah (Kejadian 3:8-10).
  2. Gambar dan rupa Allah hilang. Itu dinyatakan melalui keadaan manusia dalam keadaan telanjang (Kejadian 3:10, Roma 3:23).
  3. Terjadi permusuhan antara Manusia dengan makhluk hidup lainnya, alam semesta dan sesama makhluk hidup lainnya (Kejadian 3:15).
  4. Hawa dan semua perempuan akan menderita sakit bersalin, susah payah melahirkan keturunan (Kejadian 3:16).
  5. Kehidupan Manusia dan semua makhluk hidup lainnya dibatasi oleh umur. Hidup manusia menjadi rapuh dan penuh dengan berbagai macam penderitaan jasmani dan rohani. Manusia akan mati, kembali kepada debu (Kejadian 3:19, Kejadian pasal 5, Ibrani 9:27).
  6. Adam dan semua manusia keturunannya dengan bersusah payah, berpeluh untuk mencari nafkah bagi kelangsungan kehidupan di bumi ini (Kejadian 3:17-19).
  7. Adam dan Hawa kemudian diusir keluar dari taman Eden (Kejadian 3:24). Mereka mengembara dan berjuang keras untuk kelangsungan kehdupan dan pelayanan di dunia ini.
  8. Adam dan Hawa dan semua manusia keturunan mereka menjadi berdosa dan berada dalam ancaman hukuman maut kekal (Roma 3:23, 5:12, 6:23a).

E.     Janji Keselamatan dari Allah
(Pernyataan Kasih Allah bagi Adam dan Hawa, dan Pemulihan Bagi Semua Umat Manusia).

Allah membenci dosa dan menghukum para pelakunya. Allah menghukum Adam dan Hawa karena pelanggaran mereka, namun Allah mengasihi mereka. Oleh karenanya sebelum mereka diusir keluar dari taman Eden, Allah membuatkan mereka pakaian dari kulit binatang menggantikan pakaian dari daun hasil buatan mereka sendiri.
1.      Allah menjanjikan seorang penebus yang akan melepaskan manusia dari belenggu dosa (Kejadian 3:15).
Secara harafiah ayat ini berbicara tentang permusuhan antara manusia dengan ular. Ular akan mematuk kaki manusia sedangkan manusia akan meremukkan kepada ular. Namun dibalik itu berbicara mengenai nubuatan janji seorang penyelamat yang akan datang nanti untuk mengalahkan oknum yang berada di balik ular yakni Iblis. Janji ini adalah nubuatan tentang Tuhan Yesus Kristus yang lahir sebagai Anak Manusia untuk mengalahkan kuasa maut (Galatia 4:4-5, 1 Korintus 15:54-57).
2.      Allah mengorbankan seekor binatang, kemudian membuatkan pakaian dari kulit binatang tersebut bagi Adam dan Hawa sebagai ganti pakaian dari daun untuk menutupi ketelanjangan mereka (Kejadian 3:21). Bagi semua manusia, korban binatang ini merupakan symbol Kristus Yesus sebagai Anak Domba Allah yang mengangkut dosa dunia ini (Yohanes 1:29).
3.      Allah menutup jalan ke arah pohon kehidupan untuk mencegah manusia mengambil dan memakan buah tersebut untuk mencegah agar mereka tidak akan terus menerus hidup dalam dosa (Kejadian 3:22).
4.      Adam sudah gagal untuk menjadi partner Allah. Namun ada Adam kedua yang menjadi Pemulih hubungan manusia dengan Allah, yakni Tuhan Yesus Kristus (Roma 5:12-15, 1 Korintus 15:45-48).
a.       Adam adalah gambaran dari Dia yang akan datang kemudian, tetapi keduanya itu tidak sama (Roma 5:14-15 BIS).
b.      Adam sebagai pendosa. Kristus adalah Penebus Dosa.
c.       Adam bersifat jasmani, Kristus bersifat Rohani.
d.      Adam berasal dari debu tanah, Kristus berasal dari surga.
e.       Adam pembawa kematian, Kristus pemberi hidup.
f.       Adam merupakan kepala rumah tangga/keluarga dunia, Kristus sebagai Kepala Rumah Tangga/Keluarga Surgawi (Gereja). 

F.      Prinsip-prinsip dalam Dispensasi Kesucian
Rasul Paulus menulis kepada orang-orang percaya di Roma dan Korintus bahwa segala sesuatu yang terjadi pada zaman dahulu, ditulis untuk menjadi pelajaran, contoh dan peringatan bagi kita yang hidup di zaman akhir (Roma 15:4, 1 Korintus 10:6, 11). Demikian juga dengan peristiwa Adam dan Hawa dalam Dispensasi Kesucian. Prinsip-prinsip atau pelajaran yang dapat dipetik dari Dispensai Kesucian adalah sebagai berikut,
1.      Allah menghendaki agar manusia taat pada Firman-Nya
Pengabaian atau ketidak taatan kepada Firman-Nya mendatangkan hukuman (Amsal 13:13, Roma 6:23a). Buktinya Allah menghukum Adam dan Hawa karena ketidak taatan mereka.
2.      Allah menghukum setiap pelanggaran, tetapi sedalam-dalamnya manusia jatuh, Allah tetap menanti, menawarkan dan memberikan jalan bagi manusia untuk berbalik kepada-Nya. Buktinya Allah mengukum Adam, namun di balik hukuman tersebutAllah menjanjikan seorang penyelamat. Allah membuatkan pakaian bagi mereka untuk menutupi ketelanjangan, dan Ia tidak membiarkan mereka untuk hidup terus dalam dosa (Kejadian 3:16, Yehezkiel 33:11, Yohanes 3:16, Roma 6:23a, 3 Petrus 3:9).
3.      Allah berpribadi, adil dan berkedaulatan. Kepribadian, kedaulatan dan kedaulatan Allah dinyatakan dalam pemberian kehendak bebas dalam diri makhluk ciptaan-Nya serta pernyataan hukuman bagi mereka yang melanggar hukum, dan pernyataan kasih penyelamatan bagi mereka yang bertobat (Kejadian 2:16-17, 3:1 dst, Mazmur 145:17, Yohanes 3:16).
4.      Allah mahatahu, tak ada sesuatu apapun yang tersembunyi di hadapan-Nya (Mazmur 139).
5.      Allah mahatinggi, mahahadir, mahakuasa. Tak ada sesuatu makhluk apapun yang dapat menyamai-Nya. Ingin menyamai-Nya, maka bencana dan hukuman yang akan diterima. Buktinya Adam dan Hawa yang ingin menjadi serupa dengan Allah, tetapi apa yang terjadi kemudian? Hukumanlah yang menimpa mereka.
6.      Keselamatan merupakan anugerah Allah semata-mata, itu bukan hasil usaha manusia. Buktinya Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangan dengan menyemat daun pohon ara, tetapi kemudian Allah menggantikannya dengan pakaian dari kulit binatang. Mengapa? Karena daun pasti cepat layu, kering dan gugur yang mengakibatkan Adam dan Hawa telanjang lagi (Yesaya 64:6).
7.      Mengakui secara jujur akan setiap dosa. kesalahan dan pelanggaran-pelanggran baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia, saling mengasihi dan mengampuni serta menerima antara satu dengan lainnya sebagaimana Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi, mengampuni dan menerima (Amsal 28:13, Efesus 4:32, Kolose 3:12-14).

G.    Penutup
Dispensasi Kesucian dimulai pada Awal pencitaan di mana Allah menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, dan berakhir pada saat mereka jatuh dalam dosa dan diusir keluar taman Eden. Di luar taman Eden tersebut kemudian Allah memulai dengan Dispensasi yang baru yakni Dispensasi Keinsyafan (yang akan kita pelajari pada bagian berikut).
Peristiwa kegagalan Adam dan Hawa serta hukuman yang menimpa mereka dalam Dispensasi Kesucian dan akibatnya bagi semua manusia dan makhluk hidup lainnya dalam dispensasi-dispensasi berikutnya, ditulis untuk menjadi contoh, pelajaran, peringatan dan kebaikan bagi mereka yang mau mengasihi Tuhan (Roma 15:4, Roma 8:28, 1 Korintus 10:6, 11). Kita tidak lagi hidup dalam Dispensasi Kesucian, namun Allah melalui Firman-Nya mengingatkan kita untuk hidup dalam kesucian (1 Petrus 1:16).

Sabtu, 02 April 2011

PEMBAGIAN ALKITAB SECARA TEPAT DAN BENAR

Jerry H. M. Sumanti


Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Timotius 4:16).

Dalam pelajaran yang lalu kita sudah mempelajari mengenai penting dan tujuan kita belajar Alkitab secara tepat dan benar, ringkasnya yakni sebagaiberikut,


1)  Supaya kesaksian hidup Kristen kita nampak dan benar. Kehidupan kerohanian kita bertumbuh dengan baik/normal,

2)   Supaya ajaran kita benar. Kita dapat menempatkan Firman Allah secara tepat dan benar dalam kehidupan percaya kita,

3)  Supaya kita dapat menyampaikan berita keselamat kepada orang lain sehingga yang belum selamat diselamatkan, dan mengajarkan kepada orang lain  prihal ajaran yang benar.

Bacalah dan renungkan kembali 1 Timotius 4:16 yang menjadi landasan pembelajaran kita pada seri pembelajaran yang lalu, kemudian aplikasikan ke dalam kehidupan secara pribadi apakah hal itu sudah atau sedang diterapkan. Ingatlah bahwa itu adalah perintah Tuhan untuk kita laksanakan dalam kehidupan kita. Alkitab mengajarkan kepada kita supaya apa yang kita lakukan dalam kehidupan percaya kita, kita melakukan semuanya itu untuk Tuhan Yesus (Kolose 3:17) dan menjadi berkat bagi orang lain ( 1 Timotius 4:11-13). Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan percaya kita akan dipertanggungjawabkan kemudian (Pengkhotbah 12:14; 2 Korintus 5:10).
      
      Perhatikan kembali kutipan ayat-ayat Alkitab berikut ini yang menganjurkan kita untuk belajar, yakni:
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak  usah   malu,  yang  berterus  terang  memberitakan  perkataan  kebenaran itu” (2 Timotius 2:15).
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.  Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau (1 Timotius 4:16)”
 
Berkaitan dengan kedua yata Alkitab tersebut maka dalam lembar pembelajaran  ini kita membahas mengenai  Bagaimana mengetahui/ belajar Alkitab secara tepat dan benar, Perhatikan kembali kalimat terakhir dari 2 Timotius 2:15, yakni yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” Kalimat ini dalam salah satu terjemahan bahasa Inggeris (KJV) adalah Rightly Deviding The Word Of Truth diterjemahkan secara bebas sebagai Membagi Firman Kebenaran itu dengan tepat.
Membagi di sini, bukan berarti bahwa kitalah yang membagi-bagi Alkitab itu. Sama sekali, kita tidak mempunyai hak untuk membagi-bagi  Alkitabitu, melainkan Allah sendirilah yang telah memberikan Alkitab itu kepada kita sesuai dengan pengaturan/pembagian dari Allah sendiri. Allah sendirilah yang telah membagi Alkitab itu secara tepat dan benar dan kita menjalankan/memberitakan dengan berterus terang akan perkataan kebenaran itu dengan tepat. 
          Jadi untuk mengetahui Alkitab secara tepat dan benar maka kita mesti mempelajarinya. Kita belajar agar berkenan kepada Allah dan menjadi pekerja yang tidak perlu malu yang dapat mempertanggung jawabkan secara tepat dan benar apa yang kita percayai. 
Alkitab adalah Firman Tuhan dan merupakan otoritas mutlak san satu-satunya bagi kehidupan percaya. Alkitab adalah berisi peraturan-peraturan Allah untuk dilaksanakan dengan sebenarnya dalam kehidupan percaya kita sebagai anggota keluarga Allah, agar kehidupan percaya kita berada dalam keteraturan sebab Allah menghendaki adanya kesopanan dan keteraturan (1 Korintus 14:40). Jadi Allah mengatur rumah tangga-Nya sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Bagaimana Allah mengatur rumahtangga-Nya, semuanya sudah tersistem dalam Alkitab. Oleh sebab itu Alkitab mesti dipelajari dan dilaksanakan dengan tepat dan benar. 
Pengaturan atau tugas penyelenggaraan  Rumahtangga Allah diterjemahkan dari kata Yunani “Oikonomia”. Kata ini adalah gabungan dua kata “Oikos” yang artinya Rumah, dan “Nomos” atau “Nemo” yang artinya Ketentuan atau aturan. Jadi Oikonomia artinya Ketentuan atau aturan rumah. Karena kata ini dikaitkan dengan rumahtangga Allah maka kata ini berarti Ketentuan atau pengaturan rumahtangga Allah. Dalam Alkitab kita bahasa Indonesia (LAI), diterjemahkan “Urusan” (Lukas 16:2), “Jabatan” (Lukas 16:3,4), “Tugas Penyelenggaraan” (1 Korintus 9:17, Efesus 3:9), dan “tugas” (Kolose 1:25). Jadi Allah mengatur rumahtangga-Nya, dan Alkitab adalah Firman Allah diberikan kepada manusia supaya manusia mengerti apa kehendak-Nya pada setiap waktu, situasi, dan setiap orang atau kumpulan orang.
Untuk mengerti dan mengetahui kehendak Allah, maka kita harus mempelajari Alkitab. Melalui Alkitab kita akan mengetahui bagaimana Allah mengatur pembagian ketentuan-ketentuan-Nya sesuai dengan waktu, situasi dan orang yang secara langsung bersangkutan dengan aturan atau perintah tertentu.
Belajar Alkitab dengan tepat dan benar akan melepaskan dan menolong kita dari:
1)  Anggapan bahwa ayat-ayat Alkitab saling bertentangan
2)  Kebingungan akibat dari perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam bagian-bagian Alkitab
3) Kesalahan penerapan perintah-perintah yang sebenarnya tidak ditujukan kepada kita sekarang
4) Ketakutan karena kegagalan mentaati Firman Tuhan yang mamang bukan untuk kita laksanakan sekarang
5)  Mengetahui di mana tempat kita dalam sejarah kemanusiaan
6)  Menerapkan Firman Allah secara tepat dan benar
7)  Mengetahui kehendak Allah bagi kita sekarang ini
8)  Melayani Tuhan sebagaimana yang dituntut-Nya.
Dasar dari semuanya itu adalah karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang menghendaki adanya kesopanan dan keteraturan (Perhatikan kembali 1 Korintus 14:40).
Dalam pembelajaran yang lalu kita sudah mempelajari pembagian Alkitab sesuai dengan urutan nama kitab dalam Alkitab, dan telah dilampirkan pula Bagan Panorama Alkitab. Bagan mana dibuat oleh penulis untuk menggambarkan secara ringkas isi Alkitab secara keseluruhan dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, yakni tentang rencana dan program Allah bagi kehidupan manusia dari zaman ke zaman sampai pada kekekalan. Menunjuk pada Bagan tersebut, kita akan membahas pembagian Alkitab berdasarkan pokok-pokok berikut ini secara berkesinambungan dalam pertemuan-pertemuan berikut, yakni: 
A.  Allah sebagai Pencipta
B.  Proses Penciptaan
C.  Pembagian/Pengaturan Rumahtangga Allah (yang selanjutnya kita sebut Dispensasi)
  1. Dispensasi Kesucian
  2. Dispensasi Keinsafan
  3. Dispensasi Pemerintahan Manusiawi
  4. Dispensasi Perjanjian
  5. Dispensasi Hukum Torat
  6. Dispensasi Anugerah
  7. Tribulasi (Masa Sengsara)
  8. Dispensasi Millenium (Kerajaan)
D.  Surga/Kerajaan Allah
E.  Harmagedon
F.   Gog dan Magog
G.  Alam maut (Seol/Hades)
H.  Kebangkitan Orang mati
I.    Lautan Api
J.   Pembaharuan Alam Ciptaan
  1. Pemusnahan Total
  2. Langit dan bumi baru.

Mari kita belajar terus dengan perpedoman pada Firman Tuhan, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Amsal 1:7.