Rabu, 22 Agustus 2012

DISPENSASI PERJANJIAN

PEMANGGILAN ABRAHAM

Oleh: Jerry H. M. Sumanti, STh.


PENDAHULUAN:
      Dalam Dispensasi Pemerintahan Manusiawi, Peristiwa Menara Babel telah mengakibatkan kekacauan bahasa. Kekacauan bahasa ini adalah hukuman Tuhan bagi kehidupan manusia yang tidak mau taat pada perintah dan peraturan-Nya. Kekacauan bahasa ini membuat tujuan manusia untuk tidak berserak ke seluruh bumi tidak tercapai, manusia harus pergi dan pergi untuk memenuhi bumi.


PANGGILAN ABRAHAM:
     Sekarang manusia telah terserak ke seluruh bumi, berkembang biak dengan membentuk bangsa dan bahasa masing-masing (Kejadian pasal 10 – 12). Dalam perkembang biakkan dan di antara kekacauan bangsa-bangsa Tuhan memanggil seseorang yang patuh pada-Nya untuk melanjutkan program-Nya untuk menggenapkan janji dalam Kejadian 3:15. Abram (yang kemudian namanya diganti oleh Allah dengan nama Abraham) adalah orangnya.
      Siapakah Abraham itu? Kejadian 10:27-32 menjelaskan tentang silsilah Abraham. Abraham adalah anak Terah, yang adalah penduduk Ur Kasdim. Keluarga Terah mengadakan perjalanan dari Ur Kasdim dengan tujuan tanah Kanaan dan kemudian tiba di Haran dan menetap di sana. Di Haran Abraham dipanggil, berpisah dengan keluarga, untuk menuju ke tanah perjanjian di Kanaan yang akan Tuhan tentukan kemudian. Abraham bersama istrinya Sarah, dan ikut serta Lot memenuhi panggilan Tuhan meninggalkan keluarga dan sanak saudara, dan tanah kelahirannya berjalan mengikuti pimpinan Tuhan menuju ke tanah perjanjian (Kejadian 12:1-7).
      Melalui pemanggilan Abraham, Tuhan menambahkan dan memulai program/ dispensasi baru bagi dunia ini, yakni Dispensasi Perjanjian dalam penggenapan janji-Nya.  Jadi sementara Dispensasi Pemerintahan Manusia berjalan, ditambahkan Dispensasi baru yakni Dispensasi Perjanjian.
Tuhan tetap setia pada janji-Nya, oleh sebab itu marilah kita belajar setia kepada-Nya seperti Abraham. Walaupun mayoritas manusia pada zamannya tidak setia bahkan tidak menyembah Tuhan, namun Abraham dan keluarganya tetap setia kepada-Nya, karenanya Abraham dipanggil Tuhan untuk meneruskan janji-Nya.


JANJI-JANJI DAN PERATURAN TUHAN DALAM DISPENSASI PERJANJIAN:
Jadi sementara Dispensasi Pemerintahan Manusia masih berjalan, Tuhan menambahkan Dispensasi Baru berjalan bersama-sama, yakni Dispensasi Perjanjian. Mengapa disebut Dispensasi Perjanjian? Dispensasi ini disebut Dispensasi Perjanjian karena melalui pemanggilan Abraham, Tuhan mengadakan perjanjian-perjanjian dengan Abraham (Kejadian 12:1-3, Kejadian 15, 17), yang dilanjutkan kepada Ishak  dan kepada Yakub dan selanjutnya kepada bangsa Israel. Abraham dan keturunannya akan berjalan pada Dispensasi Perjanjian sedangkan di luar keturunan Abraham akan berada di bawah Dispensasi Pemerintahan Manusia.
Perjanjian Tuhan dengan Abraham diuraikan dalam Kejadian 12:1-3, Kejadian 15 dan 17. Paling tidak ada tujuh janji besar yang diberikan Tuhan kepada Abraham yakni,
1.      Tuhan akan menjadikannya bangsa besar
2.      Tuhan akan memberkatinya
3.      Tuhan akan menjadikan namanya termashyur
4.      Tuhan membuat Abraham menjadi berkat
5.      Orang-orang yang memberkatinya akan diberkati
6.      Orang-orang yang mengutuk akan dikutuk
7.      Melalui Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati
Janji-janji tersebut diikutkan dengan peraturan-peraturan sebagai dasar atau tanda peneguhan janji, yakni:
1)      Memisahkan diri dari penyembahan berhala.
2)      Tinggal menetap di negeri yang diberikan Tuhan
3)      Sunat sebagai tanda peneguhan janji, yang harus dilaksanakan dalam keturunan Abraham.


KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ABRAHAM SERTA KETEGUHAN DAN PENGGENAPAN JANJI TUHAN:
Abraham dan Sarah walaupun sebagai orang-orang beriman, mereka tetap adalah manusia biasa yang mempunyai kelemahan dan kekurangan-kekurangan. Mereka tak luput dari kekuatiran dan ketakutan. Karena bencana kelaparan di Kanaan mereka pergi ke Mesir. Abraham demi untuk menyelamatkan diri di hadapan Firaun, tidak mau berterus terang bahwa Sarah adalah istrinya dan merelakannya diambil Firaun. Tindakan Abraham ini membuat Tuhan murka (Kejadian 12:10-20).
Selanjutnya Kejadian 13 menceritakan tentang perpisahan Abraham dengan Lot karena persoalan lahan penggembalaan. Abraham dan Sarah kemudian meragukan janji Tuhan bahwa mereka akan menjadi bangsa besar (Kejadian 15). Ragu karena sudah lanjut usia namun belum memperoleh seorang anakpun. Karena ingin menimang anak sehingga Sarah merelakan Abraham menikahi Hagar pembantunya, dan lahirlah Ismail yang kemudian menjadi malapetaka dalam kehidupan keluarga Abraham (Kejadian 16). Sodom dan Gomora ditunggang balikkan karena keserakan, sehingga Lot harus keluar dari sana dengan tidak membawa seuatu apapun.
Namun demikian Tuhan tidak membatalkan janji-Nya, karena kelemahan Abraham, tetapi Tuhan menghukum Abraham melalui keturunannya, bahwa keturunan Abraham akan diperbudak di Mesir selama 400 tahun (Kejadian 15:13). Tuhan selalu mengingatkan janji-Nya kepada Abraham, bahkan Tuhan selalu memberkati Abraham, dan sunat sebagai tanda bahwa Tuhan meneguhkan janji-Nya.
Kejadian 18 Tuhan mengulangi janji-Nya bahwa Abraham akan memperoleh seorang anak laki-laki sebagai ahli waris penerus janji. Janji ini digenapi dalam Kejadian pasal 21 ketika Ishak dilahirkan. Ishak sebagai penerus janji, dan kemudian kepada Yakub, selanjutnya kepada bangsa Israel, dan penggenapan janji menjadi berkat sekaligus penggenapan nubuatan yang diberikan kepada Hawa (Kejadian 3:15) di dalam Tuhan Yesus Kristus. Melalui Tuhan Yesus Kristus semua bangsa memperoleh berkat keselamatan. Tuhan Yesus Kristus berkorban dan mati bagi dosa semua orang. Namun yang memperoleh berkat keselamatan itu yakni hanya mereka yang percaya saja, dan yang menolaknya maka kutuk yang diterima.
Tuhan menghukum pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, tetapi Tuhan tidak pernah membatalkan janji-Nya.


SUNAT SEBAGAI TANDA PENEGUH JANJI TUHAN:
Setelah Tuhan menyampaikan janji-Nya kepada Abraham, maka janji itu dikuatkan dengan SUNAT. Sunat ini menjadi keharusan untuk dilakukan kepada setiap anak laki-laki turun-temurun (Kejadian 17) pada waktu itu. Sunat menjadi symbol ketahiran, pembersihan jasmani dan rohani.
Selanjutnya Sunat ini kemudian diteguhkan sebagai bagian yang penting dalam peribadatan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan penerus perjanjian. Tidak disunat dianggap najis/kafir. Apabila tidak disunat maka malapetaka hukuman harus dijalani. Peraturan ini harus dipatuhi Abraham dan keturunannya, sampai kepada bangsa Israel. Pada masa Rasul Paulus, Rasul Paulus menjelaskan mengenai sunat secara lahiriah ini tidak ada makna rohani apa-apa lagi dalam kehidupan kita sekarang (dalam dispensasi Anugerah) sebab hal itu telah digenapi dan dilakukan sekali untuk selamanya oleh dan di dalam Tuhan Yesus Kristus, Sunat secara rohaniah, yakni penanggalan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11).
Penggenapan ini menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya sekali untuk selamanya, ia dibersihkan/disucikan dari kenajisan dosa dan diselamatkan sekali untuk selamanya. Penulis Ibrani menjelaskan bahwa, karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus (Ibrani 10:10). (Bersambung).