Rabu, 30 Januari 2019

HUKUM-HUKUM (KETENTUAN DAN PERATURAN) PERSEMBAHAN


Gambar terkait
HUKUM-HUKUM (KETENTUAN DAN PERATURAN)
PERSEMBAHAN

Oleh: Jerry H M Sumanti, STh

Melalui pembelajaran dispensasi, kita didorong untuk belajar dan diajar untuk membagi, menempatkan dan menjalankan Firman Allah (Alkitab) itu pada proporsi yang benar dan tepat (2 Timotius 2:15). Alkitab Firman Allah dari Kejadian sampai Wahyu adalah berita dan pengajaran dari Allah yang berkesinambungan yang menjadi otoritas mutlak bagi kehidupan percaya, tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi dan menggenapi. Allah adalah Kebenaran, dan melalui Alkitab kita menemukan ada dua kebenaran Allah yang mengatur kehidupan manusia yakni: 1) Kebenaran secara Vertikal: Kebenaran Vertikal adalah Kebenaran Allah yang dinyatakan Allah dan berlangsung dalam setiap dispensasi. Kebenaran-kebenaran tersebut berbeda atau berubah dalam setiap dispensasi. 2) Kebenaran secara Horisontal: Kebenaran Allah yang dinyatakan Allah dan berlangsung terus menerus serta dikuatkan dalam keseluruhan dispensasi.


Marilah kita perhatikan sesuai dengan dispensasi-dispensasi mengenai korban-korban persembahan yang telah disebutkan dalam tulisan tersebut di atas.
 
1.    Kulit Binatang dalam Kejadian Pasal 1 hanya sekali saja dalam dispensasi Kesucian dan tidak diulang lagi dalam dispensasi yang lain. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Allah sendirilah secara langsung yang melakukan hal ini bagi Adam dan Hawa untuk menutupi ketelanjangan mereka. Pengorbanan binatang ini melukiskan  tentang pertolongan Tuhan dalam ketidak-berdayaan manusia mencari keselamatan/perlindungan. Pengorbanan binatang ini adalah symbol pengorbanan Tuhan Yesus sekali untuk selamanya bagi keselamatan manusia. Sudah digenapi di kayu salib.

2.    Persembahan Kain dan Habel hanya dalam dispensasi Keinsyafan. Walaupun banyak penafsir Alkitab merujuk pada jenis persembahan yang diberikan sebagai yang berkenan kepada Tuhan, namun secara konteks penekanan pada persembahan ini bukan pada jenisnya, melainkan pada motivasi dan keadaan hati orang yang memberi, Kain digambarkan memiliki hati yang jahat, sedangkan Habel dengan hati yang beriman (Kehidupan Habel benar di hadapan Tuhan karena imannya).

3.    Korban-korban persembahan binatang. Korban persembahan ini pertama kali disebut dilakukan oleh Habel (dispensasi Keinsyafan); kemudian oleh Nuh setelah air bah (dispensasi Pemerintahan Manusiawi)(Firman Tuhan disampaikan kepada Musa dan menuliskannya sudah pada zaman Dispensasi Hukum Torat sehingga dipengaruhi dengan sebutan halal dan haram; selanjutnya pada zaman Abraham (dispensasi Perjanjian) dan kemudian diteguhkan dalam dispensasi Torat (perhatikan kembali mengenai korban-korban ini sebagai mana telah disebut dalam tulisan-tulisan yang lalu). Semua korban-korban persembahan ini merupakan bayangan mengenai satu korban sekali untuk selamanya yang telah digenapi di dalam Kristus Yesus. Ia adalah kegenapan semua tuntutan dan syarat peraturan dalam Hukum Torat.

4.    Persembahan persepuluhan. Telah disebutkan dalam tulisan lalu bahwa pertama kali disebutkan pada zaman Abraham ketika memberikan persepuluhan kepada Imam Melkisedek (dispensasi Perjanjian), kemudian persembahan ini diteguhkan dalam Torat (dispensasi Hukum Torat) sebagai kewajiban kesebelas suku bangsa Israel untuk diberikan kepada suku Lewi. Suku Lewi tidak mendapatkan pembagian warisan tanah untuk dikelolah karena mereka dipilih Tuhan khusus untuk menjadi pelayan-pelayan di Kemah Pertemuan/Kemah Suci/Bait Allah (menjadi Imam-imam). Karena 11 suku yang lain harus menunjang kehidupan mereka melalui persembahan persepuluhan. Masing-masing memberi persepuluhan, maka terjadilah keseimbangan dalam kehidupan bangsa Israel secara jasmani dan rohani. Sebelas Suku menunjang kehidupan financial satu Suku, sedangkan satu Suku melayani kehidupan kerohanian sebelas Suku. Selanjutnya pada zaman Para Rasul bukan hanya persepuluhan diberikan tetapi lebih dari itu, orang percaya menjual semua harta benda mereka kemudian diberikan kepada para Rasul yang selanjutnya dibagi rata untuk semua orang percaya pada waktu itu dan orang-orang percaya semakin ditambah-tambahkan. Tidak ada yang kelebihan dan tidak ada yang kekurangan. Tetapi perkembangan selanjutnya sebagaimana pada bangsa Israel sebelumnya kehidupan manusia menjadi egoisme dan mementingkan diri sendiri, sehingga Allah membenci semua bentuk dan jenis persembahan yang mereka berikan, demikian pula dalam perkembangan gereja sehingga dalam Kisah Para Rasul Lukas menulis bahwa lebih baik memberi dari pada menerima (Kisah 20:35), Dalam 2 Korintus 9 Paulus menegaskan tentang prinsip memberi, 1) memberi menurut kerelaan, 2) tidak dengan sedih hati, 3) bukan karena paksaan, 4) bukan karena hanya untuk memenuhi peraturan yang berlaku, 5) memberikan harus dengan sukacita


Berdasarkan prinsip memberi Paulus meneguhkan dan menekankan tentang motivasi memberi harus benar-benar memberi karena mengasihi Tuhan bukan karena mengharapkan supaya mendapatkan lebih banyak dari apa yang diberikan. Dan Rasul Paulus mengajarkan yang kuat wajib menanggung yang lemah, yang berkelebihan harus membantu yang berkekurangan, supaya prinsip keseimbangan tetap terus terpelihara. Itu tujuan dari memberi termasuk dengan memberi persepuluhan. Jadi tidaklah salah orang percaya memberi persepuluhan dari hasil jerih lelahnya, bahkan memberi persembahan (dalam bentuk apa saja) merupakan kewajiban yang harus dipenuhi setiap orang percaya yang benar-benar mau melayani dan mengasihi Tuhan dan sesama. (Bersambung).

HUKUM-HUKUM (KETENTUAN DAN PERATURAN PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN


Gambar terkait

HUKUM-HUKUM (KETENTUAN DAN PERATURAN)
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN

Oleh: Jerry H M Sumanti, STh.

Persembahan persepuluhan adalah persembahan sepersepuluh dari hasil usaha yang diperoleh. Persembahan persepuluhan ini dalam Alkitab pertama kali dibicarakan di mana Abraham bapa leluhur memberikan sepersepuluh dari hasil jarahan kepada Imam Melkisedek (Ibrani 7:2, 4) Kemudian pada bangsa Israel untuk suku Lewi yang menerima jabatan Imam dan mendapat tugas pekerjaan pada Kemah Pertemuan (Kema Suci/Bait Allah) menurut Hukum Torat (Ibrani 7:5; Ibrani 18:21).

Persembahan persepuluhan ini yang kemudian diteguhkan menjadi bagian dalam hukum-hukum (ketentuan dan peraturan) peribadatan bangsa Israel turun-temurun. Apabila tidak memberikan persembahan persepuluhan maka bangsa Israel dianggap tidak memelihara ketetapan Tuhan bahkan dinyatakan sebagai menipu Tuhan, tetapi berkat Tuhan mengalir kepada mereka yang mematuhinya (Perhatikan apa yang ditulis dalam Maleakhi 3:6-12 tentang persembahan persepuluhan; dan Imamat 27, Bilangan 18, Ulangan 14:22-29 tentang peraturan pemberian persembahan). 

Disamping persembahan persepuluhan, dalam bagian-bagian kitab tersebut dibicarakan juga mengenai persembahan khusus, persembahan nazar, persembahan sukarela dan sebagainya. Itu semuanya menjadi peraturan yang harus dipelihara oleh bangsa Israel dalam berbangsa, bernegara dan beragama. Israel pada waktu itu adalah bangsa yang system kepemerintahannya adalah Teokrasi, pemerintahan langsung dari Allah. Bangsa yang dipilih Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi banyak bangsa seperti dijanjikan-Nya kepada Abraham, Ishak, Yakub, bangsa yang segala peraturannya berasal langsung dari Tuhan.

Persembahan persepuluhan kemudian menjadi bagian dalam peraturan, Hukum Torat yang harus dijalankan dengan semestinya oleh bangsa Israel. Namun perlu diingat bahwa pemberian persembahan persepuluhan bukan dimulai nanti pada bangsa Israel dalam dispensasi Hukum Torat, tetapi persembahan persepuluhan sudah ada sejak Abraham (dispensasi Perjanjian) dan kita tidak mengetahui latar belakangnya, tidak ada peraturan yang mengaturnya, hanya diceritakan bahwa Abraham memberikan persepuluhan kepada Imam Allah, Raja Salem, Melkisedek. Dalam kitab Ibrani Meelkisedek diidentikkan dengan Kristus sebagai Imam Besar, Imam Agung.


Dalam Dispensasi Anugerah sekarang ini, Rasul Paulus tidak menyinggung secara gamblang mengenai persembahan persepuluhan ini. Rasul Paulus membicarakan dan menulis mengenai pemberian persembahan sebagaimana dijelaskan dalam 2 Korintus pasal 9, yaitu memberi persembahan menurut kerelaan, tidak dengan sedih hati dan atau karena paksaan melainkan dengan sukacita. Di sini Rasul Paulus menjelaskan mengenai motivasi seseorang dalam memberikan persembahan sebagaimana juga disebutkan dalam Yesaya pasal 1:10-20. Sama halnya dalam kitab-kitab Injil, Tuhan Yesus mencelah para ahli Torat dalam memberi persembahan di Bait Allah, yang memberi dengan motivasi mendapat pujian dari banyak orang, dan memuji janda miskin yang memberi sedikit namun dengan kerelaan.



Ada pendapat bahwa, kasih seseorang terhadap Tuhannya tidak dapat diukur berdasarkan berapa besar dan banyaknya materi yang dipersembahkannya kepada Tuhan, melainkan oleh karena motivasi orang tersebut memberi apakah karena mengasihi Tuhan atau tidak. Penulis sangat setuju dengan pendapat tersebut.

Selanjutnya mari kita kembali ke persoalan persembahan persepuluhan tersebut di atas. Perhatikan kembali penjelasan Paulus tentang pemberian persembahan dalam 2 Korintus pasal 9 tersebut di atas, Paulus menjelaskan bahwa apabila seseorang memberi persembahan, 

1) harus memberi menurut kerelaan, 
2) tidak dengan sedih hati, 
3) bukan karena paksaan, 
4) bukan karena hanya untuk memenuhi peraturan yang berlaku, 
5) memberikan harus dengan sukacita

Jadi yang ditekankan oleh Rasul Paulus di sini dalam soal memberi adalah motivasi dari memberi itu sendiri, bukan karena berapa besar atau banyak jumlah yang diberikan. Kalau begitu apakah dengan berdasarkan surat Rasul Paulus tersebut persembahan persepuluhan sudah dibatalkan? Penulis mengamati bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat Korintus tersebut di atas tidaklah  bermaksud untuk membatalkan pemberian persepuluhan. Penulis berpendapat bahwa dengan penjelasan tersebut Rasul Paulus tidak bertujuan membatalkan pemberian persepuluhan, justru pernyataan Paulus tersebut meneguhkan tentang hal tersebut dan Rasul Paulus mau mengingatkan supaya setiap orang percaya apabila memberi haruslah memberi dengan segenap hati bukan karena sekedar memenuhi peraturan hukum, karena mereka memberi adalah untuk pekerjaan pelayanan dan memberi karena mengasihi Tuhan, termasuk di dalamnya adalah memberikan persembahan persepuluhan, dan pemberian persepuluhan ini merupakan persembahan minimum yang harus diberikan oleh semua orang percaya yang menerima berkat dari Tuhan. Tuhan memberikan kepada kita 100% dan Tuhan meminta dari kita 10%. Lebih dari 10% yang diberikan digolongkan sebagai persembahan-persembahan khusus dan sukarela. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan akan selalu memberkati setiap orang yang memberi berdasarkan penjelasan Rasul Paulus tersebut di atas, yang juga sudah dibicarakan dalam dispensasi-dispensasi sebelumnya (terutama dalam dispensasi Perjanjian dan Torat).

Melalui pembelajaran dispensasi, kita didorong untuk belajar dan diajar untuk membagi, menempatkan dan menjalankan Firman Allah (Alkitab) itu pada proporsi yang benar dan tepat (2 Timotius 2:15). Alkitab Firman Allah dari Kejadian sampai Wahyu adalah berita dan pengajaran dari Allah yang berkesinambungan yang menjadi otoritas mutlak bagi kehidupan percaya, tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi dan menggenapi. (Bersambung).

HARI RAYA PASKAH





HARI RAYA PASKAH
Oleh: Jerry H M Sumanti, STh.

Tulisan yang lalu telah dijelaskan secara singkat mengenai hari-hari raya yang menjadi bagian dalam peribadatan bangsa Israel, yang diperintahkan Tuhan untuk mereka lakukan turun temurun. Termasuk di dalamnya adalah Hari Raya Paskah (Keluaran 12:1-14, 17, 21, Imamat 23:5, Bilangan 9:1-14, Ulangan 16:1-7).

Hari raya Paskah adalah hari raya memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dirayakan sekali dalam setahun (14 Nisan), dan Paskah Tahunan atau Paskah Tahun Yobel (disebut Sabat Besar – 15 Nisan). Pada hari ini bangsa Israel menyembelih dan memakan anak domba, bersama dengan sayuran pahit dan roti tidak beragi di rumah tangga masing-masing sebagai peringatan mengenang hari pembebasan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.

Paskah diterjemahkan dari bahasa Ibrani Pasakh yang artinya ‘keluaran” (Passover) yang menggambarkan keluarnya atau pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir, upacara mana diiringi dengan pemberian korban persembahan Anak Sulung Domba Jantan yang tak bercacat celah, makan roti tidak beragi dan sayuran pahit serta minum anggur. Perayaan Paskah bangsa Israel ini diteguhkan dalam Torat dan sudah menjadi tradisi turun temurun yang diperingati setiap tahun sampai sekarang ini sambil menantikan janji kedatangan Messias sebagaimana dinubuatkan dalam Torat. Sampai sekarang ini secara bangsa, bangsa Israel tidak percaya bahwa Yesus yang tersalib sekitar 2000 tahun lalu adalah Messias yang dijanjikan dalam Torat itu.

Peristiwa Penyaliban, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus terjadi sekitar perayaan Paskah Bangsa Israel (Matius 26:17, 26 – 28). Penyaliban, Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang terjadi pada hari perayaan Paskah ini merupakan penggenapan nubuatan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa manusia sekali untuk selamanya. Peristiwa ini merupakan penggenapan nubuatan yang terkandung dalam Paskah Bangsa Israel, yang terjadi persis sama dengan Paskah Bangsa Israel pada tanggal 14 Nisan dan Paskah Tahun Yobel (Tahun Pembebasan) 15 Nisan 32 M (Kalender Modern – jatuh pada bulan April).

Penyaliban, Kematian dan Kebangkitan Yesus menggenapi semua persyaratan yang diminta dalam pelaksanaan Paskah Bangsa Israel, baik Paskah yang dirayakan setiap tahun maupun Paskah Tahun Yobel (Tahun Pembebasan atau sabat Besar yang dirayakan setiap 50 tahun). Yesus  menjadi “Anak Domba” yang menjadi korban sekali untuk selamanya bagi umat manusia (Yohanes 1:29; Ibrani 10:10). Kebangkitan Kristus dari kematian adalah sebagai tanda kemenangan dari maut bagi yang percaya (1 Korintus 15:57).

Pada umumnya sesuai dengan kalender modern dinyatakan bahwa penyaliban dan kematian Tuhan Yesus Kristus terjadi pada hari Jumat menjelang Sabat (Sabtu), sedangkan Kebangkitan Yesus terjadi pada hari pertama dalam Minggu itu yaitu hari Minggu (hari Sabtu Malam bagi bangsa Israel sudah masuk hari Minggu). Hari pertama atau hari Minggu inilah yang kemudian diperingati menjadi hari-hari pertemuan Kristen secara teratur. Itu sudah dimulai oleh Para Rasul dan orang-orang percaya pada zaman rasul-rasul (Yohanes 20:1, 19, 26; Kisah Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2; Wahyu 1:10). Sejak saat itu dalam kekristenan awal tidak ada lagi hari-hari raya khusus sebagaimana dalam kalender Bangsa Israel, karena semuanya itu hanyalah bayangan akan kedatangan Kristus. Kembali ke penyaliban dan kematian Tuhan Yesus, sebelum Ia disalibkan dan mati, Ia telah mengatakan bahwa, Ia akan berada di dalam perut bumi selama “tiga hari tiga malam” (Matius 12:40). Sesuai dengan pernyataan Alkitab bahwa hari pertama adalah hari Minggu dan bertolak dari pernyataan ayat tersebut di atas ini maka penyaliban dan kematian Tuhan Yesus dapat dipastikan bukan pada hari Jumat melainkan pada hari Rabu (Rabu Siang Yesus mati, sebelum jam 18.00 Ia dikubur, Kamis Paskah tahun Yobel – Hari Perhentian – Sabat Besar, Jumat murid-murid mempersiapkan rempah-rempah, Sabtu hari Sabat rutin, Sabtu malam sesudah Sabat Ia bangkit, Hari Minggu murid-murid mendapatkan kubur telah kosong). Yang jelas, peristiwa penyaliban dan kematian Tuhan Yesus terjadi pada hari perayaan Paskah. Pada waktu itu ada dua perayaan paskah yakni Perayaan Paskah memperingati pembebasan dari perbudakan di Mesir dan Paskah Tahun Yobel (Sabat Besar) atau Tahun Pembebasan.  Penyaliban, Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus menggenapi semua yang dituntut hukum Torat, termasuk di dalamnya perayaan Paskah. Kekristenan pada awal perkembangannya tidak lagi mengadakan peringatan hari Paskah. Perayaan hari Paskah, hari Pentakosta dan Kenaikan ke Sorga nanti menjadi bagian dari upacara-upacara Gereja kemudian setelah diresmikan  pada Konsili Nicea pada tahun AD 325.


Simbol-simbol dalam Perayaan Paskah: Paskah yang diajarkan Alkitab sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah hari raya yang dipentahkan Tuhan untuk dikenang oleh bangsa Israel sebagai pembebasan mereka dari perbudakan di tanah Mesir. Pada waktu itu mereka harus berkumpul/bersekutu dalam rumah masing-masing dengan kegiatan peribadatan, menyembelih anak domba jantan yang tidak bercacat celah sebagai korban keselamatan penebus (darah domba dipercikan di pintu-pintu rumah, dagingnya dimakan bersama dan tulang-belulangnya tidak boleh dipatahkan), makan roti tidak beragi, dan makan sayur pahit dan minum anggur. Semua symbol-simbol ini sudah digenapi melalui pengorbanan Tuhan Yesus di Kayu salib.

Perayaan Paskah Modern yang ditetapkan pada Konsili Nicea tahun AD 325 setiap jumat minggu kedua bulan April (dalam tradisi disebut sebagai Jumat Agung). Dalam kalender Internasional (masih berkaitan dengan Paskah), hari kebangkitan Tuhan Yesus disebut Easter dengan menggunakan symbol-simbol telur dan kelinci. EASTER adalah nama Dewi Musim Semi, ilah sesembahan di Babilonia (Babel). Kebiasaan-kebiasaan dalam penyembahan Dewi Easter ini adalah mempersembahkan Korban Kelinci sebagai simbol kebebasan sex dan Telur sebagai simbol reinkarnasi. Telur dan Kelinci inilah yang diadopsi dalam hari libur Paskah sebagai simbol kelahiran baru. Dalam kekristenan mestinya hal seperti ini dibuang bukannya diadopsi.  

Tuhan Yesus telah mati dikayu salib sekali untuk selamanya. Ia menjadikan diri-Nya sebagai korban untuk menebus, membebaskan dan menyelamatkan kita.(Bersambung).

Sabtu, 26 Januari 2019

DISPENSASI TORAT (LANJUTAN) - HARI-HARI PERIBADATAN.




HARI-HARI PERIBADATAN

Oleh: Jerry H M Sumanti, STh

Dalam tulisan yang lalu telah membahas tentang Korban-korban persembahan yang adalah bagian dari Hukum-hukum (Ketentuan dan Peraturan) yang menyangkut kehidupan peribadatan di bawah Dispensasi Hukum Taurat. 

Berikut ini marilah kita memerhatikan mengenai hari-hari perayaan bangsa Israel yang berkaitan dengan ketentuan dan peraturan yang menyangkut kehidupan peribadatan tersebut: 
 
1.    Memeringati dan menguduskan hari Sabat (Keluaran 20:8-11) dengan ketentuan dan peraturannya. Sabat artinya PERHENTIAN, disebut juga hari ketujuh, pertama kali disebut dalam Kejadian 2:1-3. TUHAN berhenti (bukan beristirahat – karena sampai hari ini TUHAN tetap bekerja) dari mencipta (karena semua sudah selesai dan sungguh amat baik – Kejadian 1:31) pada hari ketujuh dan menguduskannya. Hari ketujuh ini atau hari Sabat kemudian diteguhkan TUHAN bagi umat Israel pada waktu pemberian hukum-hukum sebagai satu hari yang harus dilakukan oleh orang Israel, yakni menyediakan waktu khusus untuk mengsyukuri segala karya TUHAN dalam kehidupan ini. Hari ini dijadikan hari perhentian – hari peristirahatan penuh dari segala pekerjaan. Pada hari itu harus beristirahat total, tidak boleh melakukan pekerjaan apapun. Orang yang melanggar peraturan ini harus dihukum mati (Keluaran 35:1-3).

2.   Tahun Sabat (Keluaran 23:10-11, Imamat 25:1-7). Tahun Sabat atau Tahun ketujuh. Pada tahun ini bangsa Israel dilarang untuk mengolah perkebunan. Tahun ini adalah tahun peristirahatan penuh bagi tanah. Tumbuhan dibiarkan tumbuh begitu saja, hanya buahnya dapat diambil untuk dimakan.

3.  Tahun Yobel (Imamat 25:8-55; 27:17-24; Bilangan 36:4). Tahun Yobel atau Tahun Pembebasan. Tahun kelimapuluh setelah Tujuh kali tujuh Tahun Sabat. Pada tahun ini semua hutang diputihkan, Para budak dibebaskan, Tanah gadaian dikembalikan kepada pemiliknya. 

4.  Memperingati berbagai-bagai hari raya masing-masing dengan ketentuan-ketentuan persembahannya (Imamat 23). Disamping memperingati Hari Sabat, Tahun Sabat dan Tahun Yobel, berikut ini hari-hari raya yang sudah menjadi ketetapan yang harus dilakukan sebagai bagian dalam peribadatan bangsa Israel (berkaitan dengan pemberian korban-korban yang sudah dijelaskan pada tulisan yang lalu) adalah:

a.   Hari Raya Paskah (Keluaran 12:1-14, Imamat 23:5, Bilangan 9:1-14, Ulangan 16:1-7). Hari ini merupakan hari peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Pada hari ini bangsa Israel menyembelih dan memakan anak domba, bersama dengan sayuran pahit dan roti tidak beragi di rumah tangga masing-masing.

b.   Hari Raya Roti Tidak Beragi (Keluaran 12:15-20; 13:3-10; 34:18; Imamat 23:6-8; Bilangan 28:17-25; Ulangan 16:3-8). Hari ini berbarengan dengan Hari Paskah, mereka memakan roti tidak beragi, mengadakan berbagai pertemuan dan memberikan persembahan-persembahan tertentu.

c.    Hari Raya Buah Sulung (Imamat 23:9-14). Berbarengan dengan hari Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi. Pada hari ini bangsa Israel mempersembahkan hasil jelai yang pertama sebagai korban pengunjukan, dan mengadakan korban bakaran dan korban sajian.

d.  Hari Raya Penuaian (Hari Raya Tujuh Minggu)(Keluaran 23:16; 34:22; Imamat 23:15-21; Bilangan 28:26-31; Ulangan 16:9-12). Hari raya di mana bangsa Israel bersukacita sebagai ucapan syukur atas hasil penuaian di ladang. Hasil tuaian pertama sebagai buah bungaran (sulung) dipersembahkan kepada TUHAN. Pada hari ini mereka mempersembahan korban-korban yang diwajibkan maupun yang sukarela, termasuk buah sulung dari hasil penuaian.

e.    Hari Raya Serunai (Imamat 23:23-25; Bilangan 29:1-6). Hari Perhentian (pada bulan ketujuh – bulan Sabat) bangsa Israel mengadakan pertemuan dan peniupan Serunai dan memberikan korban-korban persembahan.

f.    Hari Pendamaian (Imamat 16; 23:26-32; Bilangan 29:7-11). Hari kesepuluh dari bulan ketujuh (bulan Sabat), bangsa Israel berpuasa dan mempersembahkan korban-korban pendamaian bagi para imam, umat, kemah suci dan mezbah.

g.    Hari Raya Pondok Daun (Pengumpulan hasil panen)(Keluaran 23:16; 34:22; Imamat 23:33-36, 39-43; Bilangan 29:12-34; Ulangan 16:13-15; Zakharia 14:16-19). Hari ke 14 bulan Sabat, minggu perayaan karena panen, mereka tinggal di dalam pondok daun dan mempersembahkan korban-korban.

h.    Hari Raya Perkumpulan (Imamat 23:36: Bilangan 29:35-38). Hari ke 21 bulan Sabat, sebagai hari perhentian dan mengadakan pertemuan serta mempersembahkan korban-korban.

i.     Hari Raya Purim ( Esther 9:18-32). Sebuah hari yang penuh sukacita bagi bangsa Israel, pada hari ini mereka mengadakan perayaan sambil saling membagi-bagikan hadiah.

Demikian berbicara mengenai Hari-hari Raya yang sudah menjadi ketetapan-ketetapan yang mesti dilakukan bangsa Israel turun temurun. Dalam Dispensasi Anugerah di mana kita hidup sekarang ini tidak ada ketetapan dan ketentuan hukum tentang hari perhentian (Sabat) dan Hari-hari Raya yang wajib dilaksanakan (Roma 14:1-6; Kolose 2:16-16). 

Walaupun saat ini orang percaya diseluruh dunia beribadah pada hari Minggu  yang bertolak dari Kisah Rasul 20:7 dengan asumsi bahwa hari pertama adalah hari Minggu (bukan berarti orang percaya terikat oleh hari itu saja untuk beribadah kepada TUHAN. 

Pasal-pasal awal Kisah Rasul bahkan menyebutkan bahwa orang-orang percaya tiap-tiap hari berkumpul, beribadah, belajar Alkitab dan mengadakan Perjamuan Tuhan/Perjamuan Kasih, (memecah-mecahkan roti, minum anggur memeringati pengorbanan Yesus di kayu salib, dan makan bersama sebagai ucapan syukur telah diselamatkan dan dipersatukan sebagai anggota Tubuh Kristus). 

Yang jelas Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang percaya harus menyediakan waktu untuk berhenti (beristirahat) dari segala pekerjaan dan secara pribadi berkomunikasi dengan TUHAN kapan saja dan di mana saja, dan antara sesama orang percaya menyediakan waktu untuk berkumpul bersekutu bersama-sama, membagi kasih dan berkat Tuhan. (bersambung).