Senin, 20 Mei 2013

DISPENSASI PERJANJIAN (LANJUTAN)



KEHIDUPAN ESAU DAN YAKUB
Oleh, Pdt, Jerry H M Sumanti, STh


 Setiap orang yang menikah pastilah merindukan kelahiran anak. Di dalam Perjanjian Lama seorang wanita yang telah menikah dianggap rendah martabatnya apabila tidak dapat melahirkan anak-anak (contoh, kehidupan Sarah dan Hagar), itu pula yang menjadi pergumulan Rabkah, Istri Ishak. Ribkah seorang wanita yang ternyata mandul, sehingga tidak dapat melahirkan anak. Dan itu bukan hanya menjadi pergumulan Rabkah saja tetapi juga bagi Ishak, karena mengingat janji yang telah Allah berikan bahwa berdasarkan janji yang diberikan kepada Abraham, merekan akan menjadi bangsa besar dan diberkati dan menjadi berkat. Bagaimana janji itu dapat tergenapi, sedangkan Ribkah tidak dapat melahirkan?
Pergumulan Ishak tersebut diungkapkan dalam Kejadian 25:19-34. Ishak berdoa memohon kepada Tuhan, kiranya Ribkah istrinya yang mandul dapat melahirkan. Tuhan mengabulkan permohonan Ishak, sehingga Ribkah mengandung, bahkan mengandung anak kembar, dan anak-anak yang masih dalam kandungan bertolak-tolakan (red - saling mendahului). Hal tersebut membingungkan Ribkah, dan ia meminta petunjuk Tuhan. Tuhan menjawab bahwa  melalui kandungannya akan lahir dua bangsa, dua suku bangsa yang akan berpencar, bangsa yang satu lebih kuat dari bangsa yang lain, anak yang tua akan menjadi hamba kepada yang muda.
Setelah genap waktunya untuk melahirkan, Ribkah melahirkan anak kembar. Ishak dan Ribkah menikah ketika Ishak berumur 40 tahun, dan anak-anaknya lahir ketika Ishak sudah berumur 60 tahun, suatu penantian yang cukup panjang yang menuntut kesabaran. Anak yang pertama lahir warnanya merah dan badannya berbulu, ia diberi nama Esau. Anak yang kedua lahir sambil tangannya memegang tumit Esau, ia diberi nama Yakub. Kedua anak tersebut bertumbuh normal dan bertambah besar. Esau menjadi seorang pemburu, yang suka tinggal di padang. Sedangkan Yakub, seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah.
Selanjutnya diceritakan sebagaimana juga sudah dijelaskan dalam tulisan yang lalu bahwa Ishak sayang kepada Esau, karena ia suka makan daging buruan; sedangkan Ribkah kasih kepada Yakub. Hal ini seharusnya tidak boleh dilakukan oleh orangtua. Orang tua tidak boleh membeda-bedakan kasih kepada anak-anaknya, bagaimanapun keadaan anaknya tersebut. Akibat perdedaan kasih yang dilakukan orangtua terhadap anak membuat anak tidak memiliki kepribadian yang baik dan benar. Mengenai kasus Esau dan Yakub diceritakan bahwa, Esau pada akhirnya tidak menghargai hak kesulungannya (memandang rendah hak kesulungan), bahkan rela mengorbankannya demi kepentingan perut. Ia menukar hak kesulungannya hanya dengan sepotong roti dan semangkok kacang merah. Karena perbuatannya itu ia di sebut Edom, dan keturunannya kemudian disebut bangsa Edom bangsa yang kemudian menjadi musuh bangsa Israel (Keturunan Yakub) dan pada akhirnya bangsa ini dimusnahkan. Sedangkan Yakub menjadi seorang yang egoisme, mementingkan diri sendiri dan tidak rela membagi sesuatu dengan kakaknya tanpa imbalan sesuatu. Ketika kakaknya meminta kacang merah, ia mau memberikan kalau kakaknya bersedia menjual hak kesulungan (hak di mana yang tua akan mendapat berkat dari ayahnya lebih dahulu) kepadanya. Yakub juga kemudian menjadi penipu. Tingkah laku kehidupan Yakub tidak terlepas dari peranan Ribkah ibunya. Karena Ribkah sayang kepadanya, sehingga Ribkah mau berbuat apa saja demi anaknya tersebut, walaupun perbuatan itu adalah tidak benar.
Ketika Ishak sudah mendekati akan mati, dan sebelum mati ia harus terlebih dahulu memberikan berkat kepada anak-anaknya. Yakub berdasarkan pembinaan ibunya, rela menipu ayahnya dengan menyamar sebagai Esau untuk mendapatkan berkat hak kesulungan. Karena ayahnya tidak dapat melihat lagi, dan hanya mengandalkan perabaan sehingga memberkati Yakub sebagai Esau. Ishak sadar ketika kemudian Esau datang, bahwa ia telah tertipu, tetapi apa boleh buat nasi sudah menadi bubur, berkat tak dapat ditarik lagi karena sudah diberikan (Kejadian pasal 27). Esau kemudian membenci Yakub dan berniat untuk membunuhnya (namun tidak terlaksana) Yakub; Yakub pada akhirnya karena ketakutan, ia menjadi seorang pelarian dan pengembara. Kehidupan keluarga menjadi berantakan karena pengaruh pembinaan orang tua yang salah.
Ribkah sebagai seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak-anaknya tersebut sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa yang tua akan menjadi hamba kepada yang muda, artinya Esau akan tunduk kepada Yakub. Keturunan Esau kan menjadi hamba keturunan Yakub, dan Yakublah yang akan menjadi penerus janji, menerima hak kesulungan. Ini adalah janji Tuhan yang pasti akan terjadi sesuai dengan waktu Tuhan. Namun Ribkah tidak sabar, dan menempuh jalan yang salah, mau mempercepat waktunya Tuhan, menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Tujuan tercapai tetapi hasilnya menyebabkan kesukaran dan penderitaan. 

Pelajaran penting yang penting bagi kita di sini adalah, 
1. Belajar dari Esau, agar tidak mengorbankan hal yang prinsip (iman) walaupun tawaran dunia sangat menggiurkan. 
2. Tidak boleh mengorbankan iman hanya karena materi, ketenaran dan sebagainya. 
3. Belajar dari Yakub, agar hiduplah dalam kasih, kebenaran dan keadilan. 
4. Belajar dari Ribkah, agar tidak menghalalkan cara untuk mencapai tujuan, tetapi hiduplah di dalam ajaran dan rancangan Tuhan dan nantikan waktu-Nya memenuhi pergumulan-pergumulan kita, sebab jawaban dan waktu Tuhan adalah yang terbaik dalam kehidupan percaya.”

DISPENSASI PERJANJIAN (LANJUTAN)



PELAJARAN BAGI KEHIDUPAN PERCAYA 
DARI KEGAGALAN ISHAK DAN RIBKAH
Oleh, Pdt. Jerry HM Sumanti, STh.


Rasul Paulus menulis dalam Roma 15:4 bahwa segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Berdasarkan pernyataan Paulus ini maka termasuk di dalamnya adalah apa dan bagaimana yang telah terjadi dalam kehidupan Ishak menjadi bagian pelajaran dalam kehidupan percaya kita sekarang ini. Ada yang patut dicontoh untuk kita lakukan sekarang ini, dan yang lain menjadi peringatan untuk tidak dilakukan,
1.  Ishak adalah ahli waris, anak penerus perjanjian. Dalam Ibrani 11:4, ia disebut sebagai salah satu dari deretan tokoh-tokoh orang yang beriman. Beriman artinya orang yang benar-benar percaya kepada Allah yang benar, Allah yang menciptakan langit dan bumi ini. Allah yang disembah oleh Abraham, ayahnya. Allah yang kemudian datang ke dalam dunia ini dalam rupa manusia, di dalam Tuhan Yesus sebagai penggenapan janji (Ibrani 1:1-4). Allah yang dilukiskan sebagai anak domba, korban pengganti Ishak (Kejadian 22), digenapi di dalam diri Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang mengangkut dosa dunia (Yohanes 1:29; Ibrani 10:10). Belajar dari Ishak ini, Allah manakah yang saudara imani? Ingatlah bahwa hanya ada satu korban pengganti, Dialah Tuhan Yesus (Yohanes 14:6 – Yesus satu-satunya Jalan ke Surga; Kisah Rasul 4:12 – Yesus satu-satunya Juruselamat; 1 Timotius 2:5 – Yesus satu-atunya Pengantara).
2.  Sebagai seorang percaya, setia dan patuhlah kepada Tuhan, setia dalam menanti janji-janji Tuhan. Janji Tuhan adalah pasti.
3.   Sebagai orang percaya, yakin bahwa Tuhan menyertai dan melindungi kehidupan percaya di manapun kita berada dan dalam keadaan apapun.
4.   Sebagai orang percaya, hidup adil, benar dan saling mengasihi.
5.  Sebagai keluarga orang percaya, hidup dalam kerukunan kehidupan keluarga, dengan tidak membeda-bedakan kasih.
6.    Dalam pergumulan hidup, nantikanlah jawaban Tuhan karena pastilah jawaban Tuhanlah yang terbaik dari semuanya, dan jangan mendahului rencana-Nya.
7.    Damai sejahtera Tuhan menyertai kehidupan percaya yang patuh dan setia kepada-Nya.  

Bersambung

Senin, 29 April 2013

DISPENSASI PERJANJIAN



DISPENSASI PERJANJIAN
(Lanjutan)

 
KEGAGALAN KEHIDUPAN ISHAK DAN AKIBATNYA

Dalam Ibrani 11:20 dijelaskan bahwa karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Berdasarkan ayat ini maka Ishak masuk dalam barisan tokoh-tokoh iman. Ishak sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan yang lalu bahwa Ia adalah ahli waris, anak penerus perjanjian. 

Namun walaupun demikian, sebagai seorang anak manusia Ishak tidak lepas dari kegagalan dan kelemahan. Salah satu kegagalan telah dijelaskan pada waktu yang lalu, yakni Ishak dan Ribkah sebagai orang tua membedakan kasih terhadap anak-anak mereka. Ishak lebih sayang kepada Esau, sedangkan Ribkah lebih sayang kepada Yakub. 

Akibatnya Ishak menderita dalam kebutaan dan sebagai ayah ia dibohongi Yakub anaknya. Esau sebagai anak sulung tidak menghargai hak kesulungannya, bahkan rela menukarnya dengan semangkok kacang merah dan karenanya ia tidak menerima lagi berkat kesulungan. Yakub menjadi penipu/pembohong, dan karena perbuatannya ia menderita dan menjadi seorang pelarian berpisah dengan keluarga, dan hidup dalam penderitaan dan ketakutan dan hidup dalam kelicikan. Ribkah sang Ibu harus rela berpisah dengan anak kesayangannya dan tidak lagi bertemu dengan anaknya sampai ajal datang menjemput.

Selanjutnya suatu ketika terjadi lagi bencana kelaparan di negerinya maka ia pergi ke Gerar, ke  Abimelekh, raja orang Filistin dan ia berniat untuk pergi ke Mesir. Tetapi di Gerar Tuhan menampakkan Diri kepadanya dan memberi ultimatum untuk tidak pergi ke Mesir (seperti telah dilakukan Abraham pada waktu terjadi bencana kelaparan yang sama) disertai dengan janji bahwa Tuhan akan memberkatinya dan memberikan negeri orang Filistin ini kepadanya dan kepada keturunannya (Kejadian 26:1-6). Ishak tidak jadi pergi ke Mesir dan menetap di wilayah orang Filitin ini sesuai dengan perintah Tuhan.

Tetapi suatu kesalahan yang pernah dilakukan Abraham kembali dilakukan oleh Ishak yakni, Ia tidak dengan terus terang mengatakan kepada Abimelek dan orang-orang Filistin bahwa wanita yang menyertainya itu adalah istrinya, tetapi mengatakan kepada mereka bahwa ia adalah saudaranya, dengan alasan karena takut jangan sampai dibunuh (Kejadian 26:7-9). 

Ishak memenuhi perintah Tuhan untuk menetap di Gerar, tetapi ia meragukan janji Tuhan bahwa Tuhan memberkati (melindungi) keluarganya). Akibatnya ia dan keluarganya diusir dari Gerar dan para penggembala kambing dombanya bertengkar dengan para penggembala orang Filistin mengenai persoalan sumur. Ishak menikmati berkat kelimpahan materi sebagai berkat Tuhan bagi kelangsungan kehidupan keluarganya, tetapi menikmatinya dalam kesukaran dan penderitaan. Semuanya itu menjadi tantangan dan rintangan serta pengujian dalam menapaki jalan menuju penggenapan perjanjian. 

Bersambung.

Jumat, 26 April 2013

DISPENSASI PERJANJIAN



DISPENSASI PERJANJIAN
(lanjutan)


Oleh, Jerry H M Sumanti, STh
 
KEHIDUPAN ISHAK DAN RIBKAH.

Setelah Ishak menanjak dewasa, Abraham segera mencarikan pasangan hidup baginya. Pasangan hidup dari lingkungan kehidupan keluarga. Abraham membekali pengawalnya dengan berbagai macam harta benda dan memerintahkannya untuk segera berangkat menuju ke negeri leluhur untuk mencari pasangan hidup bagi Ishak. Sesuai dengan pimpinan dan petunjuk Tuhan, ditemukan pasangan hidup bagi Ishak dari sanak keluarga di negeri leluhur, yakni Ribkah. Ribkahpun menerima tantangan ini dan mau berangkat bersama dengan pengawal Abraham menuju tanah perjanjian dan menikah dengan Ishak. Kemudian Ishak dan Ribkahpun dinikahkan, membentuk keluarga baru, keluarga penerus perjanjian.
Ishak dan Ribkah menjadi pola kehidupan keluarga orang percaya baik pada masanya sesudahnya dan sampai kepada kita sekarang ini. Mereka adalah pasangan yang seimbang, sama-sama orang percaya, menikah dalam rencana dan kehendak Tuhan. Dalam kaitan dengan semuanya itu, baik pergaulan maupun pernikahan, Rasul Paulus menulis dan menegaskan bahwa pergaulan buruk akan merusak kelakuan yang baik (1 Korintus 15:33), dan tidak ada keseimbangan antara pasangan yang percaya dengan yang tidak percaya (2 Korintus 6:14). Sebagai orang percaya dalam pergaulan di tengah dunia yang semakin jahat ini, kita belajar menunjukkan perbuatan yang baik karena itulah ytang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan dalam kehidupan ini sebagi orang yang sudah diselamatkan (Efesus 2:10). Sedangkan bagi yang mencari-cari pasangan hidup, belajarlah dari kehidupan Ishak dan Ribkah ini. Demikian pula bagi kehidupan keluarga Kristen mari kita melihat sisi positif dan negatif dalam kehidupan Ishak dan Ribkah. 
Terlepas dari kehidupan mereka sebagai keluarga orang percaya, penerus perjanjian, merekapun adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan. Sesudah mereka menikah, mereka dikaruniakan dua orang anak (kembar), yakni Esau dan Yakub. 
Diceritakan bahwa Ishak lebih sayang kepada Esau sedangkan Ribkah sayang kepada Yakub (Kejadian 25:19-34), hal mana seharusnya tidak boleh terjadi demikian. Esau anak yang sulung sedangkan Yakub anak yang bungsu, tetapi sebelumnya Tuhan sudah memberitahukan kepada mereka bahwa Yakublah yang nantinya akan menjadi anak yang sulung dan penerus perjanjian. Esau lebih dekat kepada Ishak, dan tidak menghargai hak kesulungannya sehingga rela menukarkannya dengan semangkok kacang merah, sedangkan Yakub lebih dekat dengan Ibunya. Ribkah mengajarkan hal yang keliru terhadap Yakub, sehingga demi memperoleh hak kesulungan (yang memang natinya akan menjadi haknya), ia rela menipu Esau kakaknya dan Ishak ayahnya. Tindakan Ribkah kemudian membawa bencana dalam kehidupan keluarga. Yakub kemudian menjadi pelarian, berpisah dengan keluarga terutama dengan Ibunya yang sangat mengasihinya. Belajar dari kehidupan Ishak dan Ribkah, setialah kepada janji Tuhan dan janganlah mendahului rencana dan kehendak-Nya. (Bersambung).

Kamis, 25 April 2013

DISPENSASI PERJANJIAN

DISPENSASI PERJANJIAN (Lanjutan)


Oleh. Jerry H M Sumanti, STh

ISHAK ANAK PENERUS PERJANJIAN

     Dalam tulisan yang lalu telah dijelaskan bahwa karena tak sabar dalam penantian mendapatkan keturunan, Sarah menyuruh Abraham untuk menikahi Hagar pembantunya, sehingga melahirkan seorang anak dan diberi nama Ismail. Kelahiran Ismail membuat Sarah kecewa atas keputusannya sendiri. Hagar dan Ismail menjadi malapetaka dalam kehidupan Sarah. Sehingga ia meminta agar Abraham segera mengusir mereka keluar dari lingkungan keluarga. Walaupun berat hati Abraham memenuhi permintaan tersebut, karena itu pun atas izin Tuhan (Kejadian 16; Kejadian 21:8-21).
       Tuhan mengizinkannya dan menegaskan kepada Abraham dan Sarah bahwa Ishaklah yang akan disebut keturunan mereka (Kejadian 21:12), anak perjanjian/penerus janji. Bandingankan pernyataan Paulus dalam Galatia 4:21-22. Namun walaupun Ishaklah yang disebut sebagai keturunan Abraham, Ismailpun diberkati menjadi bangsa besar (Kejadian 21:13). Ishak sebagai penerus janji-janji yang diberikan Tuhan kepada Abraham.
      Dalam penjelasan lalu sudah disampaikan bahwa paling tidak ada 7 (tujuh) janji besar yang telah disampaikan Tuhan kepada Abraham. Salah satunya adalah menjadi bangsa besar, diberkati dan menjadi saluran berkat bagi banyak bangsa. Melalui Abraham kemudian kepada Ishak seluruh dunia ini akan memperoleh berkat.
        Berkat yang dimaksud di sini bukanlah berkat jasmani seperti yang dirindukan banyak orang, berkat di sini adalah dalam kaitan dengan berkat rohani yakni penyelamatan manusia dari malapetaka karena dosa. Ishak menjadi saluran penyampaian berkat akan keselamatan kekal.
       Melalui Tuhan Yesus Kristus, semua perjanjian digenapi. Pemilihan Ishak sebagai ahli waris atau penerus perjanjian tidak dapat diartikan bahwa Tuhan Yesus telah memilih/menentukan orang-orang yang akan selamat, demikian pula dengan mereka yang akan binasa.
      Tuhan tidak menghendaki orang untuk binasa, ia menghendaki supaya semua orang diselamatkan. Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan, tetapi Tuhan memilih hanya sekian orang yang dapat menjadi saluran berkat keselamatan itu. Ismail diberkati menjadi bangsa besar, tetapi Ishaklah yang disebut sebagai anak perjanjian. Janji-janji yang disampaikan sebelumnya kepada Abraham, ditegaskan kembali kepada Ishak.(Bersambung)