Rabu, 22 Desember 2010

WAKTU DAN TUJUAN NATAL KRISTUS

Jerry H M Sumanti

 
Waktu Natal Kristus:

Alkitab sama sekali tidak memberi catatan pasti mengenai hari dan tanggal peristiwa kelahiran Kristus. Alkitab hanya memberitahukan kepada kita berdasarkan catatan dalam Lukas 1:26-38 bahwa Maria mulai mengandung pada bulan ke enam. Bulan ke enam dalam penanggalan Ibrani adalah bulan Elul, dan bulan itu dalam penanggalan modern adalah bulan Agustus-September. Jadi jika kehamilan normal 9 bulan, maka kelahiran Yesus diperkirakan pada akhir April (Zuv) atau awal Mei (Siwan).
            Menurut penanggalan Ibrani, Bulan April adalah bulan di mana orang Israel merayakan Hari Raya Paskah, Roti tidak beragi dan Buah Sulung. Kalau kelahiran Kristus sebagai penggenapan Nubuatan di mana Dia akan menjadi Korban Paskah dan Dia disebut sebagai Anak (Buah) Sulung, dan jika benar Paskah mengikuti kalender sekarang maka hal ini akan lebih menguatkan Yesus lahir pada bulan April bukan pada bulan Desember (lalu mengapa sekarang mengapa bulan Desember? Perhatikan Kembali penjelasan Asal Usul Perayaan Natal di atas). Beberapa alasan mengapa Yesus tidak lahir pada bulan Desember sebab Bulan Desember dalam penanggalan Ibrani adalah bulan Kislew. Pada bulan itu adalah hujan musim dingin (di beberapa tempat ada salju). Berdasarkan Lukas 2:7-8 dan Matius 2:2 adalah tidak tepat Yesus lahir pada bulan Desember, karena tidaklah mungkin seorang bayi yang lahir hanya dibungkus dengan kain lampin, sedangkan pada musim dingin orang memakai baju berlapis-lapis. Juga tidaklah mungkin para gembala sedang menggembalakan kambing dombanya sedangkan padang penggembalaan diselimuti salju. (Tulisan ini tidak bermaksud untuk membatalkan perayaan-perayaan Natal baik di bulan Desember ini dan bulan Januari, tetapi dengan ini kita dapat memaknai dengan benar akan perayaan Natalnya Kristus. Merayakan natal pada bulan Desember atau Januari atau kapan saja itu dilaksanakan, benar-benar kita dapat mensyukuri karena kita punya Allah yang tidak terbatas dan dibatasi oleh ruang dan Waktu, Allah yang Mahakuasa dan kasih sehingga Dia rela mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

           
Tujuan Natal Kristus:

            Tujuan Natal Kristus sebagaimana ditulis oleh Matius dalam Injil Matius 1:21-23 adalah:
1.      Tujuan utama Natal Kristus adalah untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Peristiwa besar ini dilakukan oleh Allah di dalam Yesus karena Allah mengasihi manusia (Yohanes 3:16: Roma 5:8), sebagai penggenapan janji-Nya dalam nubuatan Perjanjian Lama.  Dia menghendaki agar supaya tidak ada yang binasa melainkan semuanya diselamatkan (2 Petrus 3:9). Dia telah merendahkan diri-Nya sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8) dan Dia mati karena dosa-dosa kita (1 Korintus 15:3).
      Kiranya peristiwa besar ini menjadi renungan dalam kehidupan percaya kita setiap saat,
a.       Sudahkah karya-Nya yang besar ini menjadi bagian dalam kehidupan percaya kita?
b.      Adakah keyakinan dalam kehidupan percaya kita bahwa dosa sudah dilunasi Yesus di kayu salib (1 Korintus 6:20a)?
c.       Adakah keyakinan dalam kehidupan percaya kita bahwa melalui percaya kepada-Nya kita sudah dibenarkan (2 Korintus 5:21)?
Renungkanlah bahwa Karya Allah yang besar ini hanya dapat terjadi di dalam kehidupan saudara apabila saudara mau percaya, ya percaya saja (Yohanes 1:12; Yohanes 3:16). Tidak ada jalan lain, hanya oleh percaya saja!

2.      Bangkit dari kematian sebagai tanda kemenangan.
Yesus mati dan dikuburkan karena dosa-dosa kita. Namun kematian tidak berkuasa atas-Nya. Pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci, Yesus bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:4). Dia bangkit sebagai tanda kemenangan, bahwa maut dapat dikalahkan. Yesus telah mengalahkan maut.
Kebangkitan Yesus memberikan kemenangan bagi manusia, bahwa manusia tidak akan dihukum di dalam neraka (Yohanes 5:24; Roma 5:9-10). Dia telah melakukannya sekali untuk selamanya (Ibrani 10:10). Karya Allah ini hanya dapat terjadi di dalam setiap orang apabila mau mempercayainya dengan sungguh-sungguh, menerima Tuhan Yesus menjadi juruselamatnya secara pribadi.
Sehubungan dengan itu, berikut ini bebrapa pertanyaan untuk direnungkan dalam kehidupan percaya kita,
a.       Sudahkah karya-Nya yang besar ini juga menjadi bagian dalam kehidupan saudara?
b.      Yakinkah saudara bahwa saudara sudah berpindah dari maut ke dalam hidup?
c.       Yakinkah saudara bahwa saudara sudah diselamatkan, pasti akan ke surga?
Sekali lagi ditegaskan bahwa hal ini hanya dapat terjadi oleh karena hanya percaya saja. Percaya Tuhan Yesus pasti diselamatkan!

3.      Menyertai Kehidupan Percaya.
Imanuel adalah salah satu nama yang diberikan kepada Yesus sesuai dengan nubuatan sebagaimana disebutkan dalam Matius 1:23, yang artinya adalah “Allah menyertai kita.” Janji ini akan menjadi bagian dalam kehidupan percaya. Ketika seseorang percaya (menerima) Tuhan Yesus menjadi Juruselamatnya secara pribadi, ia bukan sekedar diselamatkan, melainkan juga Allah “Imanuel” menjadi bagian di dalam kehidupannya. Allah menyertai kita, Allah menyertai orang percaya. Allah ada di sini. Allah berada di dalam kehidupan kita. Yakinkah saudara bahwa Allah beserta kita? Allah tidak pernah ingkar janji. Janji Allah adalah janji yang pasti. Dia berkata bahwa Dia akan menyertai, maka Dia akan menyertai saudara! Yakinkah?
Berikut ini beberapa pertanyaan untuk menjadi renungan dalam kehidupan percaya  kita, apabila benar “Allah Beserta kita” telah menjadi bagian dalam kehidupan percaya kita,
a.       Apakah yang kita lakukan dalam kehidupan percaya kita, mencerminkan “Allah beserta kita” setiap saat di manapun kita berada?
b.      Apakah yang kita lakukan baik dalam perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan percaya kita setiap hari menjadi kemulian bagi Tuhan?”
c.       Apakah kehidupan percaya kita menjadi saluran berkat bagi banyak orang?
d.      Adakah keyakinan dalam kehidupan percaya kita  bahwa kita sudah mengalami/mendapat bagian dalam penebusan dosa, sehingga mempunyai rasa takut untuk berbuat dosa?
e.       Adakah keyakinan dalam kehidupan percaya kita bahwa kita sudah diselamatkan, pasti ke surga, sehingga hidup mau memuliakan Tuhan?
f.       Adakah keyakinan dalam kehidupan percaya kita bahwa kita sudah dibenarkan, sehingga dalam praktik hidup mau hidup benar?
Ya, kiranya beberapa hal ini perlu menjadi perenungan dalam kehidupan percaya kita setiap saat dimanapun kita berada dan apapun yang kita lakukan, dan masing-masing menjawabnya secara pribadi, sebagai peneguhan bahwa benarlah janji Allah “Allah beserta kita” nyata dan dirasakan di dalam kehidupan percaya kita secara pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar