JERRY H M SUMANTI
ASAL USUL
Tak seorangpun mengetahui dengan pasti kapan Yesus Kristus dilahirkan sebagai manusia di dunia ini. Perayaan Natal baru dimulai pada abad III, abad-abad sebelumnya belum ada perayaan Natal. Itupun tidak ada kesepakatan yang jelas di kalangan Gereja untuk menetapkan tanggal perayaan tersebut.
Pada mulanya Natal dirayakan pada tanggal 6 Januari di Mesir (abad III), di Galia thn 360 dan di Spanyol thn 380. Tanggal 6 Januari merupakan hari raya kafir untuk memperingati hari lahir Aion, suatu ilah pujaan, yang dianggap mewakili “waktu yang kekal.” Hari perayaan kekafiran ini kemudian, oleh gereja pada waktu itu mengalihkan perayaan tersebut menjadi pesta Kristen yang pada mulanya masih bercampur baur dengan kebiasaan kafir.
Berbeda dengan di Roma, pada tahun 354, Paus Liberius memutuskan untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Pada masa itu orang-orang kafir merayakan festival Romawi yang dikenal sebagai “Roman Saturnalia” pada tanggal 25 Desember untuk merayakan pesta kelahiran ‘Sol Invictus’ (matahari tak terkalahkan) yang dianggap sebagai Dewa Hortikultura mereka. Kaisar Aurelianus sebagai kaisar Romawi pada akhir abad II menjadikan dewa matahari sebagai dewa istana dan negara. Gereja berniat menobatkan para penyembah Sol Invictus dengan menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal Kristus sekaligus memproklamasikan Kristus sebagai satu-satunya ‘Sol Iustitae’ (Matahari Kebenaran) seperti yang dinyatakan dalam Maleakhi 4:2.
Gereja-gereja di sebelah Timur segera mencontohi apa yang dilakukan oleh Gereja di Roma. Mereka merayakan Natal 25 Desember sekaligus sebagai sikap melawan ajaran bidat Arianisme yang mengajarkan Kristus pada hakekatnya tidak mempunyai wujud.
Di Nederland Natal baru diterima sebagai salah satu hari raya gerejani resmi pada tahun 1618, sedangkan di Inggeris nanti pada tahun 1660 dan di New England nanti pada tahun 1856 sedangkan di Amerika nanti mulai populer pada abad 19 dan sekarang ini bentuknya semakin komersial.
Kapan perayaan Natal di Indonesia mulai? Perayaan Natal di Indonesia mulai dikenal tahun 1624, dibawa masuk oleh Badan-badan Sending dan Gereja Barat yang datang memberitakan Injil.
SIMBOL-SIMBOL NATAL
1. Santa Claus.
St. Nicholas adalah Bishop di Myra, Asia Kecil pada tahun 300 M. Ia dilahirkan pada tahun 280 M. Keluarganya adalah orang Kristen yang taat. Mereka telah dengan tekun mengajar Nicholas menjadi orang yang taat dan suka menolong orang yang dalam kesulitan. Ia bukanlah Santa Claus sebagaimana yang digambarkan bertubuh gemuk, berambut dan jenggot lebat putih yang berpakaian serba merah. Ia meninggal pada tanggal 6 Desember 343 M. Tanggal kematiannya ini yang kemudian oleh Gereja Katolik ditetapkan sebagai hari peringatan baginya “Hari Santa Claus” (Sinter Klaas – Belanda).
Dalam perkembangan selanjutnya, ia kemudian telah menjadi simbol Natal. Natal tidaklah semarak kalau tidak ada Santa Claus. Ia pada akhirnya kelihatan lebih menonjol dari pada Kristus dalam perayaan-perayaan Natal (Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, Yesus Kristus lah yang menjadi inti dari semuanya).
2. Pohon Natal
Beberapa kisah tentang pohon Natal dapat dikemukakan di sini, antara lain: Orang-orang Kafir di Skandinavia mempunyai kebiasaan menyembah pohon-pohon yang hijau (everygreen holly) pada musim dingin sebagai jaminan akan kembalinya sang matahari. Ketika mereka menjadi Kristen, mereka mengambil alih kebiasaan ini menjadi bagian dari festival Kristen, terutama Natal.
Berikut satun kisah legenda tentang awal penggunaan pohon Natal, yakni dimulai ketika Winfrid (Bonifacius) seorang misionaris Inggeris yang mengalami mujizat sekitar abad ke 8. Winfrid mengadakan perjalanan ke Jerman bagian utara. Pada suatu hari ia menemukan sekelompok orang kafir berada pada sebuah pohon dalam suatu pemujaan diap mempersembahkan ‘Little Prince Asulf’ kepada Dewa Thor. Winfrid mencoba menghentikan penyembahan tersebut dan memotong pohon penyembahan itu. Ketika pohon itu roboh, muncullah secara tiba-tiba pohon cemarah muda di hadapan mereka. Winfrid segera menjelaskan kepada mereka bahwa pohon tersebut adalah pohon kehidupan yang mengibaratkan tentang Kristus.
Kemudian sesudahnya orang-orang mendekorasi rumah-rumah mereka dan Gereja dengan pohon hijau pada perayaan Natal. Penggunaan pohon hijau rupanya dikembangkan di Jerman dengan berbagai assesoris seperti bintang, malaekat, boneka, lilin dan sebagainya sebagai peralatan Natal. Berbarengan dengan perkembangan dan penyebaran Kristen ke seluruh dunia, demikian pula cara-cara ini turut terbawa dalam penyebaran Injil. Termasuk di Indonesia dibawa oleh Badan-badan Sending dan Gereja-gereja Barat.
3. Kado Natal
Berdasarkan pada kisah pemberian orang-orang Majus kepada bayi Kristus, orang menerapkannya dalam perayaan Natal dengan cara memberi cuma-cuma atau saling tukar kado. Natal seolah-olah sepi kalau tak ada kado.
4. Kartu Natal
Pertama kali dicetak oleh suatu perusahaan di London pada tahun 1843, kemudian berkembang pencetakannya menjadi sarana bisnis, baik oleh perusahaan pencetak, penyalur, maupun pengirim kartu Natal dijadikan sebagai kontak persahabatan. Sekarang berbagai macam variasi kartu Natal dicetak, bahkan sampai kartu-kartu Natal elektronik via internet ditawarkan dan dapat diakses secara gratis bagi pengguna internet.
5. Lukisan Natal
Berbagai ekspresi Natal dituangkan dalam lukisan-lukisan. salah satu di antaranya lukisan oleh Goobalathaldin, kelahiran Pulau Morningstone, Australia. Lukisan berjudul ‘Nativity’ (Kelahiran Kristus) yang dibuatnya tidak menunjukan adanya bayi, Maria dan Yusuf. tetapi yang digambarkan adalah seorang lelaki muda berhasil menangkap ikan yang baik bagi wanita yang baru dinikahinya. Mitologi suku bangsa di Pulau itu menyatakan bahwa lali-laki yang baru beristri itu, mendapatkan ikan sebagai pertanda akan melahirkan bayi yang kelak menjadi berkat bagi banyak orang.
6. Lagu-lagu Natal
Lagu Natal pertama diciptakan oleh Pastor Joseph Mohr pada tahun 1818 yakni lagu “Stille Nacht” yang tercipta ketika beliau sedang dalam perjalanan pelayanan antara Jerman Belanda dan Belgia. Kemudian sesudah itu bermunculanlah gubahan berbagai macam lagu-lagu yang dikhususkan untuk Natal. Natal menjadi sepi kalau tidak dikidungkan lagu-lagu Natal.
Itulah beberapa simbol yang digunakan dalam perayaan Natal. Semuanya itu diusahakan oleh yang merayakan Natal untuk melengkapi perayaan natal. Tanpa semuanya itu sepertinya perayaan Natal tidaklah lengkap dan semarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar