KEHIDUPAN ESAU DAN YAKUB
Oleh, Pdt, Jerry H M Sumanti, STh
Setiap orang yang menikah pastilah merindukan kelahiran anak. Di
dalam Perjanjian Lama seorang wanita yang telah menikah dianggap rendah
martabatnya apabila tidak dapat melahirkan anak-anak (contoh, kehidupan Sarah
dan Hagar), itu pula yang menjadi pergumulan Rabkah, Istri Ishak. Ribkah
seorang wanita yang ternyata mandul, sehingga tidak dapat melahirkan anak. Dan
itu bukan hanya menjadi pergumulan Rabkah saja tetapi juga bagi Ishak, karena
mengingat janji yang telah Allah berikan bahwa berdasarkan janji yang diberikan
kepada Abraham, merekan akan menjadi bangsa besar dan diberkati dan menjadi
berkat. Bagaimana janji itu dapat tergenapi, sedangkan Ribkah tidak dapat
melahirkan?
Pergumulan Ishak tersebut diungkapkan dalam Kejadian 25:19-34. Ishak
berdoa memohon kepada Tuhan, kiranya Ribkah istrinya yang mandul dapat
melahirkan. Tuhan mengabulkan permohonan Ishak, sehingga Ribkah mengandung,
bahkan mengandung anak kembar, dan anak-anak yang masih dalam kandungan
bertolak-tolakan (red - saling mendahului). Hal tersebut membingungkan Ribkah,
dan ia meminta petunjuk Tuhan. Tuhan menjawab bahwa melalui kandungannya akan lahir dua bangsa,
dua suku bangsa yang akan berpencar, bangsa yang satu lebih kuat dari bangsa
yang lain, anak yang tua akan menjadi hamba kepada yang muda.
Setelah genap waktunya untuk melahirkan, Ribkah melahirkan anak
kembar. Ishak dan Ribkah menikah ketika Ishak berumur 40 tahun, dan
anak-anaknya lahir ketika Ishak sudah berumur 60 tahun, suatu penantian yang
cukup panjang yang menuntut kesabaran. Anak yang pertama lahir warnanya merah
dan badannya berbulu, ia diberi nama Esau. Anak yang kedua lahir sambil
tangannya memegang tumit Esau, ia diberi nama Yakub. Kedua anak tersebut
bertumbuh normal dan bertambah besar. Esau menjadi seorang pemburu, yang suka
tinggal di padang. Sedangkan Yakub, seorang yang tenang dan suka tinggal di
kemah.
Selanjutnya diceritakan sebagaimana juga sudah dijelaskan dalam
tulisan yang lalu bahwa Ishak sayang kepada Esau, karena ia suka makan daging
buruan; sedangkan Ribkah kasih kepada Yakub. Hal ini seharusnya tidak boleh
dilakukan oleh orangtua. Orang tua tidak boleh membeda-bedakan kasih kepada
anak-anaknya, bagaimanapun keadaan anaknya tersebut. Akibat perdedaan kasih
yang dilakukan orangtua terhadap anak membuat anak tidak memiliki kepribadian
yang baik dan benar. Mengenai kasus Esau dan Yakub diceritakan bahwa, Esau pada
akhirnya tidak menghargai hak kesulungannya (memandang rendah hak kesulungan),
bahkan rela mengorbankannya demi kepentingan perut. Ia menukar hak
kesulungannya hanya dengan sepotong roti dan semangkok kacang merah. Karena
perbuatannya itu ia di sebut Edom, dan keturunannya kemudian disebut bangsa
Edom bangsa yang kemudian menjadi musuh bangsa Israel (Keturunan Yakub) dan
pada akhirnya bangsa ini dimusnahkan. Sedangkan Yakub menjadi seorang yang
egoisme, mementingkan diri sendiri dan tidak rela membagi sesuatu dengan
kakaknya tanpa imbalan sesuatu. Ketika kakaknya meminta kacang merah, ia mau
memberikan kalau kakaknya bersedia menjual hak kesulungan (hak di mana yang tua
akan mendapat berkat dari ayahnya lebih dahulu) kepadanya. Yakub juga kemudian
menjadi penipu. Tingkah laku kehidupan Yakub tidak terlepas dari peranan Ribkah
ibunya. Karena Ribkah sayang kepadanya, sehingga Ribkah mau berbuat apa saja
demi anaknya tersebut, walaupun perbuatan itu adalah tidak benar.
Ketika Ishak sudah mendekati akan mati, dan sebelum mati ia harus
terlebih dahulu memberikan berkat kepada anak-anaknya. Yakub berdasarkan
pembinaan ibunya, rela menipu ayahnya dengan menyamar sebagai Esau untuk
mendapatkan berkat hak kesulungan. Karena ayahnya tidak dapat melihat lagi, dan
hanya mengandalkan perabaan sehingga memberkati Yakub sebagai Esau. Ishak sadar
ketika kemudian Esau datang, bahwa ia telah tertipu, tetapi apa boleh buat nasi
sudah menadi bubur, berkat tak dapat ditarik lagi karena sudah diberikan
(Kejadian pasal 27). Esau kemudian membenci Yakub dan berniat untuk membunuhnya
(namun tidak terlaksana) Yakub; Yakub pada akhirnya karena ketakutan, ia
menjadi seorang pelarian dan pengembara. Kehidupan keluarga menjadi berantakan
karena pengaruh pembinaan orang tua yang salah.
Ribkah sebagai seorang ibu yang mengandung dan melahirkan
anak-anaknya tersebut sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa yang tua akan
menjadi hamba kepada yang muda, artinya Esau akan tunduk kepada Yakub.
Keturunan Esau kan menjadi hamba keturunan Yakub, dan Yakublah yang akan
menjadi penerus janji, menerima hak kesulungan. Ini adalah janji Tuhan yang
pasti akan terjadi sesuai dengan waktu Tuhan. Namun Ribkah tidak sabar, dan
menempuh jalan yang salah, mau mempercepat waktunya Tuhan, menghalalkan cara
untuk mencapai tujuan. Tujuan tercapai tetapi hasilnya menyebabkan kesukaran
dan penderitaan.
Pelajaran
penting yang penting bagi kita di sini adalah,
1. Belajar dari Esau, agar tidak
mengorbankan hal yang prinsip (iman) walaupun tawaran dunia sangat menggiurkan.
2. Tidak boleh mengorbankan iman hanya karena materi, ketenaran dan sebagainya.
3. Belajar dari Yakub, agar hiduplah dalam kasih, kebenaran dan keadilan.
4. Belajar
dari Ribkah, agar tidak menghalalkan cara untuk mencapai tujuan, tetapi
hiduplah di dalam ajaran dan rancangan Tuhan dan nantikan waktu-Nya memenuhi
pergumulan-pergumulan kita, sebab jawaban dan waktu Tuhan adalah yang terbaik
dalam kehidupan percaya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar