Oleh: Jerry H. M. Sumanti, STh.
PENDAHULUAN:
Dalam Dispensasi Pemerintahan Manusiawi, Peristiwa Menara
Babel telah mengakibatkan kekacauan bahasa. Kekacauan bahasa ini adalah hukuman
Tuhan bagi kehidupan manusia yang tidak mau taat pada perintah dan
peraturan-Nya. Kekacauan bahasa ini membuat tujuan manusia untuk tidak berserak
ke seluruh bumi tidak tercapai, manusia harus pergi dan pergi untuk memenuhi
bumi.
PANGGILAN ABRAHAM:
Sekarang manusia telah terserak ke seluruh bumi, berkembang
biak dengan membentuk bangsa dan bahasa masing-masing (Kejadian pasal 10 – 12).
Dalam perkembang biakkan dan di antara kekacauan bangsa-bangsa Tuhan memanggil
seseorang yang patuh pada-Nya untuk melanjutkan program-Nya untuk menggenapkan
janji dalam Kejadian 3:15. Abram (yang kemudian namanya diganti oleh Allah
dengan nama Abraham) adalah orangnya.
Siapakah Abraham itu? Kejadian 10:27-32 menjelaskan tentang
silsilah Abraham. Abraham adalah anak Terah, yang adalah penduduk Ur Kasdim.
Keluarga Terah mengadakan perjalanan dari Ur Kasdim dengan tujuan tanah Kanaan
dan kemudian tiba di Haran
dan menetap di sana.
Di Haran Abraham dipanggil, berpisah dengan keluarga, untuk menuju ke tanah
perjanjian di Kanaan yang akan Tuhan tentukan kemudian. Abraham bersama
istrinya Sarah, dan ikut serta Lot memenuhi
panggilan Tuhan meninggalkan keluarga dan sanak saudara, dan tanah kelahirannya
berjalan mengikuti pimpinan Tuhan menuju ke tanah perjanjian (Kejadian 12:1-7).
Melalui pemanggilan Abraham, Tuhan menambahkan dan memulai
program/ dispensasi baru bagi dunia ini, yakni Dispensasi Perjanjian dalam
penggenapan janji-Nya. Jadi sementara
Dispensasi Pemerintahan Manusia berjalan, ditambahkan Dispensasi baru yakni
Dispensasi Perjanjian.
Tuhan tetap setia pada janji-Nya, oleh sebab itu marilah kita
belajar setia kepada-Nya seperti Abraham. Walaupun mayoritas manusia pada
zamannya tidak setia bahkan tidak menyembah Tuhan, namun Abraham dan
keluarganya tetap setia kepada-Nya, karenanya Abraham dipanggil Tuhan untuk meneruskan
janji-Nya.
JANJI-JANJI DAN
PERATURAN TUHAN DALAM DISPENSASI PERJANJIAN:
Jadi sementara Dispensasi Pemerintahan Manusia masih berjalan, Tuhan
menambahkan Dispensasi Baru berjalan bersama-sama, yakni Dispensasi Perjanjian.
Mengapa disebut Dispensasi Perjanjian? Dispensasi ini disebut Dispensasi
Perjanjian karena melalui pemanggilan Abraham, Tuhan mengadakan
perjanjian-perjanjian dengan Abraham (Kejadian 12:1-3, Kejadian 15, 17), yang
dilanjutkan kepada Ishak dan kepada
Yakub dan selanjutnya kepada bangsa Israel. Abraham dan keturunannya
akan berjalan pada Dispensasi Perjanjian sedangkan di luar keturunan Abraham
akan berada di bawah Dispensasi Pemerintahan Manusia.
Perjanjian Tuhan dengan Abraham diuraikan dalam Kejadian 12:1-3, Kejadian
15 dan 17. Paling tidak ada tujuh janji besar yang diberikan Tuhan kepada
Abraham yakni,
1.
Tuhan akan menjadikannya bangsa besar
2.
Tuhan akan memberkatinya
3.
Tuhan akan menjadikan namanya termashyur
4.
Tuhan membuat Abraham menjadi berkat
5.
Orang-orang yang memberkatinya akan diberkati
6.
Orang-orang yang mengutuk akan dikutuk
7.
Melalui Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati
Janji-janji tersebut diikutkan dengan peraturan-peraturan sebagai dasar
atau tanda peneguhan janji, yakni:
1)
Memisahkan diri dari penyembahan berhala.
2)
Tinggal menetap di negeri yang diberikan Tuhan
3)
Sunat sebagai tanda peneguhan janji, yang harus
dilaksanakan dalam keturunan Abraham.
KEBERHASILAN DAN
KEGAGALAN ABRAHAM SERTA KETEGUHAN DAN PENGGENAPAN JANJI TUHAN:
Abraham dan Sarah walaupun sebagai orang-orang beriman, mereka tetap
adalah manusia biasa yang mempunyai kelemahan dan kekurangan-kekurangan. Mereka
tak luput dari kekuatiran dan ketakutan. Karena bencana kelaparan di Kanaan
mereka pergi ke Mesir. Abraham demi untuk menyelamatkan diri di hadapan Firaun,
tidak mau berterus terang bahwa Sarah adalah istrinya dan merelakannya diambil
Firaun. Tindakan Abraham ini membuat Tuhan murka (Kejadian 12:10-20).
Selanjutnya Kejadian 13 menceritakan tentang perpisahan Abraham dengan Lot karena persoalan lahan penggembalaan. Abraham dan
Sarah kemudian meragukan janji Tuhan bahwa mereka akan menjadi bangsa besar
(Kejadian 15). Ragu karena sudah lanjut usia namun belum memperoleh seorang
anakpun. Karena ingin menimang anak sehingga Sarah merelakan Abraham menikahi
Hagar pembantunya, dan lahirlah Ismail yang kemudian menjadi malapetaka dalam
kehidupan keluarga Abraham (Kejadian 16). Sodom
dan Gomora ditunggang balikkan karena keserakan, sehingga Lot
harus keluar dari sana
dengan tidak membawa seuatu apapun.
Namun demikian Tuhan tidak membatalkan janji-Nya, karena kelemahan
Abraham, tetapi Tuhan menghukum Abraham melalui keturunannya, bahwa keturunan
Abraham akan diperbudak di Mesir selama 400 tahun (Kejadian 15:13). Tuhan selalu mengingatkan janji-Nya
kepada Abraham, bahkan Tuhan selalu memberkati Abraham, dan sunat sebagai tanda
bahwa Tuhan meneguhkan janji-Nya.
Kejadian 18 Tuhan mengulangi janji-Nya bahwa Abraham akan memperoleh
seorang anak laki-laki sebagai ahli waris penerus janji. Janji ini digenapi
dalam Kejadian pasal 21 ketika Ishak dilahirkan. Ishak sebagai penerus janji,
dan kemudian kepada Yakub, selanjutnya kepada bangsa Israel, dan penggenapan janji
menjadi berkat sekaligus penggenapan nubuatan yang diberikan kepada Hawa
(Kejadian 3:15) di dalam
Tuhan Yesus Kristus. Melalui Tuhan Yesus Kristus semua bangsa memperoleh berkat
keselamatan. Tuhan Yesus Kristus berkorban dan mati bagi dosa semua orang.
Namun yang memperoleh berkat keselamatan itu yakni hanya mereka yang percaya
saja, dan yang menolaknya maka kutuk yang diterima.
Tuhan menghukum pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, tetapi Tuhan
tidak pernah membatalkan janji-Nya.
SUNAT SEBAGAI
TANDA PENEGUH JANJI TUHAN:
Setelah Tuhan menyampaikan janji-Nya kepada Abraham, maka janji itu
dikuatkan dengan SUNAT. Sunat ini menjadi keharusan untuk dilakukan kepada
setiap anak laki-laki turun-temurun (Kejadian 17) pada waktu itu. Sunat menjadi
symbol ketahiran, pembersihan jasmani dan rohani.
Selanjutnya Sunat ini kemudian diteguhkan sebagai bagian yang penting
dalam peribadatan bangsa Israel
sebagai bangsa pilihan penerus perjanjian. Tidak disunat dianggap najis/kafir.
Apabila tidak disunat maka malapetaka hukuman harus dijalani. Peraturan ini
harus dipatuhi Abraham dan keturunannya, sampai kepada bangsa Israel. Pada
masa Rasul Paulus, Rasul Paulus menjelaskan mengenai sunat secara lahiriah ini
tidak ada makna rohani apa-apa lagi dalam kehidupan kita sekarang (dalam
dispensasi Anugerah) sebab hal itu telah digenapi dan dilakukan sekali untuk
selamanya oleh dan di dalam Tuhan Yesus Kristus, Sunat secara rohaniah, yakni
penanggalan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11).
Penggenapan ini menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya sekali
untuk selamanya, ia dibersihkan/disucikan dari kenajisan dosa dan diselamatkan
sekali untuk selamanya. Penulis Ibrani menjelaskan bahwa, karena kehendak-Nya
inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan
tubuh Yesus Kristus (Ibrani 10:10). (Bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar